⚓️ Negara Barat sebelumnya mengklaim tidak akan menjual persenjataan tersebut ke Kiev Ilustrasi AH 140 [Babcock]
Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace memberikan lampu hijau untuk menjual senjata mematikan kepada Ukraina, meskipun negara-negara Barat sebelumnya mengklaim tidak akan menjual persenjataan tersebut ke Kiev.
Penjualan senjata tersebut sebagian besar berfokus pada peningkatan kemampuan angkatan laut Ukraina dan akan dibayar melalui pinjaman yang tersedia untuk Kiev setelah menandatangani perjanjian ekspor dengan London pada awal November.
Kesepakatan senjata mencakup penjualan dua kapal penanggulangan ranjau dan produksi bersama delapan kapal perang rudal, serta sebuah fregat. Selain itu, London akan membantu Ukraina membangun infrastruktur angkatan laut dan akan meningkatkan beberapa sistem senjata kapal yang ada.
Menteri pertahanan kedua negara, Ben Wallace dan Oleksii Reznikov, tidak merahasiakan tujuan utama dari kesepakatan senjata baru dan fakta bahwa itu ditujukan terhadap Rusia.
"Pemerintah kami tidak memiliki keinginan untuk bermusuhan, atau berusaha dengan cara apa pun untuk mengepung atau melemahkan Federasi Rusia secara strategis," bunyi pernyataan bersama keduanya seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (19/11/2021).
Kiev, London, dan negara-negara barat lainnya berulang kali menuduh Rusia sebagai ancaman bagi keamanan Ukraina dan negara-negara tetangga lainnya. Moskow, bagaimanapun, berulang kali menolak tuduhan dan bersikeras menjadi negara yang damai.
Rusia bahkan menegur negara-negara Barat karena secara rutin melakukan penerbangan militer dan mengirim kapal ke dekat perbatasannya. Dalam pidato terakhirnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa pembom strategis NATO terbang sedekat 20 kilometer dari perbatasan Rusia.
Wilayah Laut Hitam di sekitar Semenanjung Crimea menjadi salah satu sumber utama ketegangan karena negara-negara Barat tidak mengakui hasil referendum 2014 yang menyebabkan semenanjung itu bergabung dengan Rusia menyusul kudeta di Ukraina. NATO dan Kiev bersikeras menyebut Crimea sebagai "wilayah pendudukan".
NATO secara rutin mengirim kapal-kapalnya ke dekat perairan ini yang dilihat Moskow sebagai bagian dari wilayahnya, sementara satu kapal perang Inggris langsung melanggarnya pada Juni 2021. Sebuah laporan berdasarkan dokumen yang diduga milik Kementerian Pertahanan Inggris menyatakan itu adalah tindakan yang disengaja. Kremlin mengutuk tindakan semacam itu dan memperingatkan bahwa suatu hari mereka mungkin menyebabkan insiden serius. (ian)
Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace memberikan lampu hijau untuk menjual senjata mematikan kepada Ukraina, meskipun negara-negara Barat sebelumnya mengklaim tidak akan menjual persenjataan tersebut ke Kiev.
Penjualan senjata tersebut sebagian besar berfokus pada peningkatan kemampuan angkatan laut Ukraina dan akan dibayar melalui pinjaman yang tersedia untuk Kiev setelah menandatangani perjanjian ekspor dengan London pada awal November.
Kesepakatan senjata mencakup penjualan dua kapal penanggulangan ranjau dan produksi bersama delapan kapal perang rudal, serta sebuah fregat. Selain itu, London akan membantu Ukraina membangun infrastruktur angkatan laut dan akan meningkatkan beberapa sistem senjata kapal yang ada.
Menteri pertahanan kedua negara, Ben Wallace dan Oleksii Reznikov, tidak merahasiakan tujuan utama dari kesepakatan senjata baru dan fakta bahwa itu ditujukan terhadap Rusia.
"Pemerintah kami tidak memiliki keinginan untuk bermusuhan, atau berusaha dengan cara apa pun untuk mengepung atau melemahkan Federasi Rusia secara strategis," bunyi pernyataan bersama keduanya seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (19/11/2021).
Kiev, London, dan negara-negara barat lainnya berulang kali menuduh Rusia sebagai ancaman bagi keamanan Ukraina dan negara-negara tetangga lainnya. Moskow, bagaimanapun, berulang kali menolak tuduhan dan bersikeras menjadi negara yang damai.
Rusia bahkan menegur negara-negara Barat karena secara rutin melakukan penerbangan militer dan mengirim kapal ke dekat perbatasannya. Dalam pidato terakhirnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa pembom strategis NATO terbang sedekat 20 kilometer dari perbatasan Rusia.
Wilayah Laut Hitam di sekitar Semenanjung Crimea menjadi salah satu sumber utama ketegangan karena negara-negara Barat tidak mengakui hasil referendum 2014 yang menyebabkan semenanjung itu bergabung dengan Rusia menyusul kudeta di Ukraina. NATO dan Kiev bersikeras menyebut Crimea sebagai "wilayah pendudukan".
NATO secara rutin mengirim kapal-kapalnya ke dekat perairan ini yang dilihat Moskow sebagai bagian dari wilayahnya, sementara satu kapal perang Inggris langsung melanggarnya pada Juni 2021. Sebuah laporan berdasarkan dokumen yang diduga milik Kementerian Pertahanan Inggris menyatakan itu adalah tindakan yang disengaja. Kremlin mengutuk tindakan semacam itu dan memperingatkan bahwa suatu hari mereka mungkin menyebabkan insiden serius. (ian)
⚓️ sindonews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.