Dan Jual Senjata Sniper ke Laos
Panser Anoa untuk digunakan pasukan perdamaian PBB [IMF] ★
Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose mengatakan perusahaannya sudah merampungkan pesanan panser Anoa untuk pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Kendaraan angkut tempur ini akan menjadi bagian dari misi MINUSCA (Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Central Africa Republic).
“Totalnya 29 unit pesanan panser Anoa untuk pasukan perdamaian MINUSCA,” kata Abraham di Bandung, Selasa, 9 Januari 2018.
Menurut Abraham, sedikitnya ada 3 misi pasukan perdamaian PBB yang mengoperasikan Anoa buatan PT Pindad yakni misi UNAMID di Sudan, UNIFIL di Lebanon, dan MINUSCA di Afrika Tengah.
Berdasarkan catatan PT Pindad, ada 80 unit panser Anoa yang digunakan dalam misi perdamaian PBB.
Abraham menjelaskan, pemesanan persenjataan tahun ini masih berasal dari dalam negeri. Pada 2017, PT Pindad membukukan pendapatan Rp 2,5 triliun.
“Labanya kurang lebih Rp 53 miliar,” kata Abraham. Pada 2018 ini, pendapatan Pindad diproyeksikan Rp 2,9 triliun.
Jual Senjata ke Laos
Vice President of Marketing (Export) PT Pindad Ridi Djajakusuma mengatakan, Laos menunjukkan ketertarikannya membeli dua jenis senjata itu ke PT Pindad.
Keinginan itu terungkap setelah Pindad bertemu dengan Kementerian Pertahanan Laos pada 21 September 2017 lalu.
“Pada pertemuan dengan Kementerian Pertahanan Laos 21 September lalu mereka menyatakan tertarik membeli Pistol G2 Elite serta senjata sniper buatan Pindad SPR 2 dan amunisinya,” kata Ridi.
Menurutnya, sejak 2014 lalu, Kementerian Pertahanan Laos sudah membeli produk-produk senjata PT Pindad.
Mereka membeli 60 pistol G2 Combat, 35 buah SS1 V2, 35 pucuk senjata SS1 V4, dan amunisi. Pihak Laos senang membeli produk Pindad.
Sejak menggunakan produk Pindad, mereka pernah menjadi juara ketiga pada kompetisi menembak di Thailand.
Direktur Keuangan PT Pindad Achmad Sudarto, mengaku seringnya PT Pindad mengikuti pameran bukan hanya untuk membidik pangsa lokal, tapi juga pasar global untuk semua jenis produk senjata dan alat berat.
Diakui Achmad, produk alat berat memiliki pasar yang lebih terbuka ketimbang produk industri pertahanan.
Dipuji India
Menteri Negara Urusan Luar Negeri India Jenderal (Purn) Vijay Kumar Singh memuji Panser Anoa Amfibi buatan Indonesia sebagai pencapaian yang besar.
"Saya melihat di koran kemarin ada foto Presiden Joko Widodo menguji coba kendaraan militer amfibi buatan Indonesia, saya pikir ini adalah pencapaian yang besar," kata Singh di Kantor Wakil Presiden RI, Jakarta, Kamis (19/1/2017), seperti dikutip Antara.
Pada 16 Januari 2017, Presiden Jokowi didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo melakukan uji coba Panser Anoa Amfibi buatan PT Pindad di sela-sela Rapat Pimpinan TNI 2017 di lingkungan Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur.
Menurut Menlu Singh, kerja sama terkait pengembangan alat utama sistem senjata (alutsista) militer menjadi salah satu bahasan dalam Komite Bersama Kerja Sama Pertahanan (JDCC) India-Indonesia.
Singh menambahkan, delegasi JDCC semestinya telah membahas potensi kerja sama penelitian dan pengembangan alutsisita militer karena forum tersebut merupakan kesepatan kedua pemimpin negara yang diteken saat Presiden Jokowi berkunjung ke India, 12-13 Desember 2016.
"Delegasi telah membahas tentang potensi kerja sama itu, dan kalau belum maka mereka akan kembali dan mendiskusikannya," kata dia.
Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose mengatakan perusahaannya sudah merampungkan pesanan panser Anoa untuk pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Kendaraan angkut tempur ini akan menjadi bagian dari misi MINUSCA (Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Central Africa Republic).
“Totalnya 29 unit pesanan panser Anoa untuk pasukan perdamaian MINUSCA,” kata Abraham di Bandung, Selasa, 9 Januari 2018.
Menurut Abraham, sedikitnya ada 3 misi pasukan perdamaian PBB yang mengoperasikan Anoa buatan PT Pindad yakni misi UNAMID di Sudan, UNIFIL di Lebanon, dan MINUSCA di Afrika Tengah.
Berdasarkan catatan PT Pindad, ada 80 unit panser Anoa yang digunakan dalam misi perdamaian PBB.
Abraham menjelaskan, pemesanan persenjataan tahun ini masih berasal dari dalam negeri. Pada 2017, PT Pindad membukukan pendapatan Rp 2,5 triliun.
“Labanya kurang lebih Rp 53 miliar,” kata Abraham. Pada 2018 ini, pendapatan Pindad diproyeksikan Rp 2,9 triliun.
Jual Senjata ke Laos
Vice President of Marketing (Export) PT Pindad Ridi Djajakusuma mengatakan, Laos menunjukkan ketertarikannya membeli dua jenis senjata itu ke PT Pindad.
Keinginan itu terungkap setelah Pindad bertemu dengan Kementerian Pertahanan Laos pada 21 September 2017 lalu.
“Pada pertemuan dengan Kementerian Pertahanan Laos 21 September lalu mereka menyatakan tertarik membeli Pistol G2 Elite serta senjata sniper buatan Pindad SPR 2 dan amunisinya,” kata Ridi.
Menurutnya, sejak 2014 lalu, Kementerian Pertahanan Laos sudah membeli produk-produk senjata PT Pindad.
Mereka membeli 60 pistol G2 Combat, 35 buah SS1 V2, 35 pucuk senjata SS1 V4, dan amunisi. Pihak Laos senang membeli produk Pindad.
Sejak menggunakan produk Pindad, mereka pernah menjadi juara ketiga pada kompetisi menembak di Thailand.
Direktur Keuangan PT Pindad Achmad Sudarto, mengaku seringnya PT Pindad mengikuti pameran bukan hanya untuk membidik pangsa lokal, tapi juga pasar global untuk semua jenis produk senjata dan alat berat.
Diakui Achmad, produk alat berat memiliki pasar yang lebih terbuka ketimbang produk industri pertahanan.
Dipuji India
Menteri Negara Urusan Luar Negeri India Jenderal (Purn) Vijay Kumar Singh memuji Panser Anoa Amfibi buatan Indonesia sebagai pencapaian yang besar.
"Saya melihat di koran kemarin ada foto Presiden Joko Widodo menguji coba kendaraan militer amfibi buatan Indonesia, saya pikir ini adalah pencapaian yang besar," kata Singh di Kantor Wakil Presiden RI, Jakarta, Kamis (19/1/2017), seperti dikutip Antara.
Pada 16 Januari 2017, Presiden Jokowi didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo melakukan uji coba Panser Anoa Amfibi buatan PT Pindad di sela-sela Rapat Pimpinan TNI 2017 di lingkungan Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur.
Menurut Menlu Singh, kerja sama terkait pengembangan alat utama sistem senjata (alutsista) militer menjadi salah satu bahasan dalam Komite Bersama Kerja Sama Pertahanan (JDCC) India-Indonesia.
Singh menambahkan, delegasi JDCC semestinya telah membahas potensi kerja sama penelitian dan pengembangan alutsisita militer karena forum tersebut merupakan kesepatan kedua pemimpin negara yang diteken saat Presiden Jokowi berkunjung ke India, 12-13 Desember 2016.
"Delegasi telah membahas tentang potensi kerja sama itu, dan kalau belum maka mereka akan kembali dan mendiskusikannya," kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.