Rizal Ramli dan Menteri Susi PuasPesawat Pengintai Boeing N614BA di Bandara Halim Perdana Kusuma ☆
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mencoba pesawat pengintai di bandara Halim Perdana Kusuma.
Demonstrasi Boeing Maritime Surveillance Aircraft Inflight Demonstration ditujukan untuk memantau ilegal fishing yang terjadi di laut Indonesia.
Sekitar pukul 09.00 WIB, kedua menteri kabinet kerja hadir di lapangan udara Halim Perdana Kusuma. Rizal Ramli yang mengenakan baju kemeja pink berjalan bersama Menteri Susi yang memakai kemeja bercorak hitam dan putih menuju pesawat Boeing N614BA.
Penerbangan kedua menteri menggunakan pesawat pengintai tersebut berlangsung lancar dan aman. Selama satu jam, Rizal dan Susi mencoba berbagai fasilitas pemancar dan pemantau sinyal dalam pesawat Boeing tersebut.
Usai mendarat, Rizal dan Susi mengaku cukup puas selama terbang satu jam. Pasalnya teknologi yang ditawarkan bisa memantau semua sinyal kapal di perairan Indonesia.
"Pesawat pengawasan dan pengintaian lumayan bagus. Kita bisa memantau kapal-kapal yang ada di perairan," kata Rizal, Rabu (4/11/2015).
Susi menambahkan dengan adanya pesawat yang ditawarkan dari Amerika Serikat ini, bisa mengetahui kapal mana saja yang nakal dan melakukan penangkapan ikan ilegal. "Nanti ketahuan mana yang mematikan sinyal dan mana yang tidak," kata Susi.
Rizal Ramli Minta Harga Diskon Pesawat Pengintai Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mencoba pesawat pengintai Boeing N614 BA, Rabu (4/11/2015) ☆
Usai melakukan uji coba Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengaku cukup puas dengan pesawat Boeing Maritime Surveillance Aircraft Inflight. Namun Rizal mengaku harga satu unitnya terlalu mahal.
Rizal pun berharap pihak Amerika yang memproduksi pesawat Boeing N614BA bisa memberikan diskon khusus. Hal ini mengingat fungsi pesawat tersebut bisa melacak sinyal untuk kapal di perairan Indonesia.
"Tentu dealnya kalau Boeing discount nggak jelas kita nggak beli, kalau discount bagus, kita pertimbangkan," ujar Rizal di bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (4/11/2015).
Hal senada disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang menilai harga pesawat pengintai mahal meski fungsinya sangat besar untuk sektor kemaritiman. Susi pun harus berpikir dua kali jika mendapat tawaran untuk membeli pesawat Boeing N614BA.
"Cari mana yang lebih murah dan kegunaannya. Kalau Boeing terlalu mahal kita butuh diskon yang bagus dan manfaat yang terbaik untuk kita pilih," kata Susi.
Untuk diketahui harga Boeing N614BA dikisaran angka 69 juta dollar AS. Angka tersebut merupakan sepertiga dari pesawat Poseidon yang dibanderol 201,4 Juta dollar AS.
Dengan pesawat Boeing ini bisa menampung 8 sampai 9 enumpang. Namun bisa dikonversi untuk bisnis jet 19 penumpang dan diubah fungsinya jadi angkutan ambulan.
Pesawat Pengintai di Indonesia Sudah Jadul Pesawat CN235 Patmar TNI AL merupakan solusi terbaik pak ... tinggal tambah sensor dan sistem yang baru ☆
Menteri koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengaku TNI Angkatan Udara (AU) sudah memiliki pesawat pengintai. Namun umur pesawat tersebut sudah terlalu tua untuk bisa dioperasikan optimal.
"TNI AU punya pesawat surveillance tapi sudah tua," ujar Rizal di bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (4/11/2015).
Rizal memaparkan, pesawat pengintai produksi tahun 1982 sudah ketinggalan zaman. Baik dari teknologi maupun sistem, Rizal menilai pesawat pengintai milik TNI AU sudah sulit untuk dioperasikan untuk kegiatan pemerintah sekarang.
"Sistemnya juga untuk monitor tertinggal," ungkap Rizal.
Mantan Kepala Perum Bulog itu memaparkan Indonesia butuh Maritime Surveillance Aircraft yang terbaru. Karena tujuannya selain membantu memantau sinyal kapal di perairan Indonesia, kapal pemantau Boeing N614BA bisa untuk mencari titik panas kebakaran sampai ambulan.
"Kita perlu pesawat sejenis ini, digunakan ramai-ramai," papar Rizal.
Rizal menambahkan pesawat pengintai bisa digunakan oleh Kementerian atau lembaga terkait. Pada pelaksanaannya, fungsi dan kegunaannya utamanya untuk membagi pendataan.
"Pointnya harus sharing informasi data, agar kedaulatan di udara dan laut bisa ditegakan," kata Rizal.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mencoba pesawat pengintai di bandara Halim Perdana Kusuma.
Demonstrasi Boeing Maritime Surveillance Aircraft Inflight Demonstration ditujukan untuk memantau ilegal fishing yang terjadi di laut Indonesia.
Sekitar pukul 09.00 WIB, kedua menteri kabinet kerja hadir di lapangan udara Halim Perdana Kusuma. Rizal Ramli yang mengenakan baju kemeja pink berjalan bersama Menteri Susi yang memakai kemeja bercorak hitam dan putih menuju pesawat Boeing N614BA.
Penerbangan kedua menteri menggunakan pesawat pengintai tersebut berlangsung lancar dan aman. Selama satu jam, Rizal dan Susi mencoba berbagai fasilitas pemancar dan pemantau sinyal dalam pesawat Boeing tersebut.
Usai mendarat, Rizal dan Susi mengaku cukup puas selama terbang satu jam. Pasalnya teknologi yang ditawarkan bisa memantau semua sinyal kapal di perairan Indonesia.
"Pesawat pengawasan dan pengintaian lumayan bagus. Kita bisa memantau kapal-kapal yang ada di perairan," kata Rizal, Rabu (4/11/2015).
Susi menambahkan dengan adanya pesawat yang ditawarkan dari Amerika Serikat ini, bisa mengetahui kapal mana saja yang nakal dan melakukan penangkapan ikan ilegal. "Nanti ketahuan mana yang mematikan sinyal dan mana yang tidak," kata Susi.
Rizal Ramli Minta Harga Diskon Pesawat Pengintai Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mencoba pesawat pengintai Boeing N614 BA, Rabu (4/11/2015) ☆
Usai melakukan uji coba Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengaku cukup puas dengan pesawat Boeing Maritime Surveillance Aircraft Inflight. Namun Rizal mengaku harga satu unitnya terlalu mahal.
Rizal pun berharap pihak Amerika yang memproduksi pesawat Boeing N614BA bisa memberikan diskon khusus. Hal ini mengingat fungsi pesawat tersebut bisa melacak sinyal untuk kapal di perairan Indonesia.
"Tentu dealnya kalau Boeing discount nggak jelas kita nggak beli, kalau discount bagus, kita pertimbangkan," ujar Rizal di bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (4/11/2015).
Hal senada disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang menilai harga pesawat pengintai mahal meski fungsinya sangat besar untuk sektor kemaritiman. Susi pun harus berpikir dua kali jika mendapat tawaran untuk membeli pesawat Boeing N614BA.
"Cari mana yang lebih murah dan kegunaannya. Kalau Boeing terlalu mahal kita butuh diskon yang bagus dan manfaat yang terbaik untuk kita pilih," kata Susi.
Untuk diketahui harga Boeing N614BA dikisaran angka 69 juta dollar AS. Angka tersebut merupakan sepertiga dari pesawat Poseidon yang dibanderol 201,4 Juta dollar AS.
Dengan pesawat Boeing ini bisa menampung 8 sampai 9 enumpang. Namun bisa dikonversi untuk bisnis jet 19 penumpang dan diubah fungsinya jadi angkutan ambulan.
Pesawat Pengintai di Indonesia Sudah Jadul Pesawat CN235 Patmar TNI AL merupakan solusi terbaik pak ... tinggal tambah sensor dan sistem yang baru ☆
Menteri koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengaku TNI Angkatan Udara (AU) sudah memiliki pesawat pengintai. Namun umur pesawat tersebut sudah terlalu tua untuk bisa dioperasikan optimal.
"TNI AU punya pesawat surveillance tapi sudah tua," ujar Rizal di bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (4/11/2015).
Rizal memaparkan, pesawat pengintai produksi tahun 1982 sudah ketinggalan zaman. Baik dari teknologi maupun sistem, Rizal menilai pesawat pengintai milik TNI AU sudah sulit untuk dioperasikan untuk kegiatan pemerintah sekarang.
"Sistemnya juga untuk monitor tertinggal," ungkap Rizal.
Mantan Kepala Perum Bulog itu memaparkan Indonesia butuh Maritime Surveillance Aircraft yang terbaru. Karena tujuannya selain membantu memantau sinyal kapal di perairan Indonesia, kapal pemantau Boeing N614BA bisa untuk mencari titik panas kebakaran sampai ambulan.
"Kita perlu pesawat sejenis ini, digunakan ramai-ramai," papar Rizal.
Rizal menambahkan pesawat pengintai bisa digunakan oleh Kementerian atau lembaga terkait. Pada pelaksanaannya, fungsi dan kegunaannya utamanya untuk membagi pendataan.
"Pointnya harus sharing informasi data, agar kedaulatan di udara dan laut bisa ditegakan," kata Rizal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.