Evakuasi Yang Menegangkan Kapten Mannix terus berkomunikasi lewat radio dengan pilot Bambang Irawan. Mannix menuntun supaya heli diterbangkan kearah selatan, dari arah Laut Timor yang bersebelahan dengan Australia agar lebih aman. Namun pilot sempat memutar dari arah timur, padahal musuh berkeliaran disana. Tak ayal heli diberondong tembakan dari bawah oleh berbagai jenis senjata campuran. Beruntung saja heli cepat menghindar tanpa ada yang terluka. Heli evakuasi akhirnya dengan susah payah meski diberondong musuh berhasil menemukan Tim Uminya Kapten Mannix. Lantas langsung dijatuhkan beberapa jerigen air minum, sebab mereka mengira pasukan sudah kehausan dan tidak menemukan air bersih. Ditengah kejaran Tropaz yang semakin mendekati LZ, ke empat anggota yang terluka digotong masuk heli yang penumpangnya hanya 3 orang, Pilot Bambang Irawan. Major Patricia dan seorang bintara Kopassandha. Ada kesulitan, sebab seat-nya hanya ada tiga sedangkan tambahan penumpang 4 orang terluka. Namun terpaksa ke empatnya di bawah masuk, seorang lagi diletakkan dibagasi heli. Sungguh sebuah penyelamatan dramatis dan spektakuler. Kemudian Tropaz datang menyergap, sisa pasukan meladeninya sambil melindungi proses evakuasi. Kembali kontak seru senjata seru terjadi.
Saat musuh menghujani mereka dengan tembakan, Mannix meletakkan ransel dan senjatanya dibawah pohon untuk bisa membopong anggotanya yang terluka naik heli, setelah itu kembali untuk mengambilnya, ternyata ransel dan senjatanya sudah tidak ditempat. Rupanya, anggota pasukan lain sudah menbawanya naik ke atas bukit untuk bertahan dari gempuran Tropaz dan Fretilin. Ditengah hujan tembakan, Mannix berhasil mencapai bukit dimana anggota pasukannya bertahan. Karena posisi mereka strategis diatas bukit, musuh tidak berani mendekat, hanya meladeni tembakan-tembakan dari jauh.
Setelah berhasil mengevakuasi anggotanya dan bisa selamat naik keatas bukit, Mannix menarik nafas lega. Dia bersyukur, apalagi setelah melihat heli sudah mengudara menuju Atambua. Dalam hati, dia merasa salut kepada sang pilot Bambang Irawan, yang meski hanya seorang sipil tapi nyalinya tidak kalah dari pilot tentara. Dalam hati Mannix berharap pilot tersebut mendapatkan penghargaan.Berusaha Mencapai Perbatasan Setelah terlibat dengan kontak senjata sengit dan setelah mempelajari pergerakan musuh yang mengejar beberapa saat, mereka kemudian bergerak mencari jalan pulang ke Atambua di sebelah barat. Namun perjalan pulang tidak semudah yang dibayangkan, sebab dibeberapa tempat mereka masih harus terlibat kontak senjata dengan musuh yang terus membayangi pelolosan pasukan. Ternyata musuh sangat menguasai medan dan menyebar dimana-mana. Sehingga perjalanan yang semula direncanakan selama 10 hari menjadi 15 hari. Memasuki hari kelima logistik sudah habis. Makanan tidak ada, air minum juga susah. Masih beruntung terdapat banyak pohon kelapa yang bisa diminum dan dimakan air dan buahnya. Ketika memasuki sebuah kampung yang ditinggal mengungsi oleh penduduknya, mereka menemukan seekor ayam betina yang sedang mengerami anaknya. Tanpa basa basi lagi, ayam tersebut langsung di sembelih dan dimasak tanpa bumbu. Mereka pun mengeroyok daging ayam betina itu.
Keletihan yang amat sangat sudah menghinggapi semua anggota pasukan tak terkecuali Kapten Mannix. Lapar dan haus luar biasa. Menyadari hal tersebut, pada satu titi-titik yang aman, Mannix mempersilahkan anak buahnya beristirahat beberapa menit. Mereka pun merebahkan badan dan langsung tertidur nyenyak. Setelah beristirahat, mereka langsung bergerak agar tidak sempat terdeteksi dan terkejar oleh musuh. Mannix sangat melarang anggota nya membuka tembakan, kecuali bila sudah sangat terdesak. Sebab amunisi mereka sudah sangat terbatas, masing-masing hanya tinggal sekitara 20 butir saja dari 250 persediaan semula.
Karena dibeberapa titik pelolosan sudah di blokade oleh Fretilin dan Tropaz, Mannix berdiskusi dengan Rully Lopez yang notabene juga mantan Tropaz. Mannix menjelaskan bahwa jika mereka terus berjalan lurus ke barat mereka akan menghadapi banyak pencegatan musuh.
"Kalau kita menuju selatan hingga mencapai pantai dan menyusuri pantai menuju barat (perbatasan) apa ada tempat yang bisa menjadi perlindungan?" Tanya Mannix ke Lopez.
"Ya, ada pak. Saya tau tempatnya" jawab Rully Lopez. Akhirnya Mannix memutuskan bahwa jalur pantai lah yang akan mereka tempuh. Mereka pun kemudian bergerak dengan hati-hati sambil tetap dengan kewaspadaan tinggi.
Setelah menempuh perjalanan hampir 15 hari, mereka kemudian memasuki sebuah kampung diperbatasan Timles dan NTT. Semua penduduk kampung tersebut ketakutan dan berusaha kabur, mereka mengira Fretilin menyerang dan masuk kampung mereka. Untunglah melalui penterjemah yang dibawa dijelaskan bahwa mereka bukan Fretilin melainkan tentara Indonesia. Akhirnya penduduk merasa tenang dan kembali ke rumah masing-masing. Bahkan kemudian penduduk kampung memberi mereka makan. Beberapa ekor ayam dipotong, dimasak dan dibakar tanpa bumbu, hanya garam. Namun semua mereka makan dengan lahapnya, terasa sangat luar biasa enaknya.@Semua anggota pasukan sudah terlihat amat kurus, tak terkecuali Kapten Mannix. Pipinya sudah cekung kedalam karena selama hampir 14 hari sama sekali tidak makan yang wajar. Dua hari setelah mereka berada di basis Kotabot, tiba-tiba beberapa penduduk berlarian sambil berteriak mengatakan ada seseorang membawa senjata memasuki kampung nya, mereka mengira itu pasti Fretilin. Ternyata orang tersebut adalah Serda Sarwono yang sempat dinyatakan missing. Pembantu penembak roket ini hampir putus jari tangannya diterabas peluru musuh. Sarwono mengiris sendiri jari tangannya hingga putus dan mengobatinya sendiri secara ala kadarnya. Dia pun berhasil menyelamatkan diri dan mencapai perbatasan dengan kisah yang tidak kalah dramatisnya.
Ditegah hujan tembakan dan kejaran gabungan Fretilin dan Tropaz, Sarwono bersembunyi dan menyelinap menyusuri hutan dan pesisir pantai yang sebelumnya dilalui Mannix dan pasukannya. Ketika Mannix menanyakan bagaimana ia menyelamatkan diri, "Saya ingat petunjuk bapak, jika tersesat ikuti saja kearah mana matahari terbenam" jelasnya. Kemudian, ia menemukan jejak-jejak rekannya dan terus menelusurinya.
Sempat beberapa kali Sarwono hampir tertangkap Fretilin yang juga mengejar Tim Umi. Suatu kali, ketika Sarwono sedang memasak, dan sudah hampir matang siap disantap, tiba-tiba Fretilin datang. Dengan sigap Sarwono bersembunyi. Tentara Tropaz dan Fretilin tersebut kelihatan sibuk memeriksa kawasan itu mencari keberadaannya. Lama sekali Sarwono diam membisu di belukar dan berdiam seperti patung. Dalam keadaan menegangkan itu dia sudah menggenggam sebuah granat, siap-siap diledakkan bila mana dia sampai tertangkap.
Ketika Tim Umi meninggalkan kampung tersebut menuju Kotabot, Sarwono segera dievakuasi ke rumah sakit untuk mencegah inveksi pada luka buntung jarinya.Tim Umi Merebut Benteng Batugade Tidak lama kemudian, Tim Umi yang sudah konsolidasi diperintahkan berangkat dari Kotabot berkumpul di Motaain, sebuah desa kecil wilayah NTT perbatasan berjarak 25km dari Atapupu dan hanya 3km dari Batugade. Batugade sebelumnya dikuasai oleh UDT namun setelah pertempuran sengit, UDT terusir ke perbatasan dan Batugade diduduki Fretilin.
Padahal Batugade sangat penting karena merupakan pintu gerbang keluar masuk wilayah Timor Portugis. Fretilin juga maklum akan itu, sehingga mereka mengerahkan sebuah Frigat ex AL Portugal yang dikuasai bergerak dari Dilli menuju perairan dekat garis perbatasan. Kehadiran kapal jenis frigat yang diyakini bersenjata lengkap ini memberikan kekhawatiran kepada pihak UDT dan penduduk NTT di perbatasan.
Dalam situasi dan eskalasi yang semakin meningkat, Kol. Jonas memerintahkan Kapten Mannix untuk segere membawa tim nya merebut Batugade. Padahal Tim Umi baru saja konsolidasi dan belum lengkap (Dalam gerakan kemarin,Tim Umi menderita kerugian 1 gugur, 7 luka2, 2 stress dan terpaksa dipulangkan). Namun dengan kondisi personil terbatas hanya dengan 1 Prayudha, Mannix membentuk pasukan penyerbu. Pasukan ini merupakan gabungan yg terdiri dari : 1 Prayudha Tim Umi Sandiyudha, 1 Peleton Parako di bp. Lettu Inf. Sugiarto dibantu sukarelawan Apodeti, UDT, KOTA, Trabalista, dan beberapa ex Tropaz.
Mannix yang sudah memetakan kondisi di Batugade memimpin pasukan dalam kelompok-kelompok kecil membentuk basis gerilya, bergerak menyusuri hutan dan perbukitan dengan sasaran Batugade. Ketika hari H ditentukan, secara sporadis serangan dilancarkan. Pertempuran sengit terjadi. Dari arah laut, Tim Parako pimpinan Sugiarto bergerak melambung menyusup rusuk benteng Tropaz di tepi pantai.
Namun tak disangka, ditengah-tengah pertempuran memperebutkan benteng Tropaz, pasukan Mannix dihujani tembakan meriam dari arah laut. Rupanya Frigat yang sudah dikuasai Fretilin beraksi. Segera Mannix menghubungi pasukan Marinir TNI-AL yang juga sudah standby meminta bantuan. Anggota Marinir segera meggelar artileri dan panser nya di tepi pantai. Jika dalam pendaratan pasukan Sekutu di Sicilia dalam PD II terjadi duel tembakan antara kapal-kapal perang sekutu dan tank-tank Jerman di pantai, mungkin ini duplikatnya namun dalam skala lebih kecil. Frigat Fretilin di tembaki oleh tank ringan, panser, meriam dan bahkan mortir Marinir dari pantai. Mendapat hujan tembakan, Frigat ini pun kemudian mundur kembali ke Dilli.
Menjelang senja, benteng Tropaz di Batugade sepenuhnya dikuasai oleh pasukan gabungan Mannix. Namun Fretilin masih juga membuat serangan dadakan malam harinya. Mortir dan bazooka menghujani benteng. Kini keadaan terbalik, pasukan Mannix yang bertahan dan Fretilin yang menyerang. Serangan dapat dipatahkan, dan Fretilin mundur melarikan diri.
Kemudian para sukarelawan pimpinan Mannix bergerak menuju kota dan merebutnya. Batugade merupakan kota pertama yang jatuh ketangan 'sukarelawan' dalam Operasi Flamboyan.
-SEKIAN-
☆ Ditulis oleh Samuel Tirta (kaskuser) dari berbagai sumber
Saat musuh menghujani mereka dengan tembakan, Mannix meletakkan ransel dan senjatanya dibawah pohon untuk bisa membopong anggotanya yang terluka naik heli, setelah itu kembali untuk mengambilnya, ternyata ransel dan senjatanya sudah tidak ditempat. Rupanya, anggota pasukan lain sudah menbawanya naik ke atas bukit untuk bertahan dari gempuran Tropaz dan Fretilin. Ditengah hujan tembakan, Mannix berhasil mencapai bukit dimana anggota pasukannya bertahan. Karena posisi mereka strategis diatas bukit, musuh tidak berani mendekat, hanya meladeni tembakan-tembakan dari jauh.
Setelah berhasil mengevakuasi anggotanya dan bisa selamat naik keatas bukit, Mannix menarik nafas lega. Dia bersyukur, apalagi setelah melihat heli sudah mengudara menuju Atambua. Dalam hati, dia merasa salut kepada sang pilot Bambang Irawan, yang meski hanya seorang sipil tapi nyalinya tidak kalah dari pilot tentara. Dalam hati Mannix berharap pilot tersebut mendapatkan penghargaan.Berusaha Mencapai Perbatasan Setelah terlibat dengan kontak senjata sengit dan setelah mempelajari pergerakan musuh yang mengejar beberapa saat, mereka kemudian bergerak mencari jalan pulang ke Atambua di sebelah barat. Namun perjalan pulang tidak semudah yang dibayangkan, sebab dibeberapa tempat mereka masih harus terlibat kontak senjata dengan musuh yang terus membayangi pelolosan pasukan. Ternyata musuh sangat menguasai medan dan menyebar dimana-mana. Sehingga perjalanan yang semula direncanakan selama 10 hari menjadi 15 hari. Memasuki hari kelima logistik sudah habis. Makanan tidak ada, air minum juga susah. Masih beruntung terdapat banyak pohon kelapa yang bisa diminum dan dimakan air dan buahnya. Ketika memasuki sebuah kampung yang ditinggal mengungsi oleh penduduknya, mereka menemukan seekor ayam betina yang sedang mengerami anaknya. Tanpa basa basi lagi, ayam tersebut langsung di sembelih dan dimasak tanpa bumbu. Mereka pun mengeroyok daging ayam betina itu.
Keletihan yang amat sangat sudah menghinggapi semua anggota pasukan tak terkecuali Kapten Mannix. Lapar dan haus luar biasa. Menyadari hal tersebut, pada satu titi-titik yang aman, Mannix mempersilahkan anak buahnya beristirahat beberapa menit. Mereka pun merebahkan badan dan langsung tertidur nyenyak. Setelah beristirahat, mereka langsung bergerak agar tidak sempat terdeteksi dan terkejar oleh musuh. Mannix sangat melarang anggota nya membuka tembakan, kecuali bila sudah sangat terdesak. Sebab amunisi mereka sudah sangat terbatas, masing-masing hanya tinggal sekitara 20 butir saja dari 250 persediaan semula.
Karena dibeberapa titik pelolosan sudah di blokade oleh Fretilin dan Tropaz, Mannix berdiskusi dengan Rully Lopez yang notabene juga mantan Tropaz. Mannix menjelaskan bahwa jika mereka terus berjalan lurus ke barat mereka akan menghadapi banyak pencegatan musuh.
"Kalau kita menuju selatan hingga mencapai pantai dan menyusuri pantai menuju barat (perbatasan) apa ada tempat yang bisa menjadi perlindungan?" Tanya Mannix ke Lopez.
"Ya, ada pak. Saya tau tempatnya" jawab Rully Lopez. Akhirnya Mannix memutuskan bahwa jalur pantai lah yang akan mereka tempuh. Mereka pun kemudian bergerak dengan hati-hati sambil tetap dengan kewaspadaan tinggi.
Setelah menempuh perjalanan hampir 15 hari, mereka kemudian memasuki sebuah kampung diperbatasan Timles dan NTT. Semua penduduk kampung tersebut ketakutan dan berusaha kabur, mereka mengira Fretilin menyerang dan masuk kampung mereka. Untunglah melalui penterjemah yang dibawa dijelaskan bahwa mereka bukan Fretilin melainkan tentara Indonesia. Akhirnya penduduk merasa tenang dan kembali ke rumah masing-masing. Bahkan kemudian penduduk kampung memberi mereka makan. Beberapa ekor ayam dipotong, dimasak dan dibakar tanpa bumbu, hanya garam. Namun semua mereka makan dengan lahapnya, terasa sangat luar biasa enaknya.@Semua anggota pasukan sudah terlihat amat kurus, tak terkecuali Kapten Mannix. Pipinya sudah cekung kedalam karena selama hampir 14 hari sama sekali tidak makan yang wajar. Dua hari setelah mereka berada di basis Kotabot, tiba-tiba beberapa penduduk berlarian sambil berteriak mengatakan ada seseorang membawa senjata memasuki kampung nya, mereka mengira itu pasti Fretilin. Ternyata orang tersebut adalah Serda Sarwono yang sempat dinyatakan missing. Pembantu penembak roket ini hampir putus jari tangannya diterabas peluru musuh. Sarwono mengiris sendiri jari tangannya hingga putus dan mengobatinya sendiri secara ala kadarnya. Dia pun berhasil menyelamatkan diri dan mencapai perbatasan dengan kisah yang tidak kalah dramatisnya.
Ditegah hujan tembakan dan kejaran gabungan Fretilin dan Tropaz, Sarwono bersembunyi dan menyelinap menyusuri hutan dan pesisir pantai yang sebelumnya dilalui Mannix dan pasukannya. Ketika Mannix menanyakan bagaimana ia menyelamatkan diri, "Saya ingat petunjuk bapak, jika tersesat ikuti saja kearah mana matahari terbenam" jelasnya. Kemudian, ia menemukan jejak-jejak rekannya dan terus menelusurinya.
Sempat beberapa kali Sarwono hampir tertangkap Fretilin yang juga mengejar Tim Umi. Suatu kali, ketika Sarwono sedang memasak, dan sudah hampir matang siap disantap, tiba-tiba Fretilin datang. Dengan sigap Sarwono bersembunyi. Tentara Tropaz dan Fretilin tersebut kelihatan sibuk memeriksa kawasan itu mencari keberadaannya. Lama sekali Sarwono diam membisu di belukar dan berdiam seperti patung. Dalam keadaan menegangkan itu dia sudah menggenggam sebuah granat, siap-siap diledakkan bila mana dia sampai tertangkap.
Ketika Tim Umi meninggalkan kampung tersebut menuju Kotabot, Sarwono segera dievakuasi ke rumah sakit untuk mencegah inveksi pada luka buntung jarinya.Tim Umi Merebut Benteng Batugade Tidak lama kemudian, Tim Umi yang sudah konsolidasi diperintahkan berangkat dari Kotabot berkumpul di Motaain, sebuah desa kecil wilayah NTT perbatasan berjarak 25km dari Atapupu dan hanya 3km dari Batugade. Batugade sebelumnya dikuasai oleh UDT namun setelah pertempuran sengit, UDT terusir ke perbatasan dan Batugade diduduki Fretilin.
Padahal Batugade sangat penting karena merupakan pintu gerbang keluar masuk wilayah Timor Portugis. Fretilin juga maklum akan itu, sehingga mereka mengerahkan sebuah Frigat ex AL Portugal yang dikuasai bergerak dari Dilli menuju perairan dekat garis perbatasan. Kehadiran kapal jenis frigat yang diyakini bersenjata lengkap ini memberikan kekhawatiran kepada pihak UDT dan penduduk NTT di perbatasan.
Dalam situasi dan eskalasi yang semakin meningkat, Kol. Jonas memerintahkan Kapten Mannix untuk segere membawa tim nya merebut Batugade. Padahal Tim Umi baru saja konsolidasi dan belum lengkap (Dalam gerakan kemarin,Tim Umi menderita kerugian 1 gugur, 7 luka2, 2 stress dan terpaksa dipulangkan). Namun dengan kondisi personil terbatas hanya dengan 1 Prayudha, Mannix membentuk pasukan penyerbu. Pasukan ini merupakan gabungan yg terdiri dari : 1 Prayudha Tim Umi Sandiyudha, 1 Peleton Parako di bp. Lettu Inf. Sugiarto dibantu sukarelawan Apodeti, UDT, KOTA, Trabalista, dan beberapa ex Tropaz.
Mannix yang sudah memetakan kondisi di Batugade memimpin pasukan dalam kelompok-kelompok kecil membentuk basis gerilya, bergerak menyusuri hutan dan perbukitan dengan sasaran Batugade. Ketika hari H ditentukan, secara sporadis serangan dilancarkan. Pertempuran sengit terjadi. Dari arah laut, Tim Parako pimpinan Sugiarto bergerak melambung menyusup rusuk benteng Tropaz di tepi pantai.
Namun tak disangka, ditengah-tengah pertempuran memperebutkan benteng Tropaz, pasukan Mannix dihujani tembakan meriam dari arah laut. Rupanya Frigat yang sudah dikuasai Fretilin beraksi. Segera Mannix menghubungi pasukan Marinir TNI-AL yang juga sudah standby meminta bantuan. Anggota Marinir segera meggelar artileri dan panser nya di tepi pantai. Jika dalam pendaratan pasukan Sekutu di Sicilia dalam PD II terjadi duel tembakan antara kapal-kapal perang sekutu dan tank-tank Jerman di pantai, mungkin ini duplikatnya namun dalam skala lebih kecil. Frigat Fretilin di tembaki oleh tank ringan, panser, meriam dan bahkan mortir Marinir dari pantai. Mendapat hujan tembakan, Frigat ini pun kemudian mundur kembali ke Dilli.
Menjelang senja, benteng Tropaz di Batugade sepenuhnya dikuasai oleh pasukan gabungan Mannix. Namun Fretilin masih juga membuat serangan dadakan malam harinya. Mortir dan bazooka menghujani benteng. Kini keadaan terbalik, pasukan Mannix yang bertahan dan Fretilin yang menyerang. Serangan dapat dipatahkan, dan Fretilin mundur melarikan diri.
Kemudian para sukarelawan pimpinan Mannix bergerak menuju kota dan merebutnya. Batugade merupakan kota pertama yang jatuh ketangan 'sukarelawan' dalam Operasi Flamboyan.
-SEKIAN-
☆ Ditulis oleh Samuel Tirta (kaskuser) dari berbagai sumber
★ Kaskus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.