Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) melaksanakan kunjungan kerja ke PT Pindad (Persero) pada hari Senin, 6 Juli 2015. Rombongan yang dipimpin oleh Laksamana TNI (Purn) Sumardjono, diterima oleh Direktur Utama, Silmy Karim, beserta jajaran manajemen di Auditorium Gedung Direktorat. Acara diawali dengan plan tour mengunjungi pusat perakitan di Divisi Kendaraan Khusus dan Divisi senjata untuk melihat proses dan fasilitas produksi perusahaan.
Ketua rombongan, Laksamana TNI (Purn.) Soemardjono, yang menjabat sebagai Ketua Pelaksana Tim KKIP mengatakan bahwa sebagai komite yang mengawasi jalannya industri pertahanan, KKIP perlu mengadakan kunjungan langsung. “Tugas KKIP mengunjungi ke semua industri pertahanan secara berkala sebagai bentuk pengawasan. Selain monitoring laporan tertulis, monitoring media, dan sebagainya, KKIP mempunyai kewajiban untuk melihat secara langsung,” tutur Soemardjono.
Dalam kata sambutannya, Silmy Karim mengatakan bahwa Industri pertahanan sedang berbenah dan merapikan beberapa pekerjaan rumah yang terasa menghambat, “PR-PR ini mudah-mudahan akan selesai di agenda kami pada tahun ini, baik yang sifatnya sistem maupun juga kualitas,” ujar Silmy. “Kualitas ini menjadi hal yang paling penting bagi kami, tetapi memang tidak mudah, perlu ada aksi-aksi yang spesifik seperti QC keluar dari produksi, pemilihan vendor, supplier, mitra kerja, sub kontraktor yang akan kita tata ulang sehingga bisa menjamin kualitas kita di 2016,” lanjut Silmy.
Mengacu pada UU No 16 tahun 2012, industri pertahanan wajib meningkatkan kemampuan, seperti sarana produksi, pengembangan SDM, dan manajemen yang maksimal. “PMN yang di dapatkan oleh Pindad akan digunakan untuk peningkatan kapasitas, modernisasi, pembangunan kemandirian, pengembangan system, dan pengembangan SDM” ujar Silmy. “Ke depan, Pindad sebaiknya memang mengintegrasi dan hanya membuat produk yang sangat spesifik. Dimana spesifik itu yang sensitif, tidak bisa diproduksi diluar. Tetapi kalau misalnya itu masih bisa diluar, maka kita dorong untuk diluar tetapi dengan vendor yang benar dan QC kita dilibatkan disana” ujar Silmy lagi.
Silmy dan jajaran manajemen Pindad dalam kesempatan itu menjelaskan pula pengembangan produk baru diantaranya ‘Badak’ yang merupakan kerjasama Pindad dan produsen turret CMI Defence (Cockerill) dari Belgia, SSX kaliber 7,62 mm, senjata bawah air, medium tank, Roket Pertahanan, dan lain-lain.
Acara ditutup dengan diskusi terkait industri pertahanan, khususnya mengenai upaya-upaya untuk meningkatkan Pindad. “Saran dan masukan dari KKIP akan ditindaklanjuti” ujar Silmy. (Ryan)
Ketua rombongan, Laksamana TNI (Purn.) Soemardjono, yang menjabat sebagai Ketua Pelaksana Tim KKIP mengatakan bahwa sebagai komite yang mengawasi jalannya industri pertahanan, KKIP perlu mengadakan kunjungan langsung. “Tugas KKIP mengunjungi ke semua industri pertahanan secara berkala sebagai bentuk pengawasan. Selain monitoring laporan tertulis, monitoring media, dan sebagainya, KKIP mempunyai kewajiban untuk melihat secara langsung,” tutur Soemardjono.
Dalam kata sambutannya, Silmy Karim mengatakan bahwa Industri pertahanan sedang berbenah dan merapikan beberapa pekerjaan rumah yang terasa menghambat, “PR-PR ini mudah-mudahan akan selesai di agenda kami pada tahun ini, baik yang sifatnya sistem maupun juga kualitas,” ujar Silmy. “Kualitas ini menjadi hal yang paling penting bagi kami, tetapi memang tidak mudah, perlu ada aksi-aksi yang spesifik seperti QC keluar dari produksi, pemilihan vendor, supplier, mitra kerja, sub kontraktor yang akan kita tata ulang sehingga bisa menjamin kualitas kita di 2016,” lanjut Silmy.
Mengacu pada UU No 16 tahun 2012, industri pertahanan wajib meningkatkan kemampuan, seperti sarana produksi, pengembangan SDM, dan manajemen yang maksimal. “PMN yang di dapatkan oleh Pindad akan digunakan untuk peningkatan kapasitas, modernisasi, pembangunan kemandirian, pengembangan system, dan pengembangan SDM” ujar Silmy. “Ke depan, Pindad sebaiknya memang mengintegrasi dan hanya membuat produk yang sangat spesifik. Dimana spesifik itu yang sensitif, tidak bisa diproduksi diluar. Tetapi kalau misalnya itu masih bisa diluar, maka kita dorong untuk diluar tetapi dengan vendor yang benar dan QC kita dilibatkan disana” ujar Silmy lagi.
Silmy dan jajaran manajemen Pindad dalam kesempatan itu menjelaskan pula pengembangan produk baru diantaranya ‘Badak’ yang merupakan kerjasama Pindad dan produsen turret CMI Defence (Cockerill) dari Belgia, SSX kaliber 7,62 mm, senjata bawah air, medium tank, Roket Pertahanan, dan lain-lain.
Acara ditutup dengan diskusi terkait industri pertahanan, khususnya mengenai upaya-upaya untuk meningkatkan Pindad. “Saran dan masukan dari KKIP akan ditindaklanjuti” ujar Silmy. (Ryan)
☠ Pindad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.