Kemenangan di Aleppo Bisa Bawa Perdamaian ke Suriah Suasana sudut kota Aleppo [blog.act]
Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan, kemenangan di Aleppo merupakan sebuah langkah besar, yang diharapkan mampu membawa perdamaian di Suriah. Tentara Suriah saat ini sudah menguasai sebagian besar wilayah Aleppo.
Assad mengatakan, mengalahkan pemberontak di Aleppo, tidak akan mengakhiri konflik Suriah. Namun, hal itu bisa menjadi sebuah awal yang bagus untuk menyelesaikan konflik, dan membawa perdamaian ke Suriah.
"Memang benar, Aleppo akan menjadi kemenangan bagi kami, tapi kita harus realistis. Itu tidak akan berarti akhir dari perang di Suriah. Tapi, itu akan menjadi langkah besar menuju tujuan utama," ucap Assad, seperti dilansir Al Jazeera pada Kamis (8/12).
Pasukan pemerintah mencetak kemenangan penting pada Rabu ketika pemberontak mundur dari kota tua, jantung bersejarah Aleppo. Mereka melanjutkan kemajuan dengan merebut Bab al-Nayrab, Al-Maadi dan lingkungan Salhin.
Sejak dimulai pada Maret 2011, perang di Suriah sendiri telah menewaskan ratusan ribu orang, membuat lebih dari setengah masyrakat Suriah menjadi tunawisma, dan menciptakan krisis pengungsi terburuk di dunia. (esn)
AS Ingin Gencatan Senjata karena Pemberontak Terdesak
Keindahan kota berubah menjadi kota hantu [Istimewa]
Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat, ngotot untuk menerapkan gencatan senjata di Suriah. AS mengatakan, gencatan senjata ini bisa digunakan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke kota-kota terdampak konflik, khususnya Aleppo, dan menciptakan situasi yang kondusif untuk dilakukannya pembicaraan damai.
Namun, menurut Presiden Suriah Bashar al-Assad, alasan sebenarnya AS sangat menginginkan gencatan senjata tersebut bukanlah faktor kemanusiaanya. Alasannya, lanjut Assad, pemberontak Suriah yang didukung AS mulai kewalahan menghadapi serangan yang dilancarkan tentara Suriah.
"Orang Amerika, bersikeras menuntut gencatan senjata, karena agen teroris mereka sekarang dalam situasi yang sulit," kata Assad merujuk pada pemberontak Suriah, seperti dilansir Al Jazeera pada Kamis (8/12).
Dia menambahkan, tidak akan ada gencatan senjata dalam waktu dekat di Suriah, khususnya di Aleppo. "Ini praktis tidak akan ada (gencatan senjata), tentu saja tidak ada," sambungnya.
Sementara itu, Rusia dan AS dikabarkan saat ini hampir merampungkan kesepakatan mengenai Aleppo. Dimana, bila melihat dari rencana awal, kesepakatan ini akan berisi penarikan mundur pemberontak Suriah dari wilayah Aleppo.
"Kami sudah cukup dekat untuk mencapai pemahamanan mengenai hal ini, tapi saya ingin memperingatkan untuk tidak terlalu menaruh harapan tingi pada ini," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov. (esn)
Assad Tolak Permohonan Gencatan Senjata di Aleppo
Sudut kota Aleppo [tmpo]
Presiden Suriah Bashar al-Assad menolak mentah-mentah permohonan gencaran senjata di Aleppo. Permohonan gencatan senjata selama 5 hari diajukan militan di Aleppo timur untuk bantuan kemanusiaan dan evakuasi korban luka.
"Itu praktis tidak ada, tentu saja," kata Assad dalam sebuah wawancara dengan media Suriah Al Watan seperti dikutip dari Sky, Kamis (8/12/2016).
Menurut Assad pasukan pemberontak telah terdesak seiring keberhasilan pasukan pemerintah menguasai 80% wilayah Aleppo timur. Aleppo timur telah menjadi benteng bagi kelompok pemberontak sejak 2012.
Ia pun menegaskan jika kemenangan di Aleppo akan menjadi langkah besar untuk mengakhiri perang saudara yang telah berkecamuk di negara selama 5 tahun. "Tapi kami harus realistis, itu tidak akan berarti akhir dari perang di Suriah. Tapi itu akan menjadi langkah besar menuju tujuan ini," katanya.
Aleppo dulu dikenal sebagai detak jantung dari budaya dan perdagangan di Suriah. Namun kota itu berubah menjadi medan pertempuran dan membuatnya terbagi menjadi dua dimana sebelah barat dikuasai pasukan pemerintah dan sebelah timur dikuasai pasukan pemberontak.
Konflik Suriah dimulai pada Maret 2011 dimulai dengan demonstrasi yang meluas dan berubah menjadi perang multi-front yang brutal dan menggambarkan sejumlah kekuatan di dunia.
Rusia Perburuk Situasi di Suriah
Pesawat tempur Rusia parkir di pangkalan udara Hamdan, Suriah. [Istimewa]
Kepala badan intelijen Inggris MI6, Alex Young menyebut aksi Rusia di Suriah semakin memperburuk situasi di negara itu. Ia pun memperingatkan bahwa tindakan Rusia di Suriah akan berujung tragis dan bisa menempatkan keamanan Inggris dalam risiko.
"Fakta dilapangan sangat situasi ekstrim yang sangat kompleks. Nasib buruk yang terjadi di Suriah terus berlanjut dan bertambah buruk. Saya tidak bisa mengatakan apa yang akan terjadi di tahun depan," kata Young.
"Tapi apa yang saya tahu adalah ini: kita tidak bisa aman dari acaman yang berasal dari Suriah kecuali perang sipil diakhiri," imbuhnya seperti dikutip dari Sky, Kamis (8/12/2016).
Ia pun mengkritisi terkait tujuan yang ingin didapatkan oleh Moskow di Timur Tengah. "Rusia sedang berusaha membuat gurun dan menyebutnya perdamaian. Itu adalah tragedi kemanusian yang menyakitkan hati," katanya terkait pemboman di Aleppo.
"Saya percaya perilaku Rusia di Suriah, bersekutu dengan rezim Assad yang dideskriditkan jika mereka tidak merubah arah kebijakannya, akan memberikan contoh tragis dari bahayanya sebuah legitimasi," katanya lagi.
"Dalam mendefinisikan seseorang sebagai teroris yang menentang pemerintah dengan brutal, mereka mengasingkan kelompok tersebut ke sisi kelompok ekstrimis yang harus dikalahkan," tukasnya. (ian)
Rusia Bakal Bangun Pangkalan Angkatan Laut Permanen di Suriah
Rusia bakal membangun pangkalan angkatan laut permanen di Suriah. [Istimewa]
Seorang anggota parlemen Rusia mengatakan bahwa Moskow akan membangun pangkalan Angkatan Laut permanen di Suriah di Provinsi Tartus. Rencana itu akan tertuang dalam perjanjian yang akan ditandatangani dengan rezim Bashar al-Assad.
Berbicara kepada wartawan di Moskow, Ketua Komite Dewan Federasi Pertahanan dan Keamanan Viktor Ozerov mengatakan bahwa pembicaraan sedang dalam tahap akhir. Namun ia menolak untuk memprediksi tentang kemungkinan tanggal perjanjian itu diserahkan ke parlemen untuk diratifikasi seperti dikutip dari Middle East Monitor, Kamis (8/12/2016).
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia pada bulan Oktober lalu mengumumkan akan mengirim semua dokumen yang relevan mengenai pangkalan angkatan laut ke Parlemen. Sumber mengungkapkan bahwa perjanjian dengan Suriah itu selama 49 tahun. Rusia sendiri telah memiliki kehadiran angkatan laut di Tartus sejak Perang Dingin.
Pada bulan yang sama, Presiden Vladimir Putin sepakat untuk mengerahkan angkatan udara Rusia di Suriah "tanpa batas". Rusia akan menggunakan pangkalan udara Humaimam dengan gratis. Perjanjian tersebut juga memungkinkan Rusia untuk mengangkut senjata, amunisi atau peralatan untuk Suriah tanpa membayar biaya atau pajak. (ian)
Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan, kemenangan di Aleppo merupakan sebuah langkah besar, yang diharapkan mampu membawa perdamaian di Suriah. Tentara Suriah saat ini sudah menguasai sebagian besar wilayah Aleppo.
Assad mengatakan, mengalahkan pemberontak di Aleppo, tidak akan mengakhiri konflik Suriah. Namun, hal itu bisa menjadi sebuah awal yang bagus untuk menyelesaikan konflik, dan membawa perdamaian ke Suriah.
"Memang benar, Aleppo akan menjadi kemenangan bagi kami, tapi kita harus realistis. Itu tidak akan berarti akhir dari perang di Suriah. Tapi, itu akan menjadi langkah besar menuju tujuan utama," ucap Assad, seperti dilansir Al Jazeera pada Kamis (8/12).
Pasukan pemerintah mencetak kemenangan penting pada Rabu ketika pemberontak mundur dari kota tua, jantung bersejarah Aleppo. Mereka melanjutkan kemajuan dengan merebut Bab al-Nayrab, Al-Maadi dan lingkungan Salhin.
Sejak dimulai pada Maret 2011, perang di Suriah sendiri telah menewaskan ratusan ribu orang, membuat lebih dari setengah masyrakat Suriah menjadi tunawisma, dan menciptakan krisis pengungsi terburuk di dunia. (esn)
AS Ingin Gencatan Senjata karena Pemberontak Terdesak
Keindahan kota berubah menjadi kota hantu [Istimewa]
Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat, ngotot untuk menerapkan gencatan senjata di Suriah. AS mengatakan, gencatan senjata ini bisa digunakan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke kota-kota terdampak konflik, khususnya Aleppo, dan menciptakan situasi yang kondusif untuk dilakukannya pembicaraan damai.
Namun, menurut Presiden Suriah Bashar al-Assad, alasan sebenarnya AS sangat menginginkan gencatan senjata tersebut bukanlah faktor kemanusiaanya. Alasannya, lanjut Assad, pemberontak Suriah yang didukung AS mulai kewalahan menghadapi serangan yang dilancarkan tentara Suriah.
"Orang Amerika, bersikeras menuntut gencatan senjata, karena agen teroris mereka sekarang dalam situasi yang sulit," kata Assad merujuk pada pemberontak Suriah, seperti dilansir Al Jazeera pada Kamis (8/12).
Dia menambahkan, tidak akan ada gencatan senjata dalam waktu dekat di Suriah, khususnya di Aleppo. "Ini praktis tidak akan ada (gencatan senjata), tentu saja tidak ada," sambungnya.
Sementara itu, Rusia dan AS dikabarkan saat ini hampir merampungkan kesepakatan mengenai Aleppo. Dimana, bila melihat dari rencana awal, kesepakatan ini akan berisi penarikan mundur pemberontak Suriah dari wilayah Aleppo.
"Kami sudah cukup dekat untuk mencapai pemahamanan mengenai hal ini, tapi saya ingin memperingatkan untuk tidak terlalu menaruh harapan tingi pada ini," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov. (esn)
Assad Tolak Permohonan Gencatan Senjata di Aleppo
Sudut kota Aleppo [tmpo]
Presiden Suriah Bashar al-Assad menolak mentah-mentah permohonan gencaran senjata di Aleppo. Permohonan gencatan senjata selama 5 hari diajukan militan di Aleppo timur untuk bantuan kemanusiaan dan evakuasi korban luka.
"Itu praktis tidak ada, tentu saja," kata Assad dalam sebuah wawancara dengan media Suriah Al Watan seperti dikutip dari Sky, Kamis (8/12/2016).
Menurut Assad pasukan pemberontak telah terdesak seiring keberhasilan pasukan pemerintah menguasai 80% wilayah Aleppo timur. Aleppo timur telah menjadi benteng bagi kelompok pemberontak sejak 2012.
Ia pun menegaskan jika kemenangan di Aleppo akan menjadi langkah besar untuk mengakhiri perang saudara yang telah berkecamuk di negara selama 5 tahun. "Tapi kami harus realistis, itu tidak akan berarti akhir dari perang di Suriah. Tapi itu akan menjadi langkah besar menuju tujuan ini," katanya.
Aleppo dulu dikenal sebagai detak jantung dari budaya dan perdagangan di Suriah. Namun kota itu berubah menjadi medan pertempuran dan membuatnya terbagi menjadi dua dimana sebelah barat dikuasai pasukan pemerintah dan sebelah timur dikuasai pasukan pemberontak.
Konflik Suriah dimulai pada Maret 2011 dimulai dengan demonstrasi yang meluas dan berubah menjadi perang multi-front yang brutal dan menggambarkan sejumlah kekuatan di dunia.
Rusia Perburuk Situasi di Suriah
Pesawat tempur Rusia parkir di pangkalan udara Hamdan, Suriah. [Istimewa]
Kepala badan intelijen Inggris MI6, Alex Young menyebut aksi Rusia di Suriah semakin memperburuk situasi di negara itu. Ia pun memperingatkan bahwa tindakan Rusia di Suriah akan berujung tragis dan bisa menempatkan keamanan Inggris dalam risiko.
"Fakta dilapangan sangat situasi ekstrim yang sangat kompleks. Nasib buruk yang terjadi di Suriah terus berlanjut dan bertambah buruk. Saya tidak bisa mengatakan apa yang akan terjadi di tahun depan," kata Young.
"Tapi apa yang saya tahu adalah ini: kita tidak bisa aman dari acaman yang berasal dari Suriah kecuali perang sipil diakhiri," imbuhnya seperti dikutip dari Sky, Kamis (8/12/2016).
Ia pun mengkritisi terkait tujuan yang ingin didapatkan oleh Moskow di Timur Tengah. "Rusia sedang berusaha membuat gurun dan menyebutnya perdamaian. Itu adalah tragedi kemanusian yang menyakitkan hati," katanya terkait pemboman di Aleppo.
"Saya percaya perilaku Rusia di Suriah, bersekutu dengan rezim Assad yang dideskriditkan jika mereka tidak merubah arah kebijakannya, akan memberikan contoh tragis dari bahayanya sebuah legitimasi," katanya lagi.
"Dalam mendefinisikan seseorang sebagai teroris yang menentang pemerintah dengan brutal, mereka mengasingkan kelompok tersebut ke sisi kelompok ekstrimis yang harus dikalahkan," tukasnya. (ian)
Rusia Bakal Bangun Pangkalan Angkatan Laut Permanen di Suriah
Rusia bakal membangun pangkalan angkatan laut permanen di Suriah. [Istimewa]
Seorang anggota parlemen Rusia mengatakan bahwa Moskow akan membangun pangkalan Angkatan Laut permanen di Suriah di Provinsi Tartus. Rencana itu akan tertuang dalam perjanjian yang akan ditandatangani dengan rezim Bashar al-Assad.
Berbicara kepada wartawan di Moskow, Ketua Komite Dewan Federasi Pertahanan dan Keamanan Viktor Ozerov mengatakan bahwa pembicaraan sedang dalam tahap akhir. Namun ia menolak untuk memprediksi tentang kemungkinan tanggal perjanjian itu diserahkan ke parlemen untuk diratifikasi seperti dikutip dari Middle East Monitor, Kamis (8/12/2016).
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia pada bulan Oktober lalu mengumumkan akan mengirim semua dokumen yang relevan mengenai pangkalan angkatan laut ke Parlemen. Sumber mengungkapkan bahwa perjanjian dengan Suriah itu selama 49 tahun. Rusia sendiri telah memiliki kehadiran angkatan laut di Tartus sejak Perang Dingin.
Pada bulan yang sama, Presiden Vladimir Putin sepakat untuk mengerahkan angkatan udara Rusia di Suriah "tanpa batas". Rusia akan menggunakan pangkalan udara Humaimam dengan gratis. Perjanjian tersebut juga memungkinkan Rusia untuk mengangkut senjata, amunisi atau peralatan untuk Suriah tanpa membayar biaya atau pajak. (ian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.