Sabtu, 25 Februari 2012

Arya Kemuning : Penghadangan Berdarah

atalyon Infanteri 203 / Arya Kemuning  (Yonif 203 /AK) sebelumnya adalah satuan organik Kodam Siliwangi. Pada 1 Januari 1964 dimasukkan ke administratif Kodam Jaya berdasar SKEP Pangdam Siliwangi No 128-2/II/1963 tanggal 26 Desember 1963.

Kodam Jaya
Yonif 203 / AK berada dibawah Brigade Infanteri 1 Pengamanan Ibukota / Jaya Sakti, mempunyai tugas pokok mengamankan ibukota dari gangguan keamanan darat maupun udara. Disamping itu, Yonif 203 /AK juga mempunyai spesialisasi dalam pertempuran jarak dekat (PJD) pertempuran kota, PAM VVIP, PAM Obvit.

Batalyon ini didukung oleh semangat yang tinggi para personilnya dalam setiap melaksanakan tugas, baik tugas - tugas di satuan maupun yang diberikan oleh komando atas, khususnya tugas PAM VVIP (Very Very Important Person) yakni mengamankan Presiden RI (RI 1) dan Wakil Presiden RI (RI 2).

Sebagai prajurit infanteri yang mempunyai tugas pokok bertempur, para personil Yonif 203 / Arya Kemuning yang sehari hari mengamankan ibukota Jakarta, mereka juga dituntut untuk mampu melaksanakan tugas operasi pertempuran di seluruh wilayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan harus berhasil.

Teguh Yulianto yang baru lahir jadi tentara berpangkat Prajurit Dua (Prada) kala itu  menjadi bagian Satuan Setingkat Kompi (SSK) Yonif 203 / AK berangkat tugas ke daerah rawan Nanggroe Aceh darussalam (NAD). Rasa Bangga sebagai prajurit yang dipercaya untuk melakukan perkerjaan mulia, meski nyawa adalah taruhannya.

Selama 3 bulan menjalani latihan Rajawali di Pusat Pendidikan kopassus (Pusdikpassus), berangkatlah para prajurit banten ini menjaga keamanan dari gangguan keamanan kelompok separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

"Karena baru pertama kalinya saya menginjakkan kaki di tanah rencong Aceh ini, saya langsung sujud mencium landasan sambil berdoa, semoga Allah yang Maha Kuasa memberikan kesehatan, perlindungan dan keselamatan," kenang Prada Teguh Yulianto.

Yonif 203 / AK (Foto Ryan Boedi)
Pasukan Yonif 203 / AK lalu bergabung dengan satuan kompi asal Propinsi NAD. Setelah 3 hari beristirahar di base camp, Prada Teguh akhirnya bertugas dan mempraktikan semua ilmu ketentaraannya. Disitulah "tentara baru jadi" merasakan suasana pertempuran  yang sebenarnya, menghadapi musuh yang sewaktu waktu dapat mengambil nyawanya.

Prada Teguh yang di Pasukan Rajawali tergabung dengan Peleton-3 (Ton 3) Yonif 203 / AK, mengalami tugasnya berpatroli setiap malam sampai subuh. "Pengalaman patroli pertama yang membuat adrenalin saya naik adalah ketika berpatroli di  sekitar daerah Pusong Lama, karena disitu adalah tempat produksi ranjau untuk menghadapi patroli pasukan TNI," katanya. Selain dikota Lhokseumawe, ia juga kerap keluar masuk hutan dan bukit bukit yang berdekatan dengan kampung penduduk. Karena menurut informsi, wilayah itu merupakan rute perjalanan GAM untuk turun ke kota
mencari logistik, sekaligus tempat pengedapan maupun persembunyian.

Peletonnya terus mendapat Perintah Operasi (PO) untuk melakukan pengepungan, pembersihan, dan penggeledahan rumah di Cunda. Waktu itu sempat terjadi kontak tembak dengan GAM dan itulah situasi tembak menembak pertama kalinya dialami Prada Teguh menghadapi peluru mematikan. Dari peristiwa itu Ton 3 Rajawali / AK berhasil menangkap hidup hidup empat anggota GAM, yang salah satunya adalah Panglima Sago wilayah Lhokseumawe. Seorang lainnya tewas tertembus peluru tepat di kepalanya dan diketemukan sejumlah dokumen GAM.

Setelah sebulan di Bawah Perintah (BP) Yonif 112 /JS, Pasukan Rajawali Yonif 203 / AK kemudian bergeser ke Lhoksukon dan dibagi dua, yakni beberapa peleton bergerak dengan kendaraan dan yang lainnya dengan jalan kaki. Kali ini Prada Teguh berada di Peleton yang berjalan kaki.

Suatu waktu di informasikan satu peleton yang bergerak dengan kendaraan dihadang kelompok GAM dan Peleton Teguh diperintahkan membantu rekan rekannya yang terjepit posisinya dan hanya mampu membalas tembakan dari dalam kendaraan. setelah tiba di TKP baku tembak tetap berlanjut, namun pihak GAM akhirnya mundur melarikan diri setelah tahu datang bala bantuan. 

Yonif 203 / AK (Foto Ryan Boedi)
Pengalaman Prada Teguh terus berlanjut dan semakin seru. Dalam perjalan patroli dengan berjalan kaki,  banyak kejadian yang menegangkan, baik melintasi bukit yang ditumbuhi alang-alang dan rumput yang mencapai 2 sampai 3 meter maupun melintasi tebing yang curam. Gangguan tembakan dari GAM sering terjadi meski kehati hatian maupun kewaspadaan selalu di utamakan.

"Dalam menjalankan tugas operasi, kesabaran merupakan salah saru kunci keberhasilan," kata Prada Teguh Yulianto. Setelah berbulan bulan, akhirnya dia berserta lainnya dari Yonif 203 / AK bergabung menjadi kompi utuh menunggu logistik di Panton Labu. Di wilayah itu, ia di tugaskan berserta satu peleton berpatroli sambil mencari warga yang menjadi mata - mata GAM, dengan ciri fisik satu tangannya berjari enam.

Berkat kegigihan Pasukan Arya Kemuning, akhirnya orang yang dicari dapat diketemukan, ditawan dan hendak dibawa ke Pos 203. Ketika dalam perjalanan, Pasukan bertemu dengan tiga personel GAM yang berkendaraan motor. Kontak tembak pun tak terelakan. Dari 15 menit pertempuran itupun, dua orang berhasil dilumpuhkan, sedang seseorang berhasil melarikan diri.

Suasana baku tembak pun dimanfaatkan tawanan tersebut untuk kabur. "Orang itu saya kejar. Saat mau saya tangkap dia melawan dan berusaha merebut senjata yang saya pegang. Akhirnya mau tidak mau, dengan terpaksa dia saya tembak," kata Teguh. Meski ketiga anggota GAM dapat dilumpuhkan, pasukan TNI tidak mendapatkan senjata anggota GAM, karena di bawa kabur sama anggota GAM yang melarikan diri.

Itulah kejadian yang sesungguhnya, namun di beritakan lain di surat kabar lokal. GAM menyatakan bahwa TNI telah merusak dan membakar rumah warga seta membunuh lima orang warga sipil. Padahal selain terjadinya kontak tembak yang menewaskan tiga anggota GAM (bukan warga sipil) karena mereka jelas - jelas bersenjata. Pasukan Rajawali hanya melakukan pengepungan dan penggeledahan rumah tanpa merusak apalagi membakar. "Saya yang saat itu Prada jadi berpikir, ternyata perang itu bukan hanya membunuh dan di bunuh, tapi juga adu pengaruh dan cari simpati," ujar Teguh.

Yonif 203 / AK (Foto Ryan Boedi)
Satu lagi yang membekas di pikiran Teguh Yulianto yang sekarang berpangkat "Tiga Balok Merah" atau Prajurit Kepala (Praka) dan sudah berkeluarga ini ialah waktu berpatroli bersama peletonnya, menuju ke lokasi peleton kawannya yang tengah diserang GAM. Di tengah tengah perjalanan mereka di serang gerombolan GAM dengan bersenjata campuran. Dari bunyi tembakan yang gencar mengarah ke mereka dapat di perkirakan bahwa personil maupun senjata anggota GAM lebih besar dibandingkan kekuatan pasukan mereka.

Dari baku tembak yang tidak seimbang dalam jarak sekitar tiga puluhan meter itu, rekan Teguh , Prada Haryanto tersambar peluru musuh hingga meninggal dunia di tempat dan seorang prajurit lainnya terluka parah kena serpihan senjata pelontar granat (GLM : Grenade Launcer Module). " Saat saya membantu teman yang kena serpihan GLM, saya kena tembakan di lutut dan dada sebelah kanan," kata Teguh sambil menunjukan bekas lukanya.

Doa yang pernah dipanjatkannya ketika pertama kali menginjakkan kaki di NAD rupanya di kabulkan - Nya ... Tuhan YME masih melindunginya. Dengan menahan rasa sakit akibat lukanya, ia terus melakukan perlawanan dengan gencar menembak ke posisi anggota GAM, sekaligus melindungi rekannya yang terluka parah terkena GLM, sambil menunggu datangnya bantuan.

Setelah sekitar tiga puluh menit-an kontak tembak berlangsung, pasukan kawan pun datang membantu. Mengetahui kekuatan pasukan TNI bertambah, personil GAM kemudian mundur dan melarikan diri. Dari pembersihan yang dilakukan di lokasi kejadian, didapati dua orang anggota GAM tewas berikut senjatanya SS-1 dan AK-47. kisah ini diringkas dari kisah prajurit dari majalah Defender.

1 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...