Tiga unit Bronco TNI AU melaksanakan latihan rutin terbang formasi |
☆ OV-10 Bronco, Si Kuda Liar
OV-10
Bronco adalah pesawat militer ringan berbaling-baling bermesin ganda
buatan North American Rockwell sebagai pesawat serang ringan dan pesawat
angkut ringan. Pesawat ini dikembangkan pada tahun 1960-an sebagai
pesawat khusus untuk pertempuran COIN (Counter-Insurgency) atau
anti-gerilya. Walaupun memiliki sayap tetap, kemampuannya mirip dengan
kemampuan helikopter serbu berat yang cepat, mampu terbang jarak jauh,
murah dan sangat dapat diandalkan.
OV-10 Bronco mampu terbang pada
kecepatan sekitar 560 km/jam, memuat bahan peledak eksternal seberat 3
ton, dan mampu terbang tanpa henti selama 3 jam atau lebih. Pesawat ini
berharga karena kemampuannya dalam mengemban berbagai misi, memuat
berbagai macam senjata dan kargo, area pandang pilot yang luas,
kemampuan terbang dan mendarat di landasan yang pendek, biaya operasi
yang murah dan kemudahan dalam perawatan. Dalam banyak kejadian, pesawat
ini mampu terbang baik hanya dengan menggunakan satu mesin.
Teknisi sedang memasang persenjataan Bronco |
Dari sisi sejarahnya Bronco yang dibeli oleh TNI AU sebanyak 16 unit merupakan pengganti bagi pesawat tempur P-51D Mustang yang sudah grounded. Salah satu yang membuat TNI AU tertarik kepada Bronco adalah kesuksesannya saat dioperasikan dalam Perang Vietnam. Proses pembelian Bronco seperti prosedur standar langsung dilakukan di AS sekaligus melaksanakan pendidikin para awaknya di negeri Paman Sam itu.
☆ Persiapan pengadaan
Untuk mengakuisisi pesawat Bronco persiapan dilakukan dengan menyeleksi pilot dan teknisi serta tes bahasa Inggris mengingat pendidikan semuanya akan dilakukan di Amerika. Dari sekian banyak personel TNI AU terpilih 24 teknisi dan 10 pilot, cukup guna mempelajari pesawat OV-10. Sebelumnya kebanyakan teknisi berbasis teknologi pesawat Mustang. Untuk para pilot tidaklah sulit beradaptasi terbang dengan pesawat baru, semakin baru pesawat semakin mudah diterbangkan.
Kendala justru akan ditemui para teknisi mengingat pesawat OV-10 sudah memakai generasi baru balk mesin maupun avioniknya. Mesin sudah mengadopsi turboprop sebelumnya para teknisi hanya mengenal mesin piston. Semua teknisi belajar dulu bahasa Inggris Tehnik di Lackland AFB selama dua bulan lalu ke Patrick AFB, Florida yang lebih dikenal dengan sebutan United State Air Force Eastern Test Range. Di tempat inilah para teknisi belajar bagaimana mempersiapkan pesawat, memasang amunisi, me-recover serta merawat pesawat sampai tingkat sedang. Sebuah pendidikan yang begitu lengkap dan bermanfaat.
Sementara itu para pilot setelah belajar bahasa di Lackland AFB, melanjutkan pendidikan di Randolph AFB terus ke Eglin AFB dan bergabung dengan teknisi Patrick AFB. Di tempat inilah pilot dan teknisi belajar bersama di bawah bimbingan para instruktur Amerika untuk mengoperasikan pesawat OV-10F Bronco sebagai alat utama sistem senjata utamanya sebagai pesawat COIN. Dan pengalaman para teknisi dan pilot. ternyata pesawat ini mempunyai sistem yang lebih sederhana bahkan dapat beroperasi stand alone jauh dari home base tanpa bantuan peralatan khusus termasuk saat start engine dapat memakai baterai dalam – sungguh pesawat yang cocok buat Indonesia.
☆ Proses Kedatangan
KSAU Marsekal Ashadi Tjahyadi menginspeksi persenjataan Bronco dalam Operasi Seroja. |
☆ Pindah Kandang
Latma dengan pilot-pilot Thailand |
Hadirnya Bronco secara otomatis langsung mengaktifkan Skadron Udara 1. Pengaktifan kembali Skadron Udara 1 itu ditandai dengan upacara militer di Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh yang dipimpin oleh KASAU Marsekal TNI Siboen. Pada perkembangan berikutnya setelah Bronco tidak operasional Skadron Udara I kekuatan pesawatnya diganti dengan jet tempur moderen buatan Inggris, Hawk 100/200.
Hampir tidak ada operasi kamdagri tanpa kehadiran si Kuda Liar. Sebut saja Operasi Seroja (1976-79), Operasi Tumpas 1977-78), Operasi Halilintar 1979), Operasi Guruh dan Petir 1980), Operasi Kikis Kilat (1980-81), Operasi Tuntas (1981-82), Operasi Halau (1985-97), Operasi Rencong Terbang (1991-93), dan Operasi Oscar (1991-92). Selain itu setiap tahun berlangsung latihan satuan. Penugasan Bronco ke luar negeri juga sering dilaksanakan mulai dari Elang Thainesia, Elang Malindo dan Elang Indopura, kesemuanya ini menjadikan para pilot OV-10F sebagai pilot yang bau mesiu.
OV-10 Bronco di atas gunung yang berada di Malang |
Bronco tergolong
pesawat yang punya reputasi tempur tinggi, tak cuma di kancah perang
Vietnam, di Indonesia sendiri pesawat yang dijuluki ”Kampret” ini punya
reputasi yang memukau dalam banyak medan tempur. Kiprah terbesarnya tak
lain saat memberikan BTU (bantuan tembakan udara) saat operasi Seroja
melawan pasukan Fretilin di Timor-Timur, kemudian Bronco juga terlibat
aktif dalam mendukung operasi penumpasan GPK Aceh Merdeka. Dan masih
banyak operasi lain yang melibatkan Kuda liar ini.
Status OV-10 Bronco TNI AU |
Kini si Kuda Liar sudah menjadi jinak, seperti yang terlihat di
halaman Museum Mandala Dirgantara, Yogya. Pesawat registrasi TT-1015
mewakili teman-temannya untuk dapat dilihat keperkasaan semasa masih
dinas aktif. Ini merupakan pesawat OV-10F Bronco bernomor ganjil yang
“selamat”, lainnya registrasi TT-1001, TT-1003, TT-1005, TT-1007, TT-1009, TT-1011 dan TT-1013 telah total
lost di berbagai tempat karena latihan dan tugas.
Untuk itulah pesawat
Bronco TT-1015 ini dipasang logo Skadron 3 dan Skadron 1, unit OV-10 dan
Skadron 21, satu-satunya pesawat militer TNI AU yang paling banyak
berpindah domisili, paling banyak dalam penugasan dan paling lama
dioperasikan (38 tahun sejak 1976 hingga 2004).
Penerjunan pasukan dari "pantat" Bronco |
Untuk melindung pilot
dan navigator dari terjangan peluru lawan, canopy depan dan lantai dasar
Bronco dibalut lapisan anti peluru. Bronco juga punya kemampuan untuk
menerjunkan pasukan. Dari semua negara pengguna Bronco, termasuk US Air
Force dan US Navy, baru Indonesia yang pernah melaksanakan dropping
pasukan. Salah satunya pernah diadakan ”combat free fall” dengan jumlah
empat orang dari ”pantat” Bronco. Untuk misi jarak jauh, kompartmen di
bagian ”pantat” bisa disulap sebagai tanki bahan bakar, seperti
digunakan saat penerbangan ferry Bronco dari AS menuju Indonesia.
Dengan usia terbang yang lebih
dari 30 tahun, membuat terbang Bronco lumayan berisiko, terakhir sebuah
Bronco jatuh pada bulan Juli 2007 di area persawahan di kota Malang, dua
awaknya dilaporkan tewas. TNI-AU pun tengah menunggu untuk mendapatkan
pengganti Bronco, kandidat yang diajukan adalah EMB-314 Super Tucano
dari Brazil dan KO-1 dari Korea Selatan.
OV-10F Bronco TNI-AU |
Dengan
kecepatan terbang yang rendah, Bronco pas untuk aksi COIN (Counter
Insurgency), tapi bisa jadi buah simalakama bila menghadapi senjata
penangkis serangan udara. Dengan kecepatan terbang yang rendah Bronco
bisa jadi santapan empuk meriam dan rudal anti pesawat. Hal inilah yang
menjadi kendala Bronco saat beraksi dalam perang Vietnam.
Sampai perang Teluk di tahun
1992, Bronco tetap eksis digunakan oleh US Marine sebagai pesawat intai.
Berbeda dengan Bronco milik TNI-AU, Bronco milik US Marine dilengkapi
alat pengintai canggih, kamera terintegrasi, radar, FLIR (Forward
Looking Infrared) dan lebih hebat lagi Bronco US Marine bisa menggotong
rudal udara ke udara Sidewinder. Sayang Bronco TNI-AU tak sempat di
upgrade untuk persenjataan lebih canggih. Selain Indonesia, Bronco juga
dipakai oleh Jerman, Thailand, Venezuela dan AS tentunya.
Markas Besar (Mabes) TNI AU akhirnya
memutuskan pengganti pesawat OV-10 Bronco yang dikandangkan medio 2007
lalu. "Penggantinya EMB-314 Super Tucano dari Brazil. Sudah ada keputusan Kepala
Staf Angkatan Udara (KSAU)," ujar Wakil KSAU Marsdya I Gusti Made Oka
disela-sela peringatan HUT TNI AU ke-62 di Jakarta, Rabu (9/4/2008).
Spesifikasi OV-10F Bronco
- Produsen : North American, Rockwell International
- Kru : 2
- Lebar sayap : 12,9 meter
- Tinggi : 4,62 meter
- Berat kosong : 3,127 Kg
- Berat Max Take off : 6,522 Kg
- Mesin : 2 x Garret T76 G-410/412 turboprop, 715 hp (533 kW) each
- Kecepatan Max : 452 Km / jam
- Jarak Tempuh : 358 Km
Pengguna selain Indonesia
- Amerika Serikat
- Jerman Barat
- Thailand
- Venezuela
Sumber :
- sejarahperang
- indomiliter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.