Diusik China(Foto/Ilustrasi) ☆
Malaysia mengatakan berkomitmen kuat untuk melindungi hak kedaulatan dan kepentingannya di Laut China Selatan. Pernyataan itu dilontarkan setelah China menyatakan keprihatinan tentang proyek energi Malaysia di bagian laut yang juga diklaim China.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan pada hari Selasa China khawatir tentang aktivitas perusahaan energi negara Petronas di bagian Laut China Selatan yang menurut Malaysia adalah wilayahnya.
Anwar mengatakan dia terbuka untuk negosiasi dengan China, menuai kritik dari oposisi, yang mengatakan Anwar mempertaruhkan kedaulatan Malaysia.
Terkait pernyataan Anwar itu, Kementerian Luar Negeri Malaysia mengatakan, komentar Anwar berarti Malaysia ingin semua masalah yang berkaitan dengan Laut China Selatan diselesaikan dengan cara damai dan tanpa mengorbankan posisi Malaysia.
“Pemerintah Malaysia secara tegas dan tegas berkomitmen untuk melindungi kedaulatan, hak kedaulatan, dan kepentingan Malaysia di wilayah maritimnya di Laut China Selatan,” kata Kementerian Luar Negeri Malaysia seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (8/4/2023).
Kapal pengawal pantai China CCG 5402 di perairan Zon Ekonomi Eksklusif (ZEE) Malaysia, di sekitar perairan Beting Patinggi Ali sejak beberapa tahun lepas untuk melaksanakan tugas “menganggu” (harassing) aktiviti minyak dan gas Malaysia. Kapal APMM "shadow" sebuah kapal pengawal pantai China di luar pantai Sarawak. (gambar fail)
China mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut China Selatan, yang dilalui kapal dagang bernilai sekitar USD 3 triliun setiap tahunnya. Malaysia, Brunei, Filipina, Taiwan, dan Vietnam memiliki beberapa klaim yang tumpang tindih.
Petronas mengoperasikan ladang minyak dan gas di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Malaysia dan dalam beberapa tahun terakhir beberapa kali bertemu dengan kapal-kapal China.
China mempertaruhkan klaimnya dengan mengacu pada "sembilan garis putus-putus" pada petanya, yang melingkar sejauh 1.500 km di selatan daratannya, memotong ZEE Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Indonesia.
Bagaimanapun, Pengadilan Arbitrase Internasional pada tahun 2016 memutuskan bahwa sembilan garis putus-putus tidak memiliki dasar hukum.
Anwar mengatakan, pekan ini Petronas akan melanjutkan aktivitasnya di Laut China Selatan. (ian)
Malaysia mengatakan berkomitmen kuat untuk melindungi hak kedaulatan dan kepentingannya di Laut China Selatan. Pernyataan itu dilontarkan setelah China menyatakan keprihatinan tentang proyek energi Malaysia di bagian laut yang juga diklaim China.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan pada hari Selasa China khawatir tentang aktivitas perusahaan energi negara Petronas di bagian Laut China Selatan yang menurut Malaysia adalah wilayahnya.
Anwar mengatakan dia terbuka untuk negosiasi dengan China, menuai kritik dari oposisi, yang mengatakan Anwar mempertaruhkan kedaulatan Malaysia.
Terkait pernyataan Anwar itu, Kementerian Luar Negeri Malaysia mengatakan, komentar Anwar berarti Malaysia ingin semua masalah yang berkaitan dengan Laut China Selatan diselesaikan dengan cara damai dan tanpa mengorbankan posisi Malaysia.
“Pemerintah Malaysia secara tegas dan tegas berkomitmen untuk melindungi kedaulatan, hak kedaulatan, dan kepentingan Malaysia di wilayah maritimnya di Laut China Selatan,” kata Kementerian Luar Negeri Malaysia seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (8/4/2023).
Kapal pengawal pantai China CCG 5402 di perairan Zon Ekonomi Eksklusif (ZEE) Malaysia, di sekitar perairan Beting Patinggi Ali sejak beberapa tahun lepas untuk melaksanakan tugas “menganggu” (harassing) aktiviti minyak dan gas Malaysia. Kapal APMM "shadow" sebuah kapal pengawal pantai China di luar pantai Sarawak. (gambar fail)
China mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut China Selatan, yang dilalui kapal dagang bernilai sekitar USD 3 triliun setiap tahunnya. Malaysia, Brunei, Filipina, Taiwan, dan Vietnam memiliki beberapa klaim yang tumpang tindih.
Petronas mengoperasikan ladang minyak dan gas di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Malaysia dan dalam beberapa tahun terakhir beberapa kali bertemu dengan kapal-kapal China.
China mempertaruhkan klaimnya dengan mengacu pada "sembilan garis putus-putus" pada petanya, yang melingkar sejauh 1.500 km di selatan daratannya, memotong ZEE Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Indonesia.
Bagaimanapun, Pengadilan Arbitrase Internasional pada tahun 2016 memutuskan bahwa sembilan garis putus-putus tidak memiliki dasar hukum.
Anwar mengatakan, pekan ini Petronas akan melanjutkan aktivitasnya di Laut China Selatan. (ian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.