UAV Rajawali 720 [Nita/detikcom] ★
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertahanan dan PT Bhinneka Dwi Persada terus mengembangkan drone Rajawali. Ke depannya, kecanggihan drone akan ditingkatkan dan bisa setara dengan Predator asal Amerika Serikat.
Saat ini drone Rajawali besutan PT Bhinneka Dwi Persada hadir sebagai bentuk kemandirian industri pertahanan dalam negeri. Rajawali 330 pun sudah beroperasi memantau wilayah perbatasan dan perairan Indonesia. Sementara itu, Rajawali 350 dan 720 masih berbentuk prototipe dan terus diuji coba.
"Tahun lalu kita buat prototipe kedua (Rajawali 720) dengan Balitbang Kemenhan. Tahun ini rencananya kita akan buat first article untuk di mass production," ujar Palma Henfibiant Putra, Dirut PT Bhinneka Dwi Persada di Kementerian Pertahan, Jakarta Pusat.
Rencananya, drone Rajawali akan terus dikembangkan. Salah satunya dengan menambah atribut persenjataan tempur, seperti drone canggih luar negeri lainnya.
MCCP
"Karena kita pengembangan dengan Balitbang Kemhan ke depannya itu dan kita buat saat ini untuk kemandirian produk industri pertahanan. Ke depannya akan ke tempur, dipersenjatai," ucap Palma.
Palma meyakini jika teknologi drone Rajawali ke depannya memungkinkan setara dengan drone Predator asal negeri Paman Sam. Namun, hal itu diperkirakan terwujud dalam beberapa tahun lagi.
"Sekarang kita msih uji terus untuk surveillance. Ke depan ya mungkin dalam satu hingga lima tahun," imbuh Palma.
Sebelumnya, drone Rajawali 720 disebut sebagai Pesawat Terbang Tanpa awak (PTTA) tercanggih di Indonesia. Drone tersebut masuk dalam kategori Unmaned Aerial Vehicle (UAV) yang bersayap tetap (fixed wing). Kemampuan terbangnya pun cukup jauh dengan jarak tempuh 200 km dan waktu terbang mencapai 24 jam. (gah/nvl)
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertahanan dan PT Bhinneka Dwi Persada terus mengembangkan drone Rajawali. Ke depannya, kecanggihan drone akan ditingkatkan dan bisa setara dengan Predator asal Amerika Serikat.
Saat ini drone Rajawali besutan PT Bhinneka Dwi Persada hadir sebagai bentuk kemandirian industri pertahanan dalam negeri. Rajawali 330 pun sudah beroperasi memantau wilayah perbatasan dan perairan Indonesia. Sementara itu, Rajawali 350 dan 720 masih berbentuk prototipe dan terus diuji coba.
"Tahun lalu kita buat prototipe kedua (Rajawali 720) dengan Balitbang Kemenhan. Tahun ini rencananya kita akan buat first article untuk di mass production," ujar Palma Henfibiant Putra, Dirut PT Bhinneka Dwi Persada di Kementerian Pertahan, Jakarta Pusat.
Rencananya, drone Rajawali akan terus dikembangkan. Salah satunya dengan menambah atribut persenjataan tempur, seperti drone canggih luar negeri lainnya.
MCCP
"Karena kita pengembangan dengan Balitbang Kemhan ke depannya itu dan kita buat saat ini untuk kemandirian produk industri pertahanan. Ke depannya akan ke tempur, dipersenjatai," ucap Palma.
Palma meyakini jika teknologi drone Rajawali ke depannya memungkinkan setara dengan drone Predator asal negeri Paman Sam. Namun, hal itu diperkirakan terwujud dalam beberapa tahun lagi.
"Sekarang kita msih uji terus untuk surveillance. Ke depan ya mungkin dalam satu hingga lima tahun," imbuh Palma.
Sebelumnya, drone Rajawali 720 disebut sebagai Pesawat Terbang Tanpa awak (PTTA) tercanggih di Indonesia. Drone tersebut masuk dalam kategori Unmaned Aerial Vehicle (UAV) yang bersayap tetap (fixed wing). Kemampuan terbangnya pun cukup jauh dengan jarak tempuh 200 km dan waktu terbang mencapai 24 jam. (gah/nvl)
♞ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.