Warga Subang Penusuk Bripka Frence di Mako Brimob Tendi Sumarno (23), penusuk Bripka Frence di halaman intel Brimob Kelapa Dua, Depok, tewas ditembak. Pria tersebut tercatat sebagai warga Kabupaten Subang, Jawa Barat.
"Ya betul," ucap Kapolres Subang AKBP M Joni saat ditanya detikcom soal domisili Tendi via pesan singkat, Jumat (11/5/2018).
Tendi tercatat sebagai warga Kampung Buniara RT 22/04 Desa Buniara, Tanjungsiang, Subang, Jawa Barat. Dari laporan yang diterima, Tendi berstatus mahasiswa.
Polisi belum bisa memastikan Tendi merupakan anggota teroris atau bukan. "Belum termonitor Polres kalau yang bersangkutan pelaku teror," kata Joni.
Peristiwa penusukan terjadi pada Kamis (10/5) sekitar pukul 23.00 WIB. Saat itu korban sedang melakukan pengamanan di depan Mako Brimob dan mencurigai pelaku yang berada di depan RS Bhayangkara.
Korban kemudian membawa pelaku dengan berboncengan motor ke Mako Brimob. Pelaku dibawa ke kantor Satintel Brimob saat itu.
Namun setibanya di kantor Satintel Brimob, pelaku mengeluarkan pisau dan menusuk korban. Korban pun berteriak meminta tolong dan kemudian anggota lain yang melihat kejadian itu menembak pelaku. Korban sempat dibawa ke RS Bhayangkara yang ada di dekat Mako Brimob, namun nyawanya tak tertolong. (bbn/bbn)
Polisi Belum Pastikan Penusuk Bripka Frence Terkait Jaringan Teroris
Polisi menembak mati Tendi Sumarno, pelaku penusukan Bripka Frence di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. Polisi belum memastikan pelaku terkait dengan jaringan teroris.
"Belum tahu, Mabes itu kalau urusan teroris," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono saat dihubungi detikcom, Jumat (11/5/2018).
Informasi yang diperoleh detikcom, peristiwa terjadi pada Kamis (10/5) malam. Korban adalah anggota Satuan Intel Brimob.
Saat itu korban sedang berada di depan RS Bhayangkara mencurigai seseorang. Setelah dua jam diamati, korban membawa orang tersebut ke kantor Satuan Intel Mako Brimob dengan dibonceng motor untuk dilakukan pemeriksaan.
Namun, sesampainya di kantor intel, pelaku tiba-tiba menusuk korban menggunakan pisau. Fence terluka di perut kanannya akibat kejadian itu.
Frence dikabarkan meninggal dunia setelah sebelumnya dibawa ke RS Bhayangkara. Sementara Tendi tewas setelah ditembak di tempat oleh polisi.
SOP Lemah
Peristiwa penusukan polisi pascarusuh napi teroris di Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, menunjukkan SOP Polri masih lemah. Petugas seharusnya melakukan pemeriksaan tubuh terhadap seseorang yang dicurigai. "Kasus ini menunjukkan bahwa sikap profesional, kepekaan, kepedulian, dan ketaatan pada SOP semakin rendah," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane dalam keterangannya kepada detikcom, Jumat (11/5/2018).
Menurut Neta, petugas seharusnya menerapkan SOP yang benar ketika mengamankan seseorang yang dicurigai. Pemeriksaan tubuh dan barang bawaan orang yang dicurigai wajib dilakukan.
"Saat menangkap orang yang mencurigakan, polisi harus menggeledah seluruh tubuh pelaku agar polisi yang menangkap dan membawanya ke kantor polisi lebih aman dari berbagai ancaman. Ini SOP. Jika kemudian orang yang dicurigai tersebut bisa menusuk polisi di markas polisi, tentu banyak hal yang salah. Dari mana yang bersangkutan mendapatkan pisau dan kenapa yang bersangkutan tidak digeledah secara cermat," tegasnya.
Kejadian itu, menurut Neta, menunjukkan pengamanan di Mako Brimob masih lemah. "Mako Brimob sebenarnya selama ini terkesan menakutkan, tapi ternyata aparat yang bertugas masih kurang profesional, tidak peka, tidak cermat, dan tidak menjalankan SOP dengan maksimal," tuturnya.
Dalam keterangannya, Neta juga menjelaskan kronologi penyerangan terhadap korban Bripka Frence. Berdasarkan informasi yang diterima Neta, yang menurutnya info A1 (akurat), peristiwa pada Kamis (10/5) malam bermula ketika dua anggota Intel Brimob melihat tiga lelaki mencurigakan di sekitar Mako Brimob.
"Sepertinya ketiganya diduga membawa bahan peledak. Kedua Intel Brimob itu, Briptu Norman dan Briptu G, pun berusaha membekuk ketiganya. Namun hanya TS yang tertangkap. Sedangkan dua temannya berhasil kabur," tuturnya.
Karena membawa bahan peledak, pelaku Tendi Sumarno dibawa ke kantor Satintelmob di dalam Mako Brimob. Saat diperiksa, Tendi meminta izin ke toilet. Karena lama tidak muncul, korban mendatangi toilet.
"Saat itulah TS (Tendi Sumarno) melakukan serangan dan menikam anggota Brimob itu bertubi-tubi. Mendengar keributan di toilet, teman-temannya mendatangi TKP dan berhasil membekuk TS," ungkapnya.
Korban kemudian dibawa ke RS Bhayangkara. Pukul 02.40 WIB, Jumat (11/5), korban dinyatakan meninggal dengan luka parah di bagian perut.
"IPW merasa prihatin atas peristiwa ini karena terjadi di Mako Brimob pascakekacauan di Rutan Brimob. IPW berharap Polri transparan mengungkap peristiwa pembunuhan anggota Brimob ini dan mengungkap pelaku dari teroris jaringan mana. Polri juga perlu meningkatkan keamanan di sekitar Mako Brimob. Jika keamanan polisi di markas komando pasukan elite Polri itu saja tidak bisa terjaga, bagaimana publik bisa percaya bahwa polisi mampu menjaga keamanan masyarakat," tandasnya. (mei/tor)
"Ya betul," ucap Kapolres Subang AKBP M Joni saat ditanya detikcom soal domisili Tendi via pesan singkat, Jumat (11/5/2018).
Tendi tercatat sebagai warga Kampung Buniara RT 22/04 Desa Buniara, Tanjungsiang, Subang, Jawa Barat. Dari laporan yang diterima, Tendi berstatus mahasiswa.
Polisi belum bisa memastikan Tendi merupakan anggota teroris atau bukan. "Belum termonitor Polres kalau yang bersangkutan pelaku teror," kata Joni.
Peristiwa penusukan terjadi pada Kamis (10/5) sekitar pukul 23.00 WIB. Saat itu korban sedang melakukan pengamanan di depan Mako Brimob dan mencurigai pelaku yang berada di depan RS Bhayangkara.
Korban kemudian membawa pelaku dengan berboncengan motor ke Mako Brimob. Pelaku dibawa ke kantor Satintel Brimob saat itu.
Namun setibanya di kantor Satintel Brimob, pelaku mengeluarkan pisau dan menusuk korban. Korban pun berteriak meminta tolong dan kemudian anggota lain yang melihat kejadian itu menembak pelaku. Korban sempat dibawa ke RS Bhayangkara yang ada di dekat Mako Brimob, namun nyawanya tak tertolong. (bbn/bbn)
Polisi Belum Pastikan Penusuk Bripka Frence Terkait Jaringan Teroris
Polisi menembak mati Tendi Sumarno, pelaku penusukan Bripka Frence di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. Polisi belum memastikan pelaku terkait dengan jaringan teroris.
"Belum tahu, Mabes itu kalau urusan teroris," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono saat dihubungi detikcom, Jumat (11/5/2018).
Informasi yang diperoleh detikcom, peristiwa terjadi pada Kamis (10/5) malam. Korban adalah anggota Satuan Intel Brimob.
Saat itu korban sedang berada di depan RS Bhayangkara mencurigai seseorang. Setelah dua jam diamati, korban membawa orang tersebut ke kantor Satuan Intel Mako Brimob dengan dibonceng motor untuk dilakukan pemeriksaan.
Namun, sesampainya di kantor intel, pelaku tiba-tiba menusuk korban menggunakan pisau. Fence terluka di perut kanannya akibat kejadian itu.
Frence dikabarkan meninggal dunia setelah sebelumnya dibawa ke RS Bhayangkara. Sementara Tendi tewas setelah ditembak di tempat oleh polisi.
SOP Lemah
Peristiwa penusukan polisi pascarusuh napi teroris di Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, menunjukkan SOP Polri masih lemah. Petugas seharusnya melakukan pemeriksaan tubuh terhadap seseorang yang dicurigai. "Kasus ini menunjukkan bahwa sikap profesional, kepekaan, kepedulian, dan ketaatan pada SOP semakin rendah," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane dalam keterangannya kepada detikcom, Jumat (11/5/2018).
Menurut Neta, petugas seharusnya menerapkan SOP yang benar ketika mengamankan seseorang yang dicurigai. Pemeriksaan tubuh dan barang bawaan orang yang dicurigai wajib dilakukan.
"Saat menangkap orang yang mencurigakan, polisi harus menggeledah seluruh tubuh pelaku agar polisi yang menangkap dan membawanya ke kantor polisi lebih aman dari berbagai ancaman. Ini SOP. Jika kemudian orang yang dicurigai tersebut bisa menusuk polisi di markas polisi, tentu banyak hal yang salah. Dari mana yang bersangkutan mendapatkan pisau dan kenapa yang bersangkutan tidak digeledah secara cermat," tegasnya.
Kejadian itu, menurut Neta, menunjukkan pengamanan di Mako Brimob masih lemah. "Mako Brimob sebenarnya selama ini terkesan menakutkan, tapi ternyata aparat yang bertugas masih kurang profesional, tidak peka, tidak cermat, dan tidak menjalankan SOP dengan maksimal," tuturnya.
Dalam keterangannya, Neta juga menjelaskan kronologi penyerangan terhadap korban Bripka Frence. Berdasarkan informasi yang diterima Neta, yang menurutnya info A1 (akurat), peristiwa pada Kamis (10/5) malam bermula ketika dua anggota Intel Brimob melihat tiga lelaki mencurigakan di sekitar Mako Brimob.
"Sepertinya ketiganya diduga membawa bahan peledak. Kedua Intel Brimob itu, Briptu Norman dan Briptu G, pun berusaha membekuk ketiganya. Namun hanya TS yang tertangkap. Sedangkan dua temannya berhasil kabur," tuturnya.
Karena membawa bahan peledak, pelaku Tendi Sumarno dibawa ke kantor Satintelmob di dalam Mako Brimob. Saat diperiksa, Tendi meminta izin ke toilet. Karena lama tidak muncul, korban mendatangi toilet.
"Saat itulah TS (Tendi Sumarno) melakukan serangan dan menikam anggota Brimob itu bertubi-tubi. Mendengar keributan di toilet, teman-temannya mendatangi TKP dan berhasil membekuk TS," ungkapnya.
Korban kemudian dibawa ke RS Bhayangkara. Pukul 02.40 WIB, Jumat (11/5), korban dinyatakan meninggal dengan luka parah di bagian perut.
"IPW merasa prihatin atas peristiwa ini karena terjadi di Mako Brimob pascakekacauan di Rutan Brimob. IPW berharap Polri transparan mengungkap peristiwa pembunuhan anggota Brimob ini dan mengungkap pelaku dari teroris jaringan mana. Polri juga perlu meningkatkan keamanan di sekitar Mako Brimob. Jika keamanan polisi di markas komando pasukan elite Polri itu saja tidak bisa terjaga, bagaimana publik bisa percaya bahwa polisi mampu menjaga keamanan masyarakat," tandasnya. (mei/tor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.