Jajaran MLRS Astros yang dimiliki Yon Armed I. [Pen Kostrad]
Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Mulyono mengatakan tidak ada jenis alat utama sistem persenjataan atau alutsista TNI baru dalam pengadaan barang dan jasa tahun anggaran 2018. Fokusnya hingga 2019, kata Mulyono, adalah melengkapi sarana dan prasarana alutsista yang sudah ada.
"Sehingga semua alutsista yang sudah datang sampai 2019 sudah harus bisa dioperasikan," ujar Mulyono di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Rabu, 7 Februari 2018.
Menurut Mulyono, tahun ini, banyak alutsista yang akan tiba di Indonesia untuk melengkapi kontrak yang sebelumnya sudah ditandatangani. Helikopter serang AH-64E Apache pengiriman gelombang kedua dijadwalkan tiba pada April. Sebelumnya, helikopter tersebut dijadwalkan tiba pada Maret.
"Nanti ke depannya juga alat-alat seperti Artillery Saturation Rocket System (Astros) juga akan datang beserta beberapa alutsista lainnya," tutur Mulyono.
Pengiriman helikopter Apache dilakukan dalam dua tahap. Dari total delapan helikopter yang dibeli dari Amerika Serikat, tiga di antaranya sudah lebih dulu datang dalam pengiriman gelombang pertama.
Mulyono berujar Apache tersebut belum dites penerbangannya di Indonesia karena harus dirakit ulang. Meski begitu, di negara asalnya, helikopter tersebut telah diuji coba lebih dulu.
Gelombang pertama pengiriman helikopter menggunakan pesawat C-17 Globe Master ke Pangkalan Udara Utama TNI AD Ahmad Yani, Semarang, Jawa Timur. Pengadaan helikopter berkaitan dengan pencapaian target minimum essential force (MEF) dan pembaruan alutsista TNI AD.
MEF merupakan proses untuk modernisasi alutsista Indonesia. Sejak dicanangkan pemerintah pada 2007, MEF dibagi menjadi tiga rencana strategis hingga 2024. Selain itu, terdapat tiga komponen postur, yaitu kekuatan, gelar (persebaran penempatan), dan kemampuan prajurit.
Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Mulyono mengatakan tidak ada jenis alat utama sistem persenjataan atau alutsista TNI baru dalam pengadaan barang dan jasa tahun anggaran 2018. Fokusnya hingga 2019, kata Mulyono, adalah melengkapi sarana dan prasarana alutsista yang sudah ada.
"Sehingga semua alutsista yang sudah datang sampai 2019 sudah harus bisa dioperasikan," ujar Mulyono di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Rabu, 7 Februari 2018.
Menurut Mulyono, tahun ini, banyak alutsista yang akan tiba di Indonesia untuk melengkapi kontrak yang sebelumnya sudah ditandatangani. Helikopter serang AH-64E Apache pengiriman gelombang kedua dijadwalkan tiba pada April. Sebelumnya, helikopter tersebut dijadwalkan tiba pada Maret.
"Nanti ke depannya juga alat-alat seperti Artillery Saturation Rocket System (Astros) juga akan datang beserta beberapa alutsista lainnya," tutur Mulyono.
Pengiriman helikopter Apache dilakukan dalam dua tahap. Dari total delapan helikopter yang dibeli dari Amerika Serikat, tiga di antaranya sudah lebih dulu datang dalam pengiriman gelombang pertama.
Mulyono berujar Apache tersebut belum dites penerbangannya di Indonesia karena harus dirakit ulang. Meski begitu, di negara asalnya, helikopter tersebut telah diuji coba lebih dulu.
Gelombang pertama pengiriman helikopter menggunakan pesawat C-17 Globe Master ke Pangkalan Udara Utama TNI AD Ahmad Yani, Semarang, Jawa Timur. Pengadaan helikopter berkaitan dengan pencapaian target minimum essential force (MEF) dan pembaruan alutsista TNI AD.
MEF merupakan proses untuk modernisasi alutsista Indonesia. Sejak dicanangkan pemerintah pada 2007, MEF dibagi menjadi tiga rencana strategis hingga 2024. Selain itu, terdapat tiga komponen postur, yaitu kekuatan, gelar (persebaran penempatan), dan kemampuan prajurit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.