2 Agen Intelijen Ditembak Mati Kantor FSB Rusia diserang pria bersenjata pada Jumat (21/4/2017). Dua agen intelijen Rusia dan seorang pengunjung kantor FSB ditembak mati. [REUTERS]
Seorang pria bersenjata menembak mati tiga orang dalam serangan di kantor Dinas Keamanan Federal (FSB), sebelum akhirnya pelaku bunuh diri. Tiga orang yang ditembak mati adalah dua agen intelijen dan seorang pengunjung kantor.
Kantor FSB yang jadi lokasi serangan berada di Khabarovsk, dekat perbatasan China. Menurut FSB, pelaku melepaskan tembakan di luar pos pemeriksaan keamanan ruang tamu kantor pada hari Jumat (21/4/2017). FSB membenarkan dua petugasnya terbunuh.
Masih menurut FSB, pelaku merupakan anggota jaringan kelompok nasionalis. Pelaku pernah membunuh seorang instruktur di sebuah klub tembak dan mencuri sebuah senapan buru dan dua pistol untuk melakukan serangan di kantor FSB.
FSB adalah organisasi penerus utama KGB yang ditakuti terkait operasi kontra-terorisme. Namun, operasi intelijen FSB hanya untuk dalam negeri Rusia.
Kelompok ISIS, dalam pernyataan di media sosial yang dipublikasikan SITE, Sabtu (22/4/2017) mengklaim bertanggung jawab atas serangan pria bersenjata itu. Namun, klaim itu belum bisa diverifikasi.
Dalam serangan bom bunuh diri di stasiun Metro St Petersburg yang menyebabkan 11 orang tewas, kelompok ISIS juga mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab. Namun, dalam penyelidikan oleh pihak berwenang Rusia, tidak ada bukti yang menghubungkan ISIS dengan aksi bom bunuh diri tersebut.
Tersangka dalam serangan bom di St Petersburg adalah Akbarzhon Jalilov, warga Rusia kelahiran Kyrgyzstan, yang berusia 22 tahun. (mas)
ISIS Klaim Serangan Mematikan
Anggota aparat keamanan berjaga-jaga di kantor intelijen yang diserang oleh pria bersenjata. [Istimewa]
Kelompok ekstrimis ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan terhadap sebuah kantor agen intelijen domestik utama Rusia, FSB, di negara Asia Timur. Demikian laporan kelompok pemantau yang berbasis di Amerika Serikat.
Kantor Berita Amaq, sebuah sayap propaganda ISIS, merilis klaim tersebut dalam sebuah laporan singkat dalam bahasa Arab. Klaim ini disebar melalui aplikasi media sosial Telegram yang mengutip sebuah sumber keamanan, seperti dinukil dari laman al Arabiya, Sabtu (22/4/2017).
Menurut teks yang diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh kelompok pemantau SITE, sumber tersebut mengatakan bahwa seorang "pejuang" ISIS menyerang sebuah kantor FSB di Khabarovsk, menewaskan tiga orang dan melukai yang lainnya.
Pejabat Rusia mengatakan dua orang tewas dalam insiden tersebut yaitu seorang pegawai FSB dan seorang warga sipil. Satu orang lainnya dilaporkan terluka. Penyerang itu tewas ditembak, kata FSB, menambahkan, "Ada informasi serangan ini terkait kelompok neo-Nazi."
Laporan Amaq ini datang satu hari setelah ISIS juga mengklaim sebuah serangan di Paris yang menyebabkan seorang polisi tewas dan dua petugas lainnya terluka.
Serangan mematikan terhadap petugas penegak hukum Rusia jarang terjadi di luar wilayah Kaukasus Utara yang bergejolak. Negara ini telah melihat dukungan signifikan bagi kelompok sayap kanan yang telah memicu konfrontasi brutal dengan imigran dari wilayah bekas Soviet.
Rusia telah siaga tinggi sejak dugaan serangan bom bunuh diri di kereta bawah tanah di kota Saint Petersburg pada 3 April lalu menewaskan 15 orang. (ian)
Seorang pria bersenjata menembak mati tiga orang dalam serangan di kantor Dinas Keamanan Federal (FSB), sebelum akhirnya pelaku bunuh diri. Tiga orang yang ditembak mati adalah dua agen intelijen dan seorang pengunjung kantor.
Kantor FSB yang jadi lokasi serangan berada di Khabarovsk, dekat perbatasan China. Menurut FSB, pelaku melepaskan tembakan di luar pos pemeriksaan keamanan ruang tamu kantor pada hari Jumat (21/4/2017). FSB membenarkan dua petugasnya terbunuh.
Masih menurut FSB, pelaku merupakan anggota jaringan kelompok nasionalis. Pelaku pernah membunuh seorang instruktur di sebuah klub tembak dan mencuri sebuah senapan buru dan dua pistol untuk melakukan serangan di kantor FSB.
FSB adalah organisasi penerus utama KGB yang ditakuti terkait operasi kontra-terorisme. Namun, operasi intelijen FSB hanya untuk dalam negeri Rusia.
Kelompok ISIS, dalam pernyataan di media sosial yang dipublikasikan SITE, Sabtu (22/4/2017) mengklaim bertanggung jawab atas serangan pria bersenjata itu. Namun, klaim itu belum bisa diverifikasi.
Dalam serangan bom bunuh diri di stasiun Metro St Petersburg yang menyebabkan 11 orang tewas, kelompok ISIS juga mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab. Namun, dalam penyelidikan oleh pihak berwenang Rusia, tidak ada bukti yang menghubungkan ISIS dengan aksi bom bunuh diri tersebut.
Tersangka dalam serangan bom di St Petersburg adalah Akbarzhon Jalilov, warga Rusia kelahiran Kyrgyzstan, yang berusia 22 tahun. (mas)
ISIS Klaim Serangan Mematikan
Anggota aparat keamanan berjaga-jaga di kantor intelijen yang diserang oleh pria bersenjata. [Istimewa]
Kelompok ekstrimis ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan terhadap sebuah kantor agen intelijen domestik utama Rusia, FSB, di negara Asia Timur. Demikian laporan kelompok pemantau yang berbasis di Amerika Serikat.
Kantor Berita Amaq, sebuah sayap propaganda ISIS, merilis klaim tersebut dalam sebuah laporan singkat dalam bahasa Arab. Klaim ini disebar melalui aplikasi media sosial Telegram yang mengutip sebuah sumber keamanan, seperti dinukil dari laman al Arabiya, Sabtu (22/4/2017).
Menurut teks yang diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh kelompok pemantau SITE, sumber tersebut mengatakan bahwa seorang "pejuang" ISIS menyerang sebuah kantor FSB di Khabarovsk, menewaskan tiga orang dan melukai yang lainnya.
Pejabat Rusia mengatakan dua orang tewas dalam insiden tersebut yaitu seorang pegawai FSB dan seorang warga sipil. Satu orang lainnya dilaporkan terluka. Penyerang itu tewas ditembak, kata FSB, menambahkan, "Ada informasi serangan ini terkait kelompok neo-Nazi."
Laporan Amaq ini datang satu hari setelah ISIS juga mengklaim sebuah serangan di Paris yang menyebabkan seorang polisi tewas dan dua petugas lainnya terluka.
Serangan mematikan terhadap petugas penegak hukum Rusia jarang terjadi di luar wilayah Kaukasus Utara yang bergejolak. Negara ini telah melihat dukungan signifikan bagi kelompok sayap kanan yang telah memicu konfrontasi brutal dengan imigran dari wilayah bekas Soviet.
Rusia telah siaga tinggi sejak dugaan serangan bom bunuh diri di kereta bawah tanah di kota Saint Petersburg pada 3 April lalu menewaskan 15 orang. (ian)
♘ sindonews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.