Usai Israel Serang Al AqsaIlustrasi. Pertemuan Dewan Keamanan PBB. (AFP/ED JONES)
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) segera menggelar rapat darurat pada hari ini, Kamis (6/4) untuk membahas serangan di masjid Al Aqsa.
Rencana pertemuan tersebut muncul usai serbuan pasukan Israel ke Al Aqsa dan menyerang para jemaah di tempat suci itu.
Dua diplomat PBB mengatakan sesi ini akan berlangsung secara tertutup. Pertemuan itu dilakukan atas desakan Uni Emirat Arab sebagai perwakilan Liga Arab dan China, demikian dikutip The Times of Israel.
Rapat itu bakal menjadi sesi darurat keempat yang digelar Dewan Keamanan menyangkut konflik kedua negara ini sejak Benjamin Netanyahu menjadi Perdana Menteri Israel.
Pertemuan mendesak serupa diadakan usai Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir mengunjungi Temple Mount di Yerusalem. Dewan Keamanan PBB juga telah mengadakan tiga pertemuan bulanan lain terkait konflik Israel-Palestina.
Sebelumnya, Liga Arab juga bakal menggelar rapat darurat merespons serangan pasukan Israel di Al Aqsa.
Rencana pertemuan itu muncul usai Yordania menyerukan rapat dengan berkoordinasi bersama para pejabat Mesir dan Palestina. Namun, hingga kini belum ada informasi lebih lanjut soal lokasi rapat.
Al Aqsa menjadi sorotan usai pasukan Israel menyerbu tempat suci itu dan menyerang jemaah.
Imbas serangan itu, setidaknya 12 orang terluka. Polisi Israel juga menangkap lebih dari 350 orang.
Usai aksi itu, sejumlah negara mayoritas Muslim ramai-ramai mengecam tindak kekerasan pasukan Israel.
Konflik Bisa Meluas Ilustrasi. Sistem rudal anti-rudal Israel, Iron Dome, saat mencegat roket-roket dari Gaza. (AFP/ANAS BABA)
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia mengungkapkan kekhawatirannya usai pasukan Israel menyerbu masjid Al Aqsa dan menyerang jemaah, Rabu (5/4).
Moskow kemudian mewanti-wanti konflik bisa meluas jika aksi penyerbuan polisi Israel ke Al Aqsa selama Ramadan tahun ini tak segera diredam.
"Moskow menyampaikan kekhawatiran yang serius terkait rangkaian eskalasi lain antara Palestina dan Israel, yang berisiko menjadi konfrontasi pasukan dengan skala penuh, seperti yang terjadi berkali-kali di masa lalu," kata juru bicara Kemlu Rusia, Maria Zakharova pada Rabu, seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Insiden itu terjadi di bulan suci Ramadan dan mendekati Paskah. Menurut Zakharova, insiden di waktu-waktu tersebut bisa membuat konflik meluas.
Dalam pernyataan resmi, Kemlu Rusia juga menyatakan bahwa situasi di Yerusalem hanya bisa selesai melalui kesepakatan politik.
"Kami meneruskan fakta bahwa tak ada alternatif untuk memulai kembali proses perdamaian Palestina dan Israel di bawah kerangka hukum yang disetujui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), berdasarkan prinsip solusi dua negara," demikian pernyataan Kemlu.
Rusia kemudian menuntut semua tindakan yang mengganggu proses perdamaian diakhiri dan menghargai status quo situs suci Yerusalem.
Kemlu juga menekankan akses bebas bagi semua perwakilan agama. Yerusalem merupakan kota suci bagi tiga agama yakni Islam, Kristen, dan Yahudi.
"Kami mencatat peran khusus perwalian Hashemite (Hasyimiyah Kerajaan Yordania) di kota ini," lanjut Kemlu Rusia.
Selain itu, Kemlu Rusia meminta Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres untuk mencermati penyelesaian Palestina-Israel.
Kemlu juga mendesak Guterres untuk melakukan analisis sehingga akar masalah bisa ditemukan dan menyusun rekomendasi pemulihan stabilitas.
Mereka menyebut soal rencana pertemuan Dewan Keamanan PBB yang bakal berlangsung 25 April untuk membahas situasi di Timur Tengah, termasuk isu Palestina.
Menurut Kemlu, pertemuan ini kesempatan yang baik untuk menghadirkan analisis soal konflik Israel-Palestina.
Masjid Al Aqsa kembali menjadi sorotan usai pasukan Israel menyerbu tempat ini dan menyerang jemaah pada Rabu.
Pasukan Israel tercatat dua kali melakukan serangan di Masjid Al Aqsa. Di insiden pertama berlangsung pada subuh waktu setempat. Salah satu saksi mengatakan sejumlah polisi Israel menyerang umat Muslim yang sedang beribadah.
Di malam hari, pasukan Israel kembali menyerbu Al Aqsa. Kali ini, mereka mengerahkan granat kejut dan memerintahkan umat Islam yang beribadah untuk segera pergi.
Ramai-ramai Kecam Serangan Israel Polisi Israel dua kali serang masjid Al Aqsa pada Rabu (5/4). (AP/Mahmoud Illean)
Sejumlah negara mayoritas muslim ramai-ramai mengecam serangan pasukan Israel ke masjid Al Aqsa, Rabu (5/4).
Dalam sehari, pasukan Israel melakukan serangan dua kali ke tempat suci itu. Di insiden pertama, mereka memaksa masuk gedung dengan dalih memburu provokator dan agitator.
Salah satu saksi mengatakan sejumlah polisi Israel menyerang umat Muslim yang sedang beribadah.
Imbas serangan itu, setidaknya 12 orang terluka. Polisi Israel juga menangkap lebih dari 350 orang.
Di malam hari, pasukan Israel kembali menyerbu masjid Al Aqsa.
Kali ini, mereka mengerahkan granat kejut dan memerintahkan umat Islam yang beribadah untuk segera pergi. Mereka mengklaim upaya ini untuk mencegah provokator bertindak lebih jauh.
Berikut deret negara mayoritas muslim yang mengecam aksi pasukan Israel.
Yordania
Kementerian Luar Negeri Yordania mengutuk tindakan polisi Israel "sekeras-kerasnya." Mereka juga meminta Israel segera menarik pasukannya dari masjid.
Selain itu, Yordania menyerukan pertemuan darurat Liga Arab untuk merespons tindak kekerasan tersebut.
Mesir
Kementerian Luar Negeri Mesir juga melakukan hal serupa. Mereka mengutuk "penyerbuan" masjid oleh pasukan Israel.
Menurut Kemlu Mesir aksi pasukan itu tak sesuai aturan dan menyebabkan jemaah terluka.
"[Tindakan pasukan Israel di Al Aqsa] melanggar semua hukum dan kebiasaan internasional," demikian pernyataan Kemlu Mesir, seperti dikutip CNN.
Arab Saudi
Arab Saudi mengutuk serangan terang-terangan terhadap para jemaah di Masjid Al Aqsa.
"Arab Saudi kecam serangan terang-terangan ini dan menyerukan penolakan terhadap praktik-praktik yang merusak upaya perdamaian dan bertentangan dengan prinsip-prinsip internasional sehubungan dengan kesucian agama," demikian pernyataan resmi Kemlu Saudi, seperti dikutip Middle East Eye.
Qatar
Qatar menyatakan aksi pasukan Israel sebagai praktik kriminal brutal dan merupakan eskalasi serius.
"[Ini] pelanggaran terang-terangan terhadap tempat-tempat suci, perpanjangan dari kebijakan Yahudisasi Yerusalem, [dan] pelanggaran hukum internasional dan resolusi legitimasi internasional," demikian pernyataan resmi Qatar.
Pemerintah Qatar juga menyebut serangan itu sebagai provokasi bagi dua miliar Muslim di dunia, terutama di bulan Ramadan.
Uni Emirat Arab
Uni Emirat Arab (UEA) juga menyampaikan kecaman keras atas tindakan pasukan keamanan Israel yang menyerbu masjid Al Aqsa.
"UEA mendesak otoritas Israel segera menyetop eskalasi dan menhindari tensi yang lebih tinggi dan ketidakstabilan kawasan," demikian pernyataan UEA dikutip dari Awsat.
Indonesia
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia mengecam serangan pasukan Israel yang menyebabkan sejumlah orang terluka.
"Indonesia mengutuk tindak kekerasan aparat keamanan Israel di Masjid Al-Aqsa di bulan suci Ramadhan yang menyebabkan sejumlah jemaah terluka dan penangkapan ratusan lainnya," demikian pernyataan resmi Kemlu di Twitter, Kamis.
Menurut Kemlu, aksi pasukan Israel itu menyakiti perasaan umat Muslim di dunia. Pelanggaran di Al-Aqsa, lanjutnya, juga bisu memicu eskalasi konflik dan kekerasan.
Kemlu juga mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan komunitas internasional segera mengambil langkah nyata untuk menghentikan dan mengakhiri berbagai pelanggaran Israel terhadap Al Aqsa.
Malaysia
Perdana Menteri Mayalsia Anwar Ibrahim juga menyampaikan kecaman melalui akun Twitternya. Anwar meminta PBB segera turun tangan untuk menghentikan kekerasan di masjid Al Aqsa.
"Malaysia mendesak komunitas internasional, khususnya Dewan Keamanan PBB, untuk meminta pertanggungjawaban rezim Israel atas kejahatan keji dan segera membebaskan para tahanan Palestina," demikian cuitan Anwar Ibrahim. (isa/bac)
♖ CNN
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) segera menggelar rapat darurat pada hari ini, Kamis (6/4) untuk membahas serangan di masjid Al Aqsa.
Rencana pertemuan tersebut muncul usai serbuan pasukan Israel ke Al Aqsa dan menyerang para jemaah di tempat suci itu.
Dua diplomat PBB mengatakan sesi ini akan berlangsung secara tertutup. Pertemuan itu dilakukan atas desakan Uni Emirat Arab sebagai perwakilan Liga Arab dan China, demikian dikutip The Times of Israel.
Rapat itu bakal menjadi sesi darurat keempat yang digelar Dewan Keamanan menyangkut konflik kedua negara ini sejak Benjamin Netanyahu menjadi Perdana Menteri Israel.
Pertemuan mendesak serupa diadakan usai Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir mengunjungi Temple Mount di Yerusalem. Dewan Keamanan PBB juga telah mengadakan tiga pertemuan bulanan lain terkait konflik Israel-Palestina.
Sebelumnya, Liga Arab juga bakal menggelar rapat darurat merespons serangan pasukan Israel di Al Aqsa.
Rencana pertemuan itu muncul usai Yordania menyerukan rapat dengan berkoordinasi bersama para pejabat Mesir dan Palestina. Namun, hingga kini belum ada informasi lebih lanjut soal lokasi rapat.
Al Aqsa menjadi sorotan usai pasukan Israel menyerbu tempat suci itu dan menyerang jemaah.
Imbas serangan itu, setidaknya 12 orang terluka. Polisi Israel juga menangkap lebih dari 350 orang.
Usai aksi itu, sejumlah negara mayoritas Muslim ramai-ramai mengecam tindak kekerasan pasukan Israel.
Konflik Bisa Meluas Ilustrasi. Sistem rudal anti-rudal Israel, Iron Dome, saat mencegat roket-roket dari Gaza. (AFP/ANAS BABA)
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia mengungkapkan kekhawatirannya usai pasukan Israel menyerbu masjid Al Aqsa dan menyerang jemaah, Rabu (5/4).
Moskow kemudian mewanti-wanti konflik bisa meluas jika aksi penyerbuan polisi Israel ke Al Aqsa selama Ramadan tahun ini tak segera diredam.
"Moskow menyampaikan kekhawatiran yang serius terkait rangkaian eskalasi lain antara Palestina dan Israel, yang berisiko menjadi konfrontasi pasukan dengan skala penuh, seperti yang terjadi berkali-kali di masa lalu," kata juru bicara Kemlu Rusia, Maria Zakharova pada Rabu, seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Insiden itu terjadi di bulan suci Ramadan dan mendekati Paskah. Menurut Zakharova, insiden di waktu-waktu tersebut bisa membuat konflik meluas.
Dalam pernyataan resmi, Kemlu Rusia juga menyatakan bahwa situasi di Yerusalem hanya bisa selesai melalui kesepakatan politik.
"Kami meneruskan fakta bahwa tak ada alternatif untuk memulai kembali proses perdamaian Palestina dan Israel di bawah kerangka hukum yang disetujui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), berdasarkan prinsip solusi dua negara," demikian pernyataan Kemlu.
Rusia kemudian menuntut semua tindakan yang mengganggu proses perdamaian diakhiri dan menghargai status quo situs suci Yerusalem.
Kemlu juga menekankan akses bebas bagi semua perwakilan agama. Yerusalem merupakan kota suci bagi tiga agama yakni Islam, Kristen, dan Yahudi.
"Kami mencatat peran khusus perwalian Hashemite (Hasyimiyah Kerajaan Yordania) di kota ini," lanjut Kemlu Rusia.
Selain itu, Kemlu Rusia meminta Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres untuk mencermati penyelesaian Palestina-Israel.
Kemlu juga mendesak Guterres untuk melakukan analisis sehingga akar masalah bisa ditemukan dan menyusun rekomendasi pemulihan stabilitas.
Mereka menyebut soal rencana pertemuan Dewan Keamanan PBB yang bakal berlangsung 25 April untuk membahas situasi di Timur Tengah, termasuk isu Palestina.
Menurut Kemlu, pertemuan ini kesempatan yang baik untuk menghadirkan analisis soal konflik Israel-Palestina.
Masjid Al Aqsa kembali menjadi sorotan usai pasukan Israel menyerbu tempat ini dan menyerang jemaah pada Rabu.
Pasukan Israel tercatat dua kali melakukan serangan di Masjid Al Aqsa. Di insiden pertama berlangsung pada subuh waktu setempat. Salah satu saksi mengatakan sejumlah polisi Israel menyerang umat Muslim yang sedang beribadah.
Di malam hari, pasukan Israel kembali menyerbu Al Aqsa. Kali ini, mereka mengerahkan granat kejut dan memerintahkan umat Islam yang beribadah untuk segera pergi.
Ramai-ramai Kecam Serangan Israel Polisi Israel dua kali serang masjid Al Aqsa pada Rabu (5/4). (AP/Mahmoud Illean)
Sejumlah negara mayoritas muslim ramai-ramai mengecam serangan pasukan Israel ke masjid Al Aqsa, Rabu (5/4).
Dalam sehari, pasukan Israel melakukan serangan dua kali ke tempat suci itu. Di insiden pertama, mereka memaksa masuk gedung dengan dalih memburu provokator dan agitator.
Salah satu saksi mengatakan sejumlah polisi Israel menyerang umat Muslim yang sedang beribadah.
Imbas serangan itu, setidaknya 12 orang terluka. Polisi Israel juga menangkap lebih dari 350 orang.
Di malam hari, pasukan Israel kembali menyerbu masjid Al Aqsa.
Kali ini, mereka mengerahkan granat kejut dan memerintahkan umat Islam yang beribadah untuk segera pergi. Mereka mengklaim upaya ini untuk mencegah provokator bertindak lebih jauh.
Berikut deret negara mayoritas muslim yang mengecam aksi pasukan Israel.
Yordania
Kementerian Luar Negeri Yordania mengutuk tindakan polisi Israel "sekeras-kerasnya." Mereka juga meminta Israel segera menarik pasukannya dari masjid.
Selain itu, Yordania menyerukan pertemuan darurat Liga Arab untuk merespons tindak kekerasan tersebut.
Mesir
Kementerian Luar Negeri Mesir juga melakukan hal serupa. Mereka mengutuk "penyerbuan" masjid oleh pasukan Israel.
Menurut Kemlu Mesir aksi pasukan itu tak sesuai aturan dan menyebabkan jemaah terluka.
"[Tindakan pasukan Israel di Al Aqsa] melanggar semua hukum dan kebiasaan internasional," demikian pernyataan Kemlu Mesir, seperti dikutip CNN.
Arab Saudi
Arab Saudi mengutuk serangan terang-terangan terhadap para jemaah di Masjid Al Aqsa.
"Arab Saudi kecam serangan terang-terangan ini dan menyerukan penolakan terhadap praktik-praktik yang merusak upaya perdamaian dan bertentangan dengan prinsip-prinsip internasional sehubungan dengan kesucian agama," demikian pernyataan resmi Kemlu Saudi, seperti dikutip Middle East Eye.
Qatar
Qatar menyatakan aksi pasukan Israel sebagai praktik kriminal brutal dan merupakan eskalasi serius.
"[Ini] pelanggaran terang-terangan terhadap tempat-tempat suci, perpanjangan dari kebijakan Yahudisasi Yerusalem, [dan] pelanggaran hukum internasional dan resolusi legitimasi internasional," demikian pernyataan resmi Qatar.
Pemerintah Qatar juga menyebut serangan itu sebagai provokasi bagi dua miliar Muslim di dunia, terutama di bulan Ramadan.
Uni Emirat Arab
Uni Emirat Arab (UEA) juga menyampaikan kecaman keras atas tindakan pasukan keamanan Israel yang menyerbu masjid Al Aqsa.
"UEA mendesak otoritas Israel segera menyetop eskalasi dan menhindari tensi yang lebih tinggi dan ketidakstabilan kawasan," demikian pernyataan UEA dikutip dari Awsat.
Indonesia
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia mengecam serangan pasukan Israel yang menyebabkan sejumlah orang terluka.
"Indonesia mengutuk tindak kekerasan aparat keamanan Israel di Masjid Al-Aqsa di bulan suci Ramadhan yang menyebabkan sejumlah jemaah terluka dan penangkapan ratusan lainnya," demikian pernyataan resmi Kemlu di Twitter, Kamis.
Menurut Kemlu, aksi pasukan Israel itu menyakiti perasaan umat Muslim di dunia. Pelanggaran di Al-Aqsa, lanjutnya, juga bisu memicu eskalasi konflik dan kekerasan.
Kemlu juga mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan komunitas internasional segera mengambil langkah nyata untuk menghentikan dan mengakhiri berbagai pelanggaran Israel terhadap Al Aqsa.
Malaysia
Perdana Menteri Mayalsia Anwar Ibrahim juga menyampaikan kecaman melalui akun Twitternya. Anwar meminta PBB segera turun tangan untuk menghentikan kekerasan di masjid Al Aqsa.
"Malaysia mendesak komunitas internasional, khususnya Dewan Keamanan PBB, untuk meminta pertanggungjawaban rezim Israel atas kejahatan keji dan segera membebaskan para tahanan Palestina," demikian cuitan Anwar Ibrahim. (isa/bac)
♖ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.