Siap Diproduksi MassalSS2 V7 Subsonic ★
Salah satu produsen alat utama sistem pertahanan (Alutsista) Indonesia, PT Pindad turut memamerkan senjata laras panjang dan pistol terbarunya pada ajang Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-22 di Makassar, Sulawesi Selatan. Di antara beragam Alutsista yang dipamerkan, penampakan SS2 V7 Subsonic buatan tahun 2016 menjadi yang paling banyak menyita perhatian pengunjung.
SS2 V7 Subsonic didesain untuk operasi pengintaian. Senjata dengan kaliber khusus tersebut mampu melesatkan peluru yang nyaris tak terdengar saat keluar dari larasnya. SS2 V7 Subsonic ini akan menjadi Alutsista andalan TNI dan Polri. “Segera diproduksi massal dan tentunya TNI dan Polri sudah memesan sesuai dengan anggaran pertahanannya masing-masing,” ucap Kepala Departemen Korporat Komunikasi PT Pindad Komarudin.
Senjata laras panjang lain yang dipamerkan yakni SPR 3 kaliber 62 mm, SS2 V1 Heavy Barrel. PT Pindad juga membawa empat varian pistol yang sudah dipasarakan di berbagai negara dan satuan elite TNI dan Polri. Yakni pisto G2 Elite, G2 Combat, G2 Premium dan MAG4. “Tapi yang menerapkan teknologi paling baru dari hasil riset inovasi kami adalah SS2 V7 Subsonic,” katanya.
Ia menuturkan, riset untuk membuat SS2 V7 Subsonic membutuhkan waktu lebih dari setahun. Proses pengembangan teknologinya cukup rumit karena PT Pindad belum memiliki 100 persen raw material untuk membuat senjata tersebut. Namun, dengan keyakinan dan itikad yang kuat, SS2 V7 Subsonic tetap dibuat dan hasilnya memuaskan. “Proses pengembangan teknologinya memperitimbangkan banyak hal. Terutama soal ketersediaan bahan baku. Perlu amunisi dan laras yang khusus agar saat ditembakan tak terdeteksi musuh,” ujarnya.
SS2 V7 Subsonic berhasil melewati tahapan-tahapan persyaratan untuk diklaim sebagai produk asli dalam negeri. Komarudin menyatakan, Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) material senjata tersebut mencapai 62 persen, atau dua kali lipat di atas batas minimal yang ditetapkan Kementerian Perindiustrian. TKDN dari Kemenperin untuk sekitar 30 persen. “Semua senjata yang dipamerkan pada Hakteknas sekarang TKDN nya mencapai 50-62 persen,” ujarnya.
SS3 produksi Pindad [Ijal Lubis]
Sebetulnya, PT Pindad juga memiliki senjata canggih lain, yakni SS3 yang sudah mendapat pengakuan dunia. Namun, SS3 urung dipamerkan karena keterbatasan bagasi dan jarak. Komarudin menuturkan, SS3 adalah jenis senapan serbu berhasil meraih beragam pengharagaan internasional. “Kami juga membawa tank Badak yang didesain khusus untuk pertempuran terbuka,” ujarnya.
Lokasi pameran Hakteknas ke-22 tahun ini dipusatkan di Gedung Ritech Expo Center of Indonesia, Makassar, 10-13 Agustus 2017. Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla meresmikan perehelatan tahunan yang digelar Kementeritan Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) ini dengan menekan tombol pelucur roket air. Selain PT Pindad, beberapa produsen teknologi lainnya seperti PT Dirgantara Indonesia juga turut memamerkan pesawat kebanggaan dalam negeri seperti N250.
“Kalau dari sisi harga, Alutsista kami sangat kompetitif, bahkan jauh lebih murah ketimbang senjata buatan luar. Pindad harus terus mengembangkan produk yang mengikuti tren industri pertahanan. Juga mempertimbangkan kompetitor kami di luar negeri. Kami akan lebih maju jika diimbangi dengan pengembangan industri pendukung. Misalnya, industri yang memproduksi raw materialnya. Pindadnya berkembang, sedangkan industri pendukung tidak berkembang juga akan susah,” ujar Komarudin.
Salah satu produsen alat utama sistem pertahanan (Alutsista) Indonesia, PT Pindad turut memamerkan senjata laras panjang dan pistol terbarunya pada ajang Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-22 di Makassar, Sulawesi Selatan. Di antara beragam Alutsista yang dipamerkan, penampakan SS2 V7 Subsonic buatan tahun 2016 menjadi yang paling banyak menyita perhatian pengunjung.
SS2 V7 Subsonic didesain untuk operasi pengintaian. Senjata dengan kaliber khusus tersebut mampu melesatkan peluru yang nyaris tak terdengar saat keluar dari larasnya. SS2 V7 Subsonic ini akan menjadi Alutsista andalan TNI dan Polri. “Segera diproduksi massal dan tentunya TNI dan Polri sudah memesan sesuai dengan anggaran pertahanannya masing-masing,” ucap Kepala Departemen Korporat Komunikasi PT Pindad Komarudin.
Senjata laras panjang lain yang dipamerkan yakni SPR 3 kaliber 62 mm, SS2 V1 Heavy Barrel. PT Pindad juga membawa empat varian pistol yang sudah dipasarakan di berbagai negara dan satuan elite TNI dan Polri. Yakni pisto G2 Elite, G2 Combat, G2 Premium dan MAG4. “Tapi yang menerapkan teknologi paling baru dari hasil riset inovasi kami adalah SS2 V7 Subsonic,” katanya.
Ia menuturkan, riset untuk membuat SS2 V7 Subsonic membutuhkan waktu lebih dari setahun. Proses pengembangan teknologinya cukup rumit karena PT Pindad belum memiliki 100 persen raw material untuk membuat senjata tersebut. Namun, dengan keyakinan dan itikad yang kuat, SS2 V7 Subsonic tetap dibuat dan hasilnya memuaskan. “Proses pengembangan teknologinya memperitimbangkan banyak hal. Terutama soal ketersediaan bahan baku. Perlu amunisi dan laras yang khusus agar saat ditembakan tak terdeteksi musuh,” ujarnya.
SS2 V7 Subsonic berhasil melewati tahapan-tahapan persyaratan untuk diklaim sebagai produk asli dalam negeri. Komarudin menyatakan, Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) material senjata tersebut mencapai 62 persen, atau dua kali lipat di atas batas minimal yang ditetapkan Kementerian Perindiustrian. TKDN dari Kemenperin untuk sekitar 30 persen. “Semua senjata yang dipamerkan pada Hakteknas sekarang TKDN nya mencapai 50-62 persen,” ujarnya.
SS3 produksi Pindad [Ijal Lubis]
Sebetulnya, PT Pindad juga memiliki senjata canggih lain, yakni SS3 yang sudah mendapat pengakuan dunia. Namun, SS3 urung dipamerkan karena keterbatasan bagasi dan jarak. Komarudin menuturkan, SS3 adalah jenis senapan serbu berhasil meraih beragam pengharagaan internasional. “Kami juga membawa tank Badak yang didesain khusus untuk pertempuran terbuka,” ujarnya.
Lokasi pameran Hakteknas ke-22 tahun ini dipusatkan di Gedung Ritech Expo Center of Indonesia, Makassar, 10-13 Agustus 2017. Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla meresmikan perehelatan tahunan yang digelar Kementeritan Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) ini dengan menekan tombol pelucur roket air. Selain PT Pindad, beberapa produsen teknologi lainnya seperti PT Dirgantara Indonesia juga turut memamerkan pesawat kebanggaan dalam negeri seperti N250.
“Kalau dari sisi harga, Alutsista kami sangat kompetitif, bahkan jauh lebih murah ketimbang senjata buatan luar. Pindad harus terus mengembangkan produk yang mengikuti tren industri pertahanan. Juga mempertimbangkan kompetitor kami di luar negeri. Kami akan lebih maju jika diimbangi dengan pengembangan industri pendukung. Misalnya, industri yang memproduksi raw materialnya. Pindadnya berkembang, sedangkan industri pendukung tidak berkembang juga akan susah,” ujar Komarudin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.