Indo-Pasifik Jangan Jadi Medan Perang
Pertemuan menteri luar negeri ASEAN di Jakarta. (Foto: AFP/BAY ISMOYO) ★
Indonesia menyerukan kepada ASEAN dan mitranya di East Asia Summit, termasuk Amerika Serikat dan China, untuk menjaga situasi kawasan agar tak menjadi medan perang.
"Indo-Pasifik tak boleh jadi medan perang," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat membuka pertemuan para menteri luar negeri East Asia Summit di Hotel Shangri-La, Jakarta, pada Jumat (14/7).
Retno mengatakan bahwa di tengah perkembangan teknologi yang sangat cepat, kawasan Indo-Pasifik masih terjebak dalam lingkungan tidak kondusif akibat saling tak percaya.
Belakangan, sejumlah konflik memang membayangi kawasan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik, mulai dari perseteruan antara China-Filipina hingga kehadiran blok pertahanan Amerika Serikat, Inggris, dan Australia alias AUKUS.
Negara-negara yang terlibat dalam perseteruan itu kini berkumpul di pertemuan menteri luar negeri East Asia Summit.
East Asia Summit merupakan forum kawasan yang melibatkan 18 peserta, yaitu 10 negara ASEAN, Australia, China, India, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, Rusia, dan AS.
Retno pun berharap para peserta dapat berdialog untuk menjaga kestabilan kawasan.
Menurut Retno, kawasan ini masih terbelenggu saling tak percaya dan ketidakpastian.
"Beberapa mengatakan Indo-Pasifik mengalami gejala Perang Dingin di Tempat yang Panas," katanya.
Namun, ia menegaskan Indo-Pasifik tak boleh menjadi medan perang selanjutnya.
"Kawasan kita harus tetap stabil dan kami bertekad mempertahankannya tetap seperti itu," ucap Retno.
Ia lantas menyerukan agar EAS, selaku negara kunci di Indo-Pasifik, untuk berjalan beiringan, bukan saling menghalangi.
"Kita harus berperan sebagai penggerak, bekerja bahu-membahu untuk menjembatani, menanamkan kepercayaan diri, dan menempa arsitektur regional yang inklusif," kata Retno.
Dia mengamini bahwa setiap negara pasti punya perbedaan. Kendati begitu, wilayah ini tak boleh dijadikan ajang tempur, melainkan menjadi wadah yang mempersatukan segala perbedaan.
"Kini, saya harap kita dapat menerapkan semangat persatuan dalam perbedaan itu dalam diskusi kita. Dengarkan kekhawatiran satu sama lain, jujurlah. Tak ada prasangka dan maksud buruk," katanya. (blq/has/has)
Pertemuan menteri luar negeri ASEAN di Jakarta. (Foto: AFP/BAY ISMOYO) ★
Indonesia menyerukan kepada ASEAN dan mitranya di East Asia Summit, termasuk Amerika Serikat dan China, untuk menjaga situasi kawasan agar tak menjadi medan perang.
"Indo-Pasifik tak boleh jadi medan perang," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat membuka pertemuan para menteri luar negeri East Asia Summit di Hotel Shangri-La, Jakarta, pada Jumat (14/7).
Retno mengatakan bahwa di tengah perkembangan teknologi yang sangat cepat, kawasan Indo-Pasifik masih terjebak dalam lingkungan tidak kondusif akibat saling tak percaya.
Belakangan, sejumlah konflik memang membayangi kawasan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik, mulai dari perseteruan antara China-Filipina hingga kehadiran blok pertahanan Amerika Serikat, Inggris, dan Australia alias AUKUS.
Negara-negara yang terlibat dalam perseteruan itu kini berkumpul di pertemuan menteri luar negeri East Asia Summit.
East Asia Summit merupakan forum kawasan yang melibatkan 18 peserta, yaitu 10 negara ASEAN, Australia, China, India, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, Rusia, dan AS.
Retno pun berharap para peserta dapat berdialog untuk menjaga kestabilan kawasan.
Menurut Retno, kawasan ini masih terbelenggu saling tak percaya dan ketidakpastian.
"Beberapa mengatakan Indo-Pasifik mengalami gejala Perang Dingin di Tempat yang Panas," katanya.
Namun, ia menegaskan Indo-Pasifik tak boleh menjadi medan perang selanjutnya.
"Kawasan kita harus tetap stabil dan kami bertekad mempertahankannya tetap seperti itu," ucap Retno.
Ia lantas menyerukan agar EAS, selaku negara kunci di Indo-Pasifik, untuk berjalan beiringan, bukan saling menghalangi.
"Kita harus berperan sebagai penggerak, bekerja bahu-membahu untuk menjembatani, menanamkan kepercayaan diri, dan menempa arsitektur regional yang inklusif," kata Retno.
Dia mengamini bahwa setiap negara pasti punya perbedaan. Kendati begitu, wilayah ini tak boleh dijadikan ajang tempur, melainkan menjadi wadah yang mempersatukan segala perbedaan.
"Kini, saya harap kita dapat menerapkan semangat persatuan dalam perbedaan itu dalam diskusi kita. Dengarkan kekhawatiran satu sama lain, jujurlah. Tak ada prasangka dan maksud buruk," katanya. (blq/has/has)
★ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.