Pekerja melakukan sentuhan akhir pada pistol G2 Combat peraih juara dunia andalan TNI di Divisi Senjata PT Pindad di Bandung, Jawa Barat, Senin 1 April 2019. Pindad membidik target penjualan produk militer dan non militer tahun ini sebesar Rp 5,2 triliun. [TEMPO/Prima Mulia] ★
Direktur Utama PT Pindad, Abraham Mose mengatakan, Pindad sudah mendapat lampu hijau membangun pabrik di luar negeri. Meski demikian, Pindad masih melakukan kajian terkait izin. "Kami sudah mendapat lampu hijau, namun sebagai industri pertahanan apakah bisa atau tidak (membangun pabrik di luar negeri), itu masih dikaji," ujarnya dalam wawancara khusus dengan Tempo di kompleks PT Pindad, Bandung, Jumat, 26 April 2019.
Abraham membenarkan sedang dipertimbangkan untuk pabrik baru Pindad adalah salah satu negara di Asia Selatan. “Itu memang program kami di tahun 2019,” kata dia.
Ekspansi ke luar negeri dilakukan guna memperbesar pasar ekspor. “Rasanya sudah waktunya membesarkan kapasitas Pindad untuk merambah ke pasar ekspor. Sehingga ada beberapa tawaran kerja sama, apakah itu nanti membangun di Indonesia atau tidak tertutup kemungkinan kami membangun di luar. Ini semua dalam kajian,” ujarnya.
Kajian yang dilakukan termasuk melakukan survei pembangunan pabrik di sejumlah negara Asia. Soal lini bisnis yang digarap adalah seputar produk senjata dan amunisi.
Abraham mengatakan, kerja sama strategis yang akan dilakukan dalam waktu dekat adalah menambah kapasitas produksi amunisi. “Dalam waktu dekat kami akan menjalin kerja sama dengan perusahaan dari luar untuk membangun pabrik amunisi di Turen, Malang. Selanjutnya kami akan membangun pabrik untuk amunisi berkaliber besar," ujarnya.
Pembangunan pabrik amunisi ini ditargetkan bisa mendongkrak pendapatan. Hampir 80 persen dari pendapatan Pindad disumbang dari pasar dalam negeri dan sisanya ekspor. "Bisa dikatakan 80 persen untuk kebutuhan dalam negeri, 20 persen untuk ekspor yang bisa dikatakan cukup jumlahnya belum cukup besar dan terdistribusi di beberapa negara Asia Tenggara,” kata dia.
Direktur Utama PT Pindad, Abraham Mose mengatakan, Pindad sudah mendapat lampu hijau membangun pabrik di luar negeri. Meski demikian, Pindad masih melakukan kajian terkait izin. "Kami sudah mendapat lampu hijau, namun sebagai industri pertahanan apakah bisa atau tidak (membangun pabrik di luar negeri), itu masih dikaji," ujarnya dalam wawancara khusus dengan Tempo di kompleks PT Pindad, Bandung, Jumat, 26 April 2019.
Abraham membenarkan sedang dipertimbangkan untuk pabrik baru Pindad adalah salah satu negara di Asia Selatan. “Itu memang program kami di tahun 2019,” kata dia.
Ekspansi ke luar negeri dilakukan guna memperbesar pasar ekspor. “Rasanya sudah waktunya membesarkan kapasitas Pindad untuk merambah ke pasar ekspor. Sehingga ada beberapa tawaran kerja sama, apakah itu nanti membangun di Indonesia atau tidak tertutup kemungkinan kami membangun di luar. Ini semua dalam kajian,” ujarnya.
Kajian yang dilakukan termasuk melakukan survei pembangunan pabrik di sejumlah negara Asia. Soal lini bisnis yang digarap adalah seputar produk senjata dan amunisi.
Abraham mengatakan, kerja sama strategis yang akan dilakukan dalam waktu dekat adalah menambah kapasitas produksi amunisi. “Dalam waktu dekat kami akan menjalin kerja sama dengan perusahaan dari luar untuk membangun pabrik amunisi di Turen, Malang. Selanjutnya kami akan membangun pabrik untuk amunisi berkaliber besar," ujarnya.
Pembangunan pabrik amunisi ini ditargetkan bisa mendongkrak pendapatan. Hampir 80 persen dari pendapatan Pindad disumbang dari pasar dalam negeri dan sisanya ekspor. "Bisa dikatakan 80 persen untuk kebutuhan dalam negeri, 20 persen untuk ekspor yang bisa dikatakan cukup jumlahnya belum cukup besar dan terdistribusi di beberapa negara Asia Tenggara,” kata dia.
♞ Tempo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.