Datang 3 Tahun Lagi! Jet Rafale dengan persenjataan [Dassault] ☆
Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto berbicara mengenai anggaran pertahanan Indonesia yang masih minim dibandingkan negara lain. Sehingga butuh pengelolaan anggaran yang sangat baik supaya kedaulatan negara masih bisa terjaga. Selain itu, untuk pengadaan alutsista tak bisa buru-buru butuh tahunan untuk sampai datang ke Indonesia.
Dalam webinar, Universitas Padjadjaran Optimalisasi Industri Pertahanan Dalam Konteks Kepentingan Nasional RI, Jumat (9/7/2021), Prabowo menjelaskan anggaran belanja pertahanan RI hanya 0,8% dari PDB negara saat ini.
"Sementara negara tetangga di atas itu, sebut Singapura 3% dari GDP, India, 2,4%, Indonesia hanya 0,8%. Tapi kalau dikelola dengan baik kita bisa lumayan kuat. Untuk membela NKRI, bumi dan laut kita jaga itu," katanya.
"Kita tidak butuh kapal selam yang begitu canggih bisa menyusup berbulan-bulan, kita hanya butuh menjaga negara kita," katanya.
Dari paparan, budget militer India 2,4% dari PDB negara, Singapura 3,1 %, Thailand 1,3%, Vietnam 0,8%, dan Australia 1,9%.
Sementara dari porsi APBN, Prabowo mengatakan anggaran belanja militer Indonesia hanya 5%, beda dengan Singapura yang mencapai 30% untuk pertahanan negara.
Dari anggaran itu Prabowo menyebut Indonesia lumayan kuat. Namun, jika anggaran bisa dinaikkan lagi Indonesia bisa menjadi negara kuat. "Kalau kita sekarang 0,8% kita naik saja porsinya menjadi 1,6% betapa kuatnya kita," katanya.
Prabowo juga bercerita tentang proses pembelian alutsista. Dia menyebut proses pembelian pesawat canggih tidak bisa langsung didapatkan setelah melakukan penandatanganan kontrak pembelian.
"Tidak ada alat perang langsung datang setelah kita beli. Kalau punya uang lalu beli pesawat sebut F 15, Sukhoi 35, Rafale Perancis, kita tanda tangan datangnya enam tahun lagi, mungkin pesawat pertama bisa didapat waktu tiga tahun. Mungkin kita punya satu dua skuadron baru enam tahun lagi," katanya.
Prabowo mengatakan pembelian alutsista ini membutuhkan perencanaan yang panjang. Sehingga dalam waktu menunggu sampai enam tahun itu, Indonesia tetap akan mendapatkan ancaman.
"Enam tahun menunggu kalau ada ancaman gimana? Ya mudah mudahan nggak ada ancaman. Kita berharap tidak terjadi ancaman atau invasi," jelasnya.
Prabowo sendiri mendapat mandat untuk membuat master plan perkembangan alutsista Indonesia hingga 25 tahun ke depan. Dalam harapan kedaulatan dan keamanan negara terjaga.
Ancaman Keamanan Negara Selalu Ada
Prabowo mengatakan potensi kekayaan Indonesia sangat besar. Sehingga banyak negara lain yang ingin coba - coba melirik potensi sumber daya alam tanah air. Ancaman negara saat ini juga bukan dari perang fisik, namun perang ilmu pengetahuan, perang cyber, juga perang sensor.
"Ibu Bapak ingat baca dua tiga bulan lalu ada drone nyangkut di jaring nelayan. Itu bukan satu dua, jadi sudah ada drone dari luar masuk ke kita di laut. Karena laut kita kaya, hutan kita juga kaya," jelasnya.
"Jadi sekarang kita bicara perang teknologi. Kita butuh ilmuwan yang bisa memberi kita teknologi yang siap menghadapi gangguan dari luar. itu intinya. Kita butuh radar, teknologi elektronika peluru kendali, ilmu material dan lainnya," jelasnya. (hoi/hoi)
Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto berbicara mengenai anggaran pertahanan Indonesia yang masih minim dibandingkan negara lain. Sehingga butuh pengelolaan anggaran yang sangat baik supaya kedaulatan negara masih bisa terjaga. Selain itu, untuk pengadaan alutsista tak bisa buru-buru butuh tahunan untuk sampai datang ke Indonesia.
Dalam webinar, Universitas Padjadjaran Optimalisasi Industri Pertahanan Dalam Konteks Kepentingan Nasional RI, Jumat (9/7/2021), Prabowo menjelaskan anggaran belanja pertahanan RI hanya 0,8% dari PDB negara saat ini.
"Sementara negara tetangga di atas itu, sebut Singapura 3% dari GDP, India, 2,4%, Indonesia hanya 0,8%. Tapi kalau dikelola dengan baik kita bisa lumayan kuat. Untuk membela NKRI, bumi dan laut kita jaga itu," katanya.
"Kita tidak butuh kapal selam yang begitu canggih bisa menyusup berbulan-bulan, kita hanya butuh menjaga negara kita," katanya.
Dari paparan, budget militer India 2,4% dari PDB negara, Singapura 3,1 %, Thailand 1,3%, Vietnam 0,8%, dan Australia 1,9%.
Sementara dari porsi APBN, Prabowo mengatakan anggaran belanja militer Indonesia hanya 5%, beda dengan Singapura yang mencapai 30% untuk pertahanan negara.
Dari anggaran itu Prabowo menyebut Indonesia lumayan kuat. Namun, jika anggaran bisa dinaikkan lagi Indonesia bisa menjadi negara kuat. "Kalau kita sekarang 0,8% kita naik saja porsinya menjadi 1,6% betapa kuatnya kita," katanya.
Prabowo juga bercerita tentang proses pembelian alutsista. Dia menyebut proses pembelian pesawat canggih tidak bisa langsung didapatkan setelah melakukan penandatanganan kontrak pembelian.
"Tidak ada alat perang langsung datang setelah kita beli. Kalau punya uang lalu beli pesawat sebut F 15, Sukhoi 35, Rafale Perancis, kita tanda tangan datangnya enam tahun lagi, mungkin pesawat pertama bisa didapat waktu tiga tahun. Mungkin kita punya satu dua skuadron baru enam tahun lagi," katanya.
Prabowo mengatakan pembelian alutsista ini membutuhkan perencanaan yang panjang. Sehingga dalam waktu menunggu sampai enam tahun itu, Indonesia tetap akan mendapatkan ancaman.
"Enam tahun menunggu kalau ada ancaman gimana? Ya mudah mudahan nggak ada ancaman. Kita berharap tidak terjadi ancaman atau invasi," jelasnya.
Prabowo sendiri mendapat mandat untuk membuat master plan perkembangan alutsista Indonesia hingga 25 tahun ke depan. Dalam harapan kedaulatan dan keamanan negara terjaga.
Ancaman Keamanan Negara Selalu Ada
Prabowo mengatakan potensi kekayaan Indonesia sangat besar. Sehingga banyak negara lain yang ingin coba - coba melirik potensi sumber daya alam tanah air. Ancaman negara saat ini juga bukan dari perang fisik, namun perang ilmu pengetahuan, perang cyber, juga perang sensor.
"Ibu Bapak ingat baca dua tiga bulan lalu ada drone nyangkut di jaring nelayan. Itu bukan satu dua, jadi sudah ada drone dari luar masuk ke kita di laut. Karena laut kita kaya, hutan kita juga kaya," jelasnya.
"Jadi sekarang kita bicara perang teknologi. Kita butuh ilmuwan yang bisa memberi kita teknologi yang siap menghadapi gangguan dari luar. itu intinya. Kita butuh radar, teknologi elektronika peluru kendali, ilmu material dan lainnya," jelasnya. (hoi/hoi)
★ CNBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.