☆ KISAH PERANG BRIMOB RANGERS 1 ☆
PERISTIWA PENARIK, MUKO - MUKO, PERTENGAHAN TAHUN 1960
Hasil wawancara dengan mantan anggota Kompi A Brimob Rangers. (Mei 2008)
Anton A. Setyawan
Dosen Fak. Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta dan mahasiswa Program Doktor Ilmu Manajemen UGM
Ⓟeristiwa
ini diangkat dari pertempuran antara dua peleton pasukan dari kompi A
Brimob Rangers pimpinan Aiptu Suwandi (Danton II) dan Aiptu Soepeno
(Danton III) dengan satu Batalion pembrontak PRRI/Permesta. Seperti kita ketahui,
tahun 1958 muncul pemberontakan PRRI/Permesta dengan pusat di Pekanbaru
dan Padang yang dimotori beberapa perwira menengah Angkatan Darat di Sumatera. Inti
dari pemberontakan ini adalah ketidakpuasan dengan kebijakan pemerintah
pusat di Jakarta.
Pemberontakan
dalam skala besar sudah berhasil ditumpas dengan Operasi Tegas dan
Operasi 17 Agustus. Pada akhir 1958, semua kota besar di Sumatera, baik
Pekanbaru dan Padang sudah kembali ke pangkuan RI, selain itu banyak
dari pasukan pemberontak yang menyerah. Namun demikian, sampai tahun 1961
banyak sisa pasukan PRRI. Salah satunya batalion dipimpin Letkol Nawawi
yang bergerilya di hutan pedalaman Sumatera. Batalion ini dipersenjatai
senjata bantuan Amerika Serikat pada awal 1958. Para prajurit infanteri
Sumatera ini semuanya memegang senjata M1 Garand, M1 US Carbine, Thompson submachinegun, serta mortir 60 mm dan 80 mm. Menurut nara sumber dari Kompi A Brimob Rangers, Carbine mereka dari versi jungle popor lipat, yang berarti adalah M1A1 versi paratrooper.
Dua
peleton Kompi A Brimob Rangers didaratkan di kawasan Pantai Ipuh pada
Mei 1960 dengan kapal pendarat milik Polairud dengan kode lambung 801.
Seperti standar pendaratan operasi ampibi, diawali tembakan senapan
mesin 12,7mm dari kapal pendarat untuk memastikan tidak ada pembrontak
yang menguasai pantai. Setelah penembakan baru satu kompi
Brimob Rangers mendarat. Kompi A Brimob Rangers ini dikirim ke Sumatera
untuk membantu Brimob Bengkulu yang beberapa minggu sebelumnya dibantai
oleh Batalion Nawawi. Satu Batalion Brimob Bengkulu ini mengalami jumlah
korban sangat besar karena serangan mendadak (raid)
dari pembrontak PRRI. Markas Brimob Bengkulu ini sudah mengibarkan bendera putih
tanda menyerah dan didalam markas hanya tinggal tesisa beberapa anggota
yang selamat dari serangan dadakan tersebut.
Pasca
pendaratan, dua kompi Brimob Rangers melakukan konsolidasi di pantai
dan langsung mengejar gerombolan pemberontak yang berlokasi di Kecamatan
Ipuh. Mereka kemudian bergabung dengan satu Batalion TNI AD dari Bangka
Belitung dibawah komando Letkol Dani Effendi, Brimob Rangers
difungsikan sebagai peleton pengintai dengan jarak lima kilometer di
depan Batalyon Infanteri.
Masuk
perbatasan Sumatera Selatan, peleton 1 bertemu dengan kompi terakhir
Batalion Ahmad Lubis, dan terjadi kontak senjata pertama. Anehnya,
posisi peleton 1 justru mengejar satu kompi pemberontak. Pada saat hari
menjelang malam, ada teriakan dari pasukan pemberontak "istirahat
makan.......!!!". Sangat aneh, pada saat kontak senjata seru, musuh
menyerukan untuk istirahat dulu. Permintaan ini dituruti oleh Danton 1
Brimob Rangers karena kedua pasukan dihalangi sungai sehingga percuma
juga untuk menyerang. Selain itu pasukan butuh istirahat setelah hampir
beberapa hari bergerak sambil terus melakukan kontak senjata.
Pada
akhirnya, peleton 1 sampai di daerah Penarik, Muko-Muko (saat ini
menjadi daerah transmigran).Pada jam 17.00, Agen Polisi Ristoyo
mendengar kokok ayam jantan di tengah hutan. Hal ini aneh karena
biasanya yang terdengar adalah ayam hutan. Setelah melapor kepada
Danton, dua prajurit Rangers dari peleton 1 merayap menuju arah suara
tersebut, ternyata kompi staf batalyon dan beberapa kompi lain dari
pemberontak sedang beristirahat. Musuh yang beristirahat diperkirakan
berjumlah 300
orang, sedang menunggu giliran menyeberang sungai.
Peleton 1 segera
mengambil posisi menyerang. Pada saat itu (1960) Brimob Rangers yang
menggunakan Carbine, submachine gun Carl Gustav dan Bren MK3. Persenjataan
dan posisi pasukan dipersiapkan oleh Danton sebaik mungkin. Kemudian
Danton memberikan komando, tembak....!!! Desing peluru dari senapan
anggota peleton 1 berhamburan. Pada tembakan magasen pertama, mereka
masih membidik dengan baik sesuai teori. Namun pada magasen kedua dan
selanjutnya penembakan reaksi lebih banyak dilakukan, karena pertempuran
terjadi pada jarak dekat, selain itu hari sudah malam sehingga posisi
musuh hanya bisa diketahui dari bunyi tembakan balasan mereka.
Pada
awal posisi pertempuran, jarak antara pasukan musuh dengan peleton 1
Brimob Rangers sekitar 300 m, namun yang terjadi kemudian adalah
pertempuran jarak dekat. Jarak antara Brimob Rangers dan musuh menjadi
sekitar 5-6 m. Pertempuran yang terjadi tanpa garis pertahanan. Balasan
dari musuh dengan berbagai senjata ringan sangat hebat, namun tampaknya
mental bertempur mereka sudah jatuh karena banyak pewira yang tewas. Tentara
PRRI dengan perlengkapan lengkap yaitu Bazooka berhasil melepaskan
beberapa tembakan dan memakan korban Agen Polisi Suharto yang terkena
pecahan peluru Bazooka di punggungnya. Korban lain adalah Brigadir
Fattah yang terkena tembakan pada kakinya. Akhirnya setelah 1,5 jam,
pertempuran usai dan musuh mundur. Peleton 1 tidak mengejar karena
kelelahan. Setelah mengatur giliran jaga, anggota peleton 1 tidur di
lokasi yang sebelumnya menjadi medan petempuran.
Beberapa
menit setelah kontak selesai, dua orang anggota pasukan PRRI melakukan
perembesan masuk ke daerah pertahanan peleton III dengan membawa senjata
Garand. Bigadir Ketut Wahadi, Danru 1 Peleton III yang mengetahui hal itu, spontan membidikkan senjata Jungle-nya
dan dua tembakan dilepaskan tepat mengenai kepala kedua tentara PRRI.
Anggota regu 1 lain mengambil posisi tiarap dan menunggu penyusup lain,
ternyata tidak ada tentara PRRI yang menyusul, hanya dua prajurit malang
itu.
Pagi harinya,
anggota peleton 1 menghitung jumlah korban dan senjata yang
ditinggalkan. Ada sekitar 60 mayat pasukan musuh dan ada sekitar 10 perwira
tewas. Senjata yang diringgalkan adalah puluhan M1 Garand, mortir dan Bazooka. Para
anggota peleton 1 Brimob Rangers lega, karena musuh hanya sebentar menggunakan senjata
tersebut. Jika senjata digunakan secara optimal ceritanya bisa lain.
Agen Polisi Kartimin terkaget-kaget karena tempat yang ditidurinya
semalam dekat dengan mayat pemberontak. Dalam pertempuran ini tidak ada
satupun prajurit Brimob Rangers yang tewas, hanya dua korban luka Selanjutnya
korban luka dibawa ke Palembang untuk perawatan.
Sumber :
- scribd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.