Tentara Mesir mengumpulkan barang-barang milik korban kecelakaan pesawat di Hassana, pegunungan Sinai, Mesir, 2 November 2015. Pesawat kargo Rusia membawa korban pertama kecelakaan pesawat ke St. Petersburg. (Russian Ministry for Emergency Situations photo via AP)
Sebuah satelit milik Amerika Serikat mendeteksi kilatan panas saat jet penumpang Rusia jatuh di Gurun Sinai, Mesir, Sabtu, 31 Oktober 2015. Kabar itu, menurut pejabat AS, disampaikan menyusul proses investigasi atas kecelakaan tersebut.
Pejabat yang tak bersedia disebutkan namanya itu mengatakan kepada NBC News, Selasa, 3 November 2015, bahwa intelijen AS yakin ada semacam ledakan di dalam pesawat itu, apakah karena tangki bahan bakar penuh atau sebuah bom.
Namun, dia menolak kilatan tersebut akibat hantaman misil dari darat ke udara. "Spekulasi pendapat yang menyebutkan bahwa pesawat itu jatuh akibat sebuah misil perlu dibuang jauh-jauh," ucapnya kepada NBC News.
Jet Rusia jatuh pada Sabtu, 31 Oktober 2015, menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 224 orang beserta awak kabin. Tim investigasi dari Rusia, Mesir, Airbus, dan Irlandia, tempat pesawat penumpang itu didaftarkan, bekerja keras mengungkap berbagai kemungkinan penyebab kecelakaan ini.
Para pengamat menolak klaim bahwa jet itu jatuh akibat dihantam misil kelompok militan berafiliasi kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang terbang di atas ketinggian 9.000 meter.
Namun, mereka tidak menutup kemungkinan ada bom yang sengaja ditanam di dalam pesawat. Salah seorang pejabat keamanan AS juga membenarkan bahwa satelit mata-mata AS mendeteksi kilatan atau ledakan di udara Gurun Sina saat bencana udara itu terjadi.
Menurut pejabat itu kepada NBC News, "Pesawat itu hancur di ketinggian yang sangat tinggi ketika satelit tersebut mendeteksinya. Ada semacam ledakan."
Ledakan Pesawat Rusia di Sinai Terdeteksi Satelit Amerika Tentara Rusia melakukan investigasi pada puing-puing pesawat Metrojet Rusia yang mengalami kecelakaan di semenanjung Sinai, Rusia, 2 November 2015. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
Satelit sinar inframerah milik Amerika Serikat mendeteksi percikan panas saat pesawat Rusia yang jatuh di Semenanjung Sinai, Mesir, akhir pekan lalu. Hal ini diungkapkan seorang pejabat AS kepada NBC News pada Selasa lalu. Intelijen Amerika yakin percikan itu adalah ledakan pesawat tersebut, baik yang disebabkan oleh ledakan tangki bahan bakar atau bom yang ditempatkan di dalam pesawat.
Pencitraan satelit yang sama juga menampik kemungkinan bahwa ledakan adalah akibat serangan rudal dari darat ke udara. “Jadi, spekulasi bahwa pesawat ini ditembak oleh rudal terbantahkan,” kata sang pejabat.
Keterangan senada datang dari pejabat lain di Kementerian Pertahanan AS. Menurut NBC News, satelit pengintaian AS mendeteksi "percikan atau ledakan" di udara, di atas Semenanjung Sinai, pada saat yang bersamaan dengan kecelakaan pesawat. Menurut sang sumber, "Pesawat tercerai-berai di posisi yang sangat tinggi."
Berdasarkan hasil pencitraan ini, tim penyelidik mulai berfokus kepada siapa saja yang memiliki akses memasuki pesawat sebelum terbang. Seorang sumber di Bandara Sharm el-Sheikh mengatakan kepada NBC News bahwa pihak keamanan Mesir mulai menanyai siapa pun yang masuk ke terminal keberangkatan, termasuk pihak katering dan layanan pembersih bandara.
Data intelijen Amerika menunjukkan, tak satu pun penumpang maupun awak kabin masuk dalam daftar teroris.
Pesawat Metrojet Airbus A321-200 milik maskapai Rusia, Kogalymavia, jatuh pada Sabtu lalu, setelah 23 menit lepas landas dari Kota Sharm el-Sheikh, Mesir. Seluruh penumpang dan awak pesawat sebanyak 224 orang tewas. Pesawat Rusia tersebut jatuh dalam perjalanan menuju St. Petersburg, Rusia.
Para penyelidik menelaah berbagai hal yang mungkin menjadi penyebab jatuhnya pesawat. Tim tersebut dipimpin oleh Mesir dan melibatkan ahli dari Rusia, pihak Airbus, serta Irlandia, negara tempat pesawat tersebut terdaftar. Namun pemeriksaan terhadap data kotak hitam pesawat ini belum selesai. Kepala Badan Penerbangan Federal Rusia Aleksandr Neradko mengatakan terlalu dini untuk berspekulasi mengenai penyebab jatuhnya pesawat tersebut.
Sedangkan, Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi mengatakan klaim keterlibatan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dalam tragedi itu hanyalah propaganda. Menurut dia, itu hanyalah upaya untuk merusak stabilitas dan keamanan Mesir. “Percayalah, situasi di Sinai, terutama di daerah yang terbatas ini, berada di bawah pengawasan penuh kami,” ujar Sisi.
Inggris Sebut Pesawat Rusia Jatuh di Sinai karena Bom Philip Hammond MP. [telegraph.co.uk]
Inggris melansir analisis baru soal pesawat Metrojet Rusia yang jatuh di Semenanjung Sinai, Mesir, Sabtu, 31 Oktober 2015. Menteri Pertahanan Inggris Philip Hammond meyakini ada kemungkinan sebuah alat peledak menjadi penyebab jatuhnya Metrojet itu di Semenanjung Sinai, Mesir.
"Kami menyimpulkan bahwa ada kemungkinan besar pesawat jatuh itu karena bahan peledak di dalam pesawat," kata Menteri Luar Negeri Philip Hammond seusai rapat kabinet membahas krisis itu yang diketuai Perdana Menteri David Cameron, seperti dilansir The Guardian, Rabu petang, 4 November 2015.
Akibatnya, Inggris menyarankan warga negaranya agar menghindari bepergian melalui resor Laut Merah di Sharm el-Sheikh. "Kami kini menyarankan semua pihak agar menghindari perjalanan udara melalui Bandara Sharm el-Sheikh," ucap Philip Hammond, seperti dikutip Reuters. Philip juga memastikan tidak ada penerbangan dari Inggris ke Sharm el-Sheikh lagi.
Perdana Menteri Inggris David Cameron menegaskan, investigasi atas pesawat Rusia itu masih berlangsung. Meski telah menyimpulkan soal penyebab jatuhnya pesawat itu, Inggris tidak mau dengan tegas mengumumkan sikap mereka untuk menghormati proses investigasi. "Meski dari informasi yang muncul kami sampai pada kesimpulan bahwa pesawat jatuh karena alat peledak."
Sebagai buntut dari pernyataan Cameron, pemerintah Inggris memutuskan menangguhkan dulu penerbangan dari resor Sharm sambil menunggu penilaian langsung tim ahli penerbangan Inggris. Tim itu kini sudah bertolak ke Sharm.
Pesawat Metrojet Rusia yang membawa 224 orang jatuh dari ketinggian sekitar 9.000 meter di Semenanjung Sinai. Semua penumpangnya tewas.
Sementara itu, sumber penerbangan Rusia menuturkan investigasi kini untuk mencari kemungkinan ada obyek tertentu di atas pesawat yang membuat Metrojet itu mengalami bencana. "Saat ini ada dua kemungkinan yang jadi pertimbangan: sesuatu yang berada di pesawat dan kesalahan teknis. Sedangkan opsi ditembak roket sepertinya tidak mungkin," ujar sumber itu.
Banyak Suara Aneh di Kokpit Pesawat Rusia Jatuh di Sinai PM Mesir Sherif Ismail (tengah), mengamati puing pesawat Metrojet yang diduga bagian dari kotak hitam di Sinai, Mesir, 31 Oktober 2015. [REUTERS/Stringer]
Tim investigasi gabungan Rusia, Jerman, Prancis, dan Mesir mulai memeriksa kotak hitam pesawat Metrojet Rusia milik maskapai Kogalymavia yang jatuh di Sinai, Mesir. Kotak hitam yang dibuka pertama adalah cockpit voice recorder (CVR).
"Dari rekaman kokpit, terdengar suara aneh yang sama sekali tidak menunjukkan karakteristik dari penerbangan normal," kata seorang investigator Mesir yang menolak disebutkan namanya, seperti dikutip Al Jazeera, Rabu, 4 November 2015. Tak dijelaskan apa yang dimaksud suara aneh itu.
Namun investigator Mesir itu menyebut, ketika suara aneh itu terdengar, waktu menunjukkan ketika pesawat Rusia itu belum hilang dari radar. Tak terdengar pula pilot memberikan panggilan darurat kepada otoritas setempat.
The Guardian melansir informasi yang dilaporkan kantor berita Rusia, Interfax, soal transkrip rekaman kokpit dari kotak hitam pesawat Rusia itu. Transkrip itu kini dianalisis pakar Mesir serta Rusia bersama pihak Airbus dan Irlandia, tempat pesawat itu terdaftar.
Dari rekaman itu, diketahui pilot pesawat Airbus A-321 itu terakhir kali berkomunikasi dengan pihak air traffic control (ATC) Mesir sekitar empat menit sebelum pesawat menghilang dari radar pada Sabtu, 31 Oktober 2015. Komunikasi itu merupakan aktivitas rutin dan tidak ada keanehan yang terdengar.
Seorang investigator, seperti dikutip Interfax, menuturkan suara aneh dalam kokpit yang tidak biasa terjadi dalam penerbangan normal itu mengindikasikan adanya peristiwa tiba-tiba dan tidak diharapkan menimpa penerbangan itu. "Ada situasi darurat di dalam pesawat yang mengejutkan awak pesawat, dan pilot tidak sempat mengirim sinyal darurat," ucap sumber itu.
Informasi ini masih belum bisa diverifikasi kebenarannya. Tim penyidik belum mau merilis data ataupun temuan mereka ke publik.
Amerika Tuding ISIS Pasang Bom di Pesawat Metrojet Rusia Perdana menteri Mesir lihat pesawat jatuh
Empat hari setelah pesawat Airbus Rusia jatuh di Sinai dan menewaskan 224 orang penumpangnya, para pejabat Amerika Serikat dan Inggris percaya pesawat Rusia yang jatuh di atas semenanjung Sinai itu hancur akibat bom.
Seorang pejabat AS yang tak ingin identitasnya diungkap mengatakan sebuah bom telah diletakkan oleh militan Negara Islam Irak Suriah (ISIS) atau afiliasinya di atas pesawat. "Sebuah bom adalah skenario yang sangat mungkin," kata pejabat AS itu, seperti yang dilansir The Guardian Kamis 5 November 2015.
Selain itu, seorang pejabat AS lain juga mengatakan bahwa hasil penyelidikan intelejen menunjukan bahwa sebuah bom telah ditanam di pesawat oleh ISIS atau salah satu afiliasinya.
Dua pejabat AS dan seorang pejabat Eropa lainnya juga mengatakan bahwa laporan intelijen lebih condong ke arah terorisme sebagai penyebab kecelakaan itu. Namun, mereka tak memiliki bukti yang konkrit.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Inggris, Philip Hammond mengatakan ada "kemungkinan yang cukup besar" pesawat itu dijatuhkan oleh bom. Dia merilis pernyataan ini setelah melakukan pertemuan dengan Tim Tanggap Darurat Inggris.
Pasca jatuhnya pesawat Metrojet milik Rusia tersebut, ISIS berulangkali menyatakan bertanggung jawab dengan insiden tersebut. Namun Presiden Rusia Vladimir Putin membantah klaim kelompok ISIS tersebut.
Seorang ahli keselamatan penerbangan Chris Yates, turut mendukung pernyataan dari pejabat AS dan Inggris tersebut dengan mengatakan bahwa ada keterlibatan orang dalam untuk menyusupkan bom ke dalam pesawat saat pesawat itu tinggal landas di bandara Sharm el-Sheikh, Mesir.
Sebuah satelit milik Amerika Serikat mendeteksi kilatan panas saat jet penumpang Rusia jatuh di Gurun Sinai, Mesir, Sabtu, 31 Oktober 2015. Kabar itu, menurut pejabat AS, disampaikan menyusul proses investigasi atas kecelakaan tersebut.
Pejabat yang tak bersedia disebutkan namanya itu mengatakan kepada NBC News, Selasa, 3 November 2015, bahwa intelijen AS yakin ada semacam ledakan di dalam pesawat itu, apakah karena tangki bahan bakar penuh atau sebuah bom.
Namun, dia menolak kilatan tersebut akibat hantaman misil dari darat ke udara. "Spekulasi pendapat yang menyebutkan bahwa pesawat itu jatuh akibat sebuah misil perlu dibuang jauh-jauh," ucapnya kepada NBC News.
Jet Rusia jatuh pada Sabtu, 31 Oktober 2015, menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 224 orang beserta awak kabin. Tim investigasi dari Rusia, Mesir, Airbus, dan Irlandia, tempat pesawat penumpang itu didaftarkan, bekerja keras mengungkap berbagai kemungkinan penyebab kecelakaan ini.
Para pengamat menolak klaim bahwa jet itu jatuh akibat dihantam misil kelompok militan berafiliasi kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang terbang di atas ketinggian 9.000 meter.
Namun, mereka tidak menutup kemungkinan ada bom yang sengaja ditanam di dalam pesawat. Salah seorang pejabat keamanan AS juga membenarkan bahwa satelit mata-mata AS mendeteksi kilatan atau ledakan di udara Gurun Sina saat bencana udara itu terjadi.
Menurut pejabat itu kepada NBC News, "Pesawat itu hancur di ketinggian yang sangat tinggi ketika satelit tersebut mendeteksinya. Ada semacam ledakan."
Ledakan Pesawat Rusia di Sinai Terdeteksi Satelit Amerika Tentara Rusia melakukan investigasi pada puing-puing pesawat Metrojet Rusia yang mengalami kecelakaan di semenanjung Sinai, Rusia, 2 November 2015. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
Satelit sinar inframerah milik Amerika Serikat mendeteksi percikan panas saat pesawat Rusia yang jatuh di Semenanjung Sinai, Mesir, akhir pekan lalu. Hal ini diungkapkan seorang pejabat AS kepada NBC News pada Selasa lalu. Intelijen Amerika yakin percikan itu adalah ledakan pesawat tersebut, baik yang disebabkan oleh ledakan tangki bahan bakar atau bom yang ditempatkan di dalam pesawat.
Pencitraan satelit yang sama juga menampik kemungkinan bahwa ledakan adalah akibat serangan rudal dari darat ke udara. “Jadi, spekulasi bahwa pesawat ini ditembak oleh rudal terbantahkan,” kata sang pejabat.
Keterangan senada datang dari pejabat lain di Kementerian Pertahanan AS. Menurut NBC News, satelit pengintaian AS mendeteksi "percikan atau ledakan" di udara, di atas Semenanjung Sinai, pada saat yang bersamaan dengan kecelakaan pesawat. Menurut sang sumber, "Pesawat tercerai-berai di posisi yang sangat tinggi."
Berdasarkan hasil pencitraan ini, tim penyelidik mulai berfokus kepada siapa saja yang memiliki akses memasuki pesawat sebelum terbang. Seorang sumber di Bandara Sharm el-Sheikh mengatakan kepada NBC News bahwa pihak keamanan Mesir mulai menanyai siapa pun yang masuk ke terminal keberangkatan, termasuk pihak katering dan layanan pembersih bandara.
Data intelijen Amerika menunjukkan, tak satu pun penumpang maupun awak kabin masuk dalam daftar teroris.
Pesawat Metrojet Airbus A321-200 milik maskapai Rusia, Kogalymavia, jatuh pada Sabtu lalu, setelah 23 menit lepas landas dari Kota Sharm el-Sheikh, Mesir. Seluruh penumpang dan awak pesawat sebanyak 224 orang tewas. Pesawat Rusia tersebut jatuh dalam perjalanan menuju St. Petersburg, Rusia.
Para penyelidik menelaah berbagai hal yang mungkin menjadi penyebab jatuhnya pesawat. Tim tersebut dipimpin oleh Mesir dan melibatkan ahli dari Rusia, pihak Airbus, serta Irlandia, negara tempat pesawat tersebut terdaftar. Namun pemeriksaan terhadap data kotak hitam pesawat ini belum selesai. Kepala Badan Penerbangan Federal Rusia Aleksandr Neradko mengatakan terlalu dini untuk berspekulasi mengenai penyebab jatuhnya pesawat tersebut.
Sedangkan, Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi mengatakan klaim keterlibatan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dalam tragedi itu hanyalah propaganda. Menurut dia, itu hanyalah upaya untuk merusak stabilitas dan keamanan Mesir. “Percayalah, situasi di Sinai, terutama di daerah yang terbatas ini, berada di bawah pengawasan penuh kami,” ujar Sisi.
Inggris Sebut Pesawat Rusia Jatuh di Sinai karena Bom Philip Hammond MP. [telegraph.co.uk]
Inggris melansir analisis baru soal pesawat Metrojet Rusia yang jatuh di Semenanjung Sinai, Mesir, Sabtu, 31 Oktober 2015. Menteri Pertahanan Inggris Philip Hammond meyakini ada kemungkinan sebuah alat peledak menjadi penyebab jatuhnya Metrojet itu di Semenanjung Sinai, Mesir.
"Kami menyimpulkan bahwa ada kemungkinan besar pesawat jatuh itu karena bahan peledak di dalam pesawat," kata Menteri Luar Negeri Philip Hammond seusai rapat kabinet membahas krisis itu yang diketuai Perdana Menteri David Cameron, seperti dilansir The Guardian, Rabu petang, 4 November 2015.
Akibatnya, Inggris menyarankan warga negaranya agar menghindari bepergian melalui resor Laut Merah di Sharm el-Sheikh. "Kami kini menyarankan semua pihak agar menghindari perjalanan udara melalui Bandara Sharm el-Sheikh," ucap Philip Hammond, seperti dikutip Reuters. Philip juga memastikan tidak ada penerbangan dari Inggris ke Sharm el-Sheikh lagi.
Perdana Menteri Inggris David Cameron menegaskan, investigasi atas pesawat Rusia itu masih berlangsung. Meski telah menyimpulkan soal penyebab jatuhnya pesawat itu, Inggris tidak mau dengan tegas mengumumkan sikap mereka untuk menghormati proses investigasi. "Meski dari informasi yang muncul kami sampai pada kesimpulan bahwa pesawat jatuh karena alat peledak."
Sebagai buntut dari pernyataan Cameron, pemerintah Inggris memutuskan menangguhkan dulu penerbangan dari resor Sharm sambil menunggu penilaian langsung tim ahli penerbangan Inggris. Tim itu kini sudah bertolak ke Sharm.
Pesawat Metrojet Rusia yang membawa 224 orang jatuh dari ketinggian sekitar 9.000 meter di Semenanjung Sinai. Semua penumpangnya tewas.
Sementara itu, sumber penerbangan Rusia menuturkan investigasi kini untuk mencari kemungkinan ada obyek tertentu di atas pesawat yang membuat Metrojet itu mengalami bencana. "Saat ini ada dua kemungkinan yang jadi pertimbangan: sesuatu yang berada di pesawat dan kesalahan teknis. Sedangkan opsi ditembak roket sepertinya tidak mungkin," ujar sumber itu.
Banyak Suara Aneh di Kokpit Pesawat Rusia Jatuh di Sinai PM Mesir Sherif Ismail (tengah), mengamati puing pesawat Metrojet yang diduga bagian dari kotak hitam di Sinai, Mesir, 31 Oktober 2015. [REUTERS/Stringer]
Tim investigasi gabungan Rusia, Jerman, Prancis, dan Mesir mulai memeriksa kotak hitam pesawat Metrojet Rusia milik maskapai Kogalymavia yang jatuh di Sinai, Mesir. Kotak hitam yang dibuka pertama adalah cockpit voice recorder (CVR).
"Dari rekaman kokpit, terdengar suara aneh yang sama sekali tidak menunjukkan karakteristik dari penerbangan normal," kata seorang investigator Mesir yang menolak disebutkan namanya, seperti dikutip Al Jazeera, Rabu, 4 November 2015. Tak dijelaskan apa yang dimaksud suara aneh itu.
Namun investigator Mesir itu menyebut, ketika suara aneh itu terdengar, waktu menunjukkan ketika pesawat Rusia itu belum hilang dari radar. Tak terdengar pula pilot memberikan panggilan darurat kepada otoritas setempat.
The Guardian melansir informasi yang dilaporkan kantor berita Rusia, Interfax, soal transkrip rekaman kokpit dari kotak hitam pesawat Rusia itu. Transkrip itu kini dianalisis pakar Mesir serta Rusia bersama pihak Airbus dan Irlandia, tempat pesawat itu terdaftar.
Dari rekaman itu, diketahui pilot pesawat Airbus A-321 itu terakhir kali berkomunikasi dengan pihak air traffic control (ATC) Mesir sekitar empat menit sebelum pesawat menghilang dari radar pada Sabtu, 31 Oktober 2015. Komunikasi itu merupakan aktivitas rutin dan tidak ada keanehan yang terdengar.
Seorang investigator, seperti dikutip Interfax, menuturkan suara aneh dalam kokpit yang tidak biasa terjadi dalam penerbangan normal itu mengindikasikan adanya peristiwa tiba-tiba dan tidak diharapkan menimpa penerbangan itu. "Ada situasi darurat di dalam pesawat yang mengejutkan awak pesawat, dan pilot tidak sempat mengirim sinyal darurat," ucap sumber itu.
Informasi ini masih belum bisa diverifikasi kebenarannya. Tim penyidik belum mau merilis data ataupun temuan mereka ke publik.
Amerika Tuding ISIS Pasang Bom di Pesawat Metrojet Rusia Perdana menteri Mesir lihat pesawat jatuh
Empat hari setelah pesawat Airbus Rusia jatuh di Sinai dan menewaskan 224 orang penumpangnya, para pejabat Amerika Serikat dan Inggris percaya pesawat Rusia yang jatuh di atas semenanjung Sinai itu hancur akibat bom.
Seorang pejabat AS yang tak ingin identitasnya diungkap mengatakan sebuah bom telah diletakkan oleh militan Negara Islam Irak Suriah (ISIS) atau afiliasinya di atas pesawat. "Sebuah bom adalah skenario yang sangat mungkin," kata pejabat AS itu, seperti yang dilansir The Guardian Kamis 5 November 2015.
Selain itu, seorang pejabat AS lain juga mengatakan bahwa hasil penyelidikan intelejen menunjukan bahwa sebuah bom telah ditanam di pesawat oleh ISIS atau salah satu afiliasinya.
Dua pejabat AS dan seorang pejabat Eropa lainnya juga mengatakan bahwa laporan intelijen lebih condong ke arah terorisme sebagai penyebab kecelakaan itu. Namun, mereka tak memiliki bukti yang konkrit.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Inggris, Philip Hammond mengatakan ada "kemungkinan yang cukup besar" pesawat itu dijatuhkan oleh bom. Dia merilis pernyataan ini setelah melakukan pertemuan dengan Tim Tanggap Darurat Inggris.
Pasca jatuhnya pesawat Metrojet milik Rusia tersebut, ISIS berulangkali menyatakan bertanggung jawab dengan insiden tersebut. Namun Presiden Rusia Vladimir Putin membantah klaim kelompok ISIS tersebut.
Seorang ahli keselamatan penerbangan Chris Yates, turut mendukung pernyataan dari pejabat AS dan Inggris tersebut dengan mengatakan bahwa ada keterlibatan orang dalam untuk menyusupkan bom ke dalam pesawat saat pesawat itu tinggal landas di bandara Sharm el-Sheikh, Mesir.
♞ Tempo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.