Target Sertifikasi 2024Infografis N219 Amfibi PTDI [detik] ☆
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengungkap pengembangan varian Pesawat N219 Nurtanio versi amfibi yang sudah dimulai pada tahun ini. Pesawat N219 adalah pesawat perintis hasil pengembangan bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan PT Dirgantara Indonesia.
“N219 yang bisa mendarat di perairan, tentunya ini sangat membantu untuk bisa menciptakan konektivitas yang lebih bagus lagi terutama untuk mendukung daerah wisata yang saat ini banyak tersebar di kepulauan," katanya di sela Aerosummit 2020 di Jakarta, Senin, 29 Desember 2020.
Menristek menambahkan, manfaat pesawat N219 versi amfibi nantinya juga akan sangat bermanfaat apabila terjadi kejadian bencana di daerah terpencil di Indonesia, "yang kebetulan tidak mempunyai sarana bandara yang memadai.”
Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Gita Amperiawan, membenarkan pengembangan tersebut. Namun dia menyebut penggarapannya berbarengan dengan produksi komersial pesawat yang telah mengantongi Aircraft Type Certificate tersebut pada tahun depan.
“Kami ingin improve pesawat N219 ini sesuai tuntutan requirement customer, sekaligus sebetulnya bersama-sama kami ingin mendapatkan apa yang disebut basic aircraft amphibhioius untuk program amfibi kami,” kata Gita.
Gita menerangkan, produksi perdana pesawat N219 akan diberikan kepada Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Penyerahan sebanyak empat unit pesawat ditargetkan Juli-Agustus 2022. “Sepanjang 2021 fokus pada mulai produksi untuk Pemerintah Aceh,” katanya.
Gita mengatakan, pesawat N219 dirancang untuk bisa mengusung berbagai misi (multipurpose). Selain sebagai pesawat angkut penumpang, juga menjadi pesawat kargo atau bisa pula untuk medikasi udara, dan bahkan militer.
Penggunaan untuk militer, kata Gita, akan diawali dengan diskusi intensif dengan TNI yang, menurutnya, telah memberikan lampu hijau. "Tentunya bersamaan itu kami harus menyelesaikan pada 2024 (versi) amfibinya,” kata dia sambil menambahkan telah menerima surat minat untuk membeli dari banyak kalangan.
"Kami juga akan coba juga berpartner, seperti Turki sudah melakukan pembicaraan untuk melakukan share production, termasuk improvement,” kata dia.
Versi amfibi pesawat N219 dirancang dapat lepas landas di permukaan air selain di bandara biasa. Pengembangannya sudah memasuki tahun kedua dan saat ini masih dalam tahap Preliminary Design, untuk kemudian dilanjutkan ke tahap Prototyping and Structure Test, Development Test, dan ditargetkan memperoleh Aircfrat Type Certificate pada 2024.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga mendukung rencana pengembangan pesawat N219 versi amfibi. Dia berharap pesawat perintis itu bisa menjadi alat transportasi udara yang menghubungkan daerah-daerah tertinggal, terpencil, dan terluar dengan dukungan pembangunan port sea yang bisa mencakup area wisata dan daerah-daerah.
"Sehingga Kementerian Perhubungan tidak perlu membangun semua bandara di Kepulauan tapi bisa menggunakan shore seaplane dan Insya Allah memberikan manfaat yang maksimal dan outcome lebih baik,” kata dia, di sela Aerosummit 2020.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengungkap pengembangan varian Pesawat N219 Nurtanio versi amfibi yang sudah dimulai pada tahun ini. Pesawat N219 adalah pesawat perintis hasil pengembangan bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan PT Dirgantara Indonesia.
“N219 yang bisa mendarat di perairan, tentunya ini sangat membantu untuk bisa menciptakan konektivitas yang lebih bagus lagi terutama untuk mendukung daerah wisata yang saat ini banyak tersebar di kepulauan," katanya di sela Aerosummit 2020 di Jakarta, Senin, 29 Desember 2020.
Menristek menambahkan, manfaat pesawat N219 versi amfibi nantinya juga akan sangat bermanfaat apabila terjadi kejadian bencana di daerah terpencil di Indonesia, "yang kebetulan tidak mempunyai sarana bandara yang memadai.”
Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Gita Amperiawan, membenarkan pengembangan tersebut. Namun dia menyebut penggarapannya berbarengan dengan produksi komersial pesawat yang telah mengantongi Aircraft Type Certificate tersebut pada tahun depan.
“Kami ingin improve pesawat N219 ini sesuai tuntutan requirement customer, sekaligus sebetulnya bersama-sama kami ingin mendapatkan apa yang disebut basic aircraft amphibhioius untuk program amfibi kami,” kata Gita.
Gita menerangkan, produksi perdana pesawat N219 akan diberikan kepada Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Penyerahan sebanyak empat unit pesawat ditargetkan Juli-Agustus 2022. “Sepanjang 2021 fokus pada mulai produksi untuk Pemerintah Aceh,” katanya.
Gita mengatakan, pesawat N219 dirancang untuk bisa mengusung berbagai misi (multipurpose). Selain sebagai pesawat angkut penumpang, juga menjadi pesawat kargo atau bisa pula untuk medikasi udara, dan bahkan militer.
Penggunaan untuk militer, kata Gita, akan diawali dengan diskusi intensif dengan TNI yang, menurutnya, telah memberikan lampu hijau. "Tentunya bersamaan itu kami harus menyelesaikan pada 2024 (versi) amfibinya,” kata dia sambil menambahkan telah menerima surat minat untuk membeli dari banyak kalangan.
"Kami juga akan coba juga berpartner, seperti Turki sudah melakukan pembicaraan untuk melakukan share production, termasuk improvement,” kata dia.
Versi amfibi pesawat N219 dirancang dapat lepas landas di permukaan air selain di bandara biasa. Pengembangannya sudah memasuki tahun kedua dan saat ini masih dalam tahap Preliminary Design, untuk kemudian dilanjutkan ke tahap Prototyping and Structure Test, Development Test, dan ditargetkan memperoleh Aircfrat Type Certificate pada 2024.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga mendukung rencana pengembangan pesawat N219 versi amfibi. Dia berharap pesawat perintis itu bisa menjadi alat transportasi udara yang menghubungkan daerah-daerah tertinggal, terpencil, dan terluar dengan dukungan pembangunan port sea yang bisa mencakup area wisata dan daerah-daerah.
"Sehingga Kementerian Perhubungan tidak perlu membangun semua bandara di Kepulauan tapi bisa menggunakan shore seaplane dan Insya Allah memberikan manfaat yang maksimal dan outcome lebih baik,” kata dia, di sela Aerosummit 2020.
☠ Tempo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.