Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayjen TNI Wuryanto menyatakan, lembaganya tak pernah melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah. Dia mengklaim TNI selalu berjuang untuk kepentingan negara.
"TNI tidak pernah melakukan pembangkangan terhadap pemerintah termasuk melakukan kudeta," kata Wuryanto seperti dikutip dalam keterangan tertulis.
Perwira bintang dua ini menjelaskan, dalam sejarah terbentuknya TNI pada 5 Oktober 1945, lembaganya tak pernah melakukan pembangkangan.
Wuryanto membantah sebuah opini yang diunggah di media sosial dengan judul “Jokowi, waspadai terhadap ‘Kuda Troya’ JK dan Gatot Nurmantyo”. Menurutnya, isu tersebut telah merusak citra dan nama baik TNI.
Dia menyatakan, opini yang dimuat dalam tulisan tersebut tidak benar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan karena tidak berdasarkan fakta.
“Pernyataan opini tersebut merupakan fitnah dan pencemaran nama baik TNI secara institusi maupun terhadap Jenderal TNI Gatot Nurmantyo secara pribadi, yang berpotensi munculnya konflik antar lembaga maupun kelompok masyarakat,” ujar Wuryanto.
Dalam opini tersebut, ditulis tentang kegiatan Gatot Nurmantyo yang menggagas doa bersama dan sering berkeliling kampus. Gatot menggagas doa bersama yang dilaksanakan Jumat (18/11) dan Apel Nusantara Bersatu pada Rabu (30/11) ditujukan agar Indonesia terlepas dari perpecahan.
“Panglima TNI melakukan kegiatan tersebut untuk membentuk karakter pemuda Indonesia agar memiliki rasa kebangsaan dan nasionalisme serta bela negara, bukan untuk berambisi mengambil alih pemerintahan,” kata Wuryanto.
Selain itu, terkait isu Panglima TNI akan menyerahkan wilayah laut Natuna kepada pihak Tiongkok, Wuryanto menegaskan pemimpinnya tersebut tidak akan pernah menyerahkan wilayah laut Indonesia ke pihak asing, termasuk perairan Natuna.
“Panglima TNI tidak pernah menginginkan kapal-kapal asing mencuri ikan di perairan laut Indonesia, apalagi sampai berusaha menyuap Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti agar mengizinkan kapal asing pencuri ikan bisa masuk perairan Indonesia,” tuturnya.
Namun pernyataan Wuryanto berbeda dengan penjelasan salah seorang korban Tragedi 1965 yang pernah menyebut sejumlah jenderal TNI Angkatan Darat melakukan kudeta saat pemerintahan Sukarno. Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) 1965 Bedjo Untung menyebut, TNI AD bekerja sama dengan Agen Intelijen Amerika Serikat atau CIA.
"Kudeta ini justru dirancang oleh CIA dan jenderal-jenderal Angkatan Darat untuk menjatuhkan Bung Karno," ujar Bedjo.
Pada periode itu Bung Karno gencar menyerukan anti neo-kolonialisme dan imperialisme. Seruan itu didukung masyarakat Indonesia. Bahkan di tingkat global, Sukarno menjadi pemimpin The New Emerging Forces (NEFO), blok kekuatan baru untuk menandingi Uni Soviet dan Amerika Serikat ketika itu.
Bedjo mengatakan, situasi revolusioner inilah yang ditakuti Amerika Serikat. Beberapa usaha untuk menjatuhkan Sukarno pun dilakukan, termasuk kudeta merangkak pada 1965. (pmg/rdk)
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayjen TNI Wuryanto menyatakan, lembaganya tak pernah melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah. Dia mengklaim TNI selalu berjuang untuk kepentingan negara.
"TNI tidak pernah melakukan pembangkangan terhadap pemerintah termasuk melakukan kudeta," kata Wuryanto seperti dikutip dalam keterangan tertulis.
Perwira bintang dua ini menjelaskan, dalam sejarah terbentuknya TNI pada 5 Oktober 1945, lembaganya tak pernah melakukan pembangkangan.
Wuryanto membantah sebuah opini yang diunggah di media sosial dengan judul “Jokowi, waspadai terhadap ‘Kuda Troya’ JK dan Gatot Nurmantyo”. Menurutnya, isu tersebut telah merusak citra dan nama baik TNI.
Dia menyatakan, opini yang dimuat dalam tulisan tersebut tidak benar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan karena tidak berdasarkan fakta.
“Pernyataan opini tersebut merupakan fitnah dan pencemaran nama baik TNI secara institusi maupun terhadap Jenderal TNI Gatot Nurmantyo secara pribadi, yang berpotensi munculnya konflik antar lembaga maupun kelompok masyarakat,” ujar Wuryanto.
Dalam opini tersebut, ditulis tentang kegiatan Gatot Nurmantyo yang menggagas doa bersama dan sering berkeliling kampus. Gatot menggagas doa bersama yang dilaksanakan Jumat (18/11) dan Apel Nusantara Bersatu pada Rabu (30/11) ditujukan agar Indonesia terlepas dari perpecahan.
“Panglima TNI melakukan kegiatan tersebut untuk membentuk karakter pemuda Indonesia agar memiliki rasa kebangsaan dan nasionalisme serta bela negara, bukan untuk berambisi mengambil alih pemerintahan,” kata Wuryanto.
Selain itu, terkait isu Panglima TNI akan menyerahkan wilayah laut Natuna kepada pihak Tiongkok, Wuryanto menegaskan pemimpinnya tersebut tidak akan pernah menyerahkan wilayah laut Indonesia ke pihak asing, termasuk perairan Natuna.
“Panglima TNI tidak pernah menginginkan kapal-kapal asing mencuri ikan di perairan laut Indonesia, apalagi sampai berusaha menyuap Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti agar mengizinkan kapal asing pencuri ikan bisa masuk perairan Indonesia,” tuturnya.
Namun pernyataan Wuryanto berbeda dengan penjelasan salah seorang korban Tragedi 1965 yang pernah menyebut sejumlah jenderal TNI Angkatan Darat melakukan kudeta saat pemerintahan Sukarno. Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) 1965 Bedjo Untung menyebut, TNI AD bekerja sama dengan Agen Intelijen Amerika Serikat atau CIA.
"Kudeta ini justru dirancang oleh CIA dan jenderal-jenderal Angkatan Darat untuk menjatuhkan Bung Karno," ujar Bedjo.
Pada periode itu Bung Karno gencar menyerukan anti neo-kolonialisme dan imperialisme. Seruan itu didukung masyarakat Indonesia. Bahkan di tingkat global, Sukarno menjadi pemimpin The New Emerging Forces (NEFO), blok kekuatan baru untuk menandingi Uni Soviet dan Amerika Serikat ketika itu.
Bedjo mengatakan, situasi revolusioner inilah yang ditakuti Amerika Serikat. Beberapa usaha untuk menjatuhkan Sukarno pun dilakukan, termasuk kudeta merangkak pada 1965. (pmg/rdk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.