Ilustrasi UCAV ANKA akan digunakan tiga matra TNI. (TAI)
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menyatakan masih terus mengembangkan Pesawat Udara Nirawak Medium Altitude Long Endurance (PUNA MALE) Elang Hitam yang pernah masuk daftar prioritas riset nasional. PUNA MALE Elang Hitam adalah pesawat nirawak jenis drone tempur atau kombatan yang hingga akhir 2021 lalu masih dikerjakan konsorsium besar Kementerian Pertahanan, TNI AU, PTDI, Institut Teknologi Bandung, PT Len Industri, dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
"Saat ini fase pengembangan dalam tahapan untuk percobaan penerbangan pertama,” kata Direktur Produksi PTDI, Batara Silaban, di sela-sela media gathering PTDI dan Kementerian Pertahanan di hanggar PTDI di Bandung, Jumat 27 September 2024. Batara tidak merinci kapan pengujian penerbangan itu dijadwalkan. Dia hanya menyebutkan sedang berusaha menyelesaikan perhitungannya. "Tentu kalau secara plan kami harapkan bisa diterbangkan dalam waktu tidak terlalu lama,” kata dia.
Batara menegaskan kalau proyek PUNA MALE Elang Hitam ini tetap berjalan meski saat ini tengah berjalan pula kerja sama transfer teknologi dari UAV ANKA milik Turkish Aerospace Industry. Pemerintah lewat Kementerian Pertahanan pada tahun lalu telah meneken kontrak pembelian sebanyak 12 unit drone tempur yang berada di kelas yang sama dengan yang dituju Elang Hitam tersebut.
Menurut Batara, Elang Hitam dirancang menjadi pesawat nirawak yang mengusung misi surveilance. Pesawat mampu beroperasi 12-24 jam dalam sekali penerbangan dengan ketinggian maksimum terbang hingga 20 ribu kaki dan jangkauan terbang hingga 250 kilometer. “Salah satu kemampuannya bisa melakukan surveilance hampir 24 jam. Roadmap pengembangannya memang itu, kemampuan surveilance, apa lagi negara kita kepulauan maritim,” tutur Batara.
Batara mengatakan, PUNA MALE Elang Hitam akan menggunakan mesin penggerak propeller. Saat ini, dia menambahkan, tengah dikejar dalam waktu dekat adalah membuktikan konsep pesawat tersebut memang bisa terbang.
Sebelumnya, dalam keterangannya pada tahun lalu, Kepala Pusat Riset Teknologi Penerbangan BRIN, Fadilah Hasyim, mengungkap kalau PUNA MALE Elang Hitam tak lagi menjadi prioritas riset. BRIN, kata Fadilah, beralih menerapkan skema riset berbeda yang lebih mengarah pada teknologi pesawat udara nirawak. Konsekuensinya, Elang Hitam dipinjamkan secara utuh dan lengkap kepada PTDI.
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menyatakan masih terus mengembangkan Pesawat Udara Nirawak Medium Altitude Long Endurance (PUNA MALE) Elang Hitam yang pernah masuk daftar prioritas riset nasional. PUNA MALE Elang Hitam adalah pesawat nirawak jenis drone tempur atau kombatan yang hingga akhir 2021 lalu masih dikerjakan konsorsium besar Kementerian Pertahanan, TNI AU, PTDI, Institut Teknologi Bandung, PT Len Industri, dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
"Saat ini fase pengembangan dalam tahapan untuk percobaan penerbangan pertama,” kata Direktur Produksi PTDI, Batara Silaban, di sela-sela media gathering PTDI dan Kementerian Pertahanan di hanggar PTDI di Bandung, Jumat 27 September 2024. Batara tidak merinci kapan pengujian penerbangan itu dijadwalkan. Dia hanya menyebutkan sedang berusaha menyelesaikan perhitungannya. "Tentu kalau secara plan kami harapkan bisa diterbangkan dalam waktu tidak terlalu lama,” kata dia.
Batara menegaskan kalau proyek PUNA MALE Elang Hitam ini tetap berjalan meski saat ini tengah berjalan pula kerja sama transfer teknologi dari UAV ANKA milik Turkish Aerospace Industry. Pemerintah lewat Kementerian Pertahanan pada tahun lalu telah meneken kontrak pembelian sebanyak 12 unit drone tempur yang berada di kelas yang sama dengan yang dituju Elang Hitam tersebut.
Menurut Batara, Elang Hitam dirancang menjadi pesawat nirawak yang mengusung misi surveilance. Pesawat mampu beroperasi 12-24 jam dalam sekali penerbangan dengan ketinggian maksimum terbang hingga 20 ribu kaki dan jangkauan terbang hingga 250 kilometer. “Salah satu kemampuannya bisa melakukan surveilance hampir 24 jam. Roadmap pengembangannya memang itu, kemampuan surveilance, apa lagi negara kita kepulauan maritim,” tutur Batara.
Batara mengatakan, PUNA MALE Elang Hitam akan menggunakan mesin penggerak propeller. Saat ini, dia menambahkan, tengah dikejar dalam waktu dekat adalah membuktikan konsep pesawat tersebut memang bisa terbang.
Sebelumnya, dalam keterangannya pada tahun lalu, Kepala Pusat Riset Teknologi Penerbangan BRIN, Fadilah Hasyim, mengungkap kalau PUNA MALE Elang Hitam tak lagi menjadi prioritas riset. BRIN, kata Fadilah, beralih menerapkan skema riset berbeda yang lebih mengarah pada teknologi pesawat udara nirawak. Konsekuensinya, Elang Hitam dipinjamkan secara utuh dan lengkap kepada PTDI.
🛩 Tempo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.