Tahun DepanIlustrasi pesawat Super Tucano TNI AU ●
Pangkalan Udara (Lanud) Tarakan, berencana untuk memaparkan pengembangan udara jangka panjang, hal itu diutarakan saat Komite II DPD RI tiba untuk melakukan kunjungan kerja di Kaltara, pada Minggu nanti (25/11).
Komandan Lanud Tarakan Kolonel Pnb Didik Kristiyanto mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan masterplan pengembangan Lanud Tarakan ke depan, untuk menjadi pangkalan operasi pertahanan udara di kawasan perbatasan utara Indonesia.
“Masterplan ini digunakan untuk taraf 5 tahun ke depan. Kami sekarang sedang bangun site plane untuk 10 tahun ke depan. Nantinya jalan pintu masuk sampai ke bibir pantai, sudah kami gambarkan di dalam master plan itu,” katanya.
Didik mencontohkan, dalam janga waktu 5 tahun ke depan hingga 2022, di Lanud Tarakan sudah standby 1 skuadron pesawat tempur super tucano anti gerilya serta pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Verichle (UAV).
Hasil koordinasinya dengan Panglima TNI dan Mabes AU beberapa waktu lalu, diperkirakan pertengahan 2018 nanti armada tempur udara tersebut sudah berada di Tarakan. Skuadron tempur ini nantinya merupakan pengalihan dari skuadron udara 21 yang bermarkas di Malang.
“Nanti di sini akan menjadi pangkalan acu operasional yang bukan hanya dukungan operasi, tapi sudah pangkapan operasi,” sambung Didik disela mengikuti kegiatan bersama TNI/Polri di Mako Lantamal XIII/Tarakan.
Dengan kehadiran skuadron udara itu, pihaknya membutuhkan sarana pendukung seperti mess untuk prajurit, maupun fasilitas penerbangan seperti forklift kapasitas 5 ton serta towing car kapasitas 12 ton.
Dua sarana pendukung penerbangan itu yang belum ada karena keterbatasan anggaran. Sehingga perlu dipaparkan dalam pertemuan nantu untuk segera diputuskan anggarannya oleh pemerintah pusat. Mengingat kebutuhan ini dianggap prioritas untuk diadakan.
Dengan adanya satu skuadron udara di Lanud Tarakan nanti, Didik berupaya memaksimalkan pengamanan perbatasan khususnya wilayah udara. Apalagi sudah terjalin kerjasama trilateral antara Indonesia, Malaysia dan Filipina, sehingga perlu di back-up pengamanan udaranya oleh TNI AU.
Pangkalan Udara (Lanud) Tarakan, berencana untuk memaparkan pengembangan udara jangka panjang, hal itu diutarakan saat Komite II DPD RI tiba untuk melakukan kunjungan kerja di Kaltara, pada Minggu nanti (25/11).
Komandan Lanud Tarakan Kolonel Pnb Didik Kristiyanto mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan masterplan pengembangan Lanud Tarakan ke depan, untuk menjadi pangkalan operasi pertahanan udara di kawasan perbatasan utara Indonesia.
“Masterplan ini digunakan untuk taraf 5 tahun ke depan. Kami sekarang sedang bangun site plane untuk 10 tahun ke depan. Nantinya jalan pintu masuk sampai ke bibir pantai, sudah kami gambarkan di dalam master plan itu,” katanya.
Didik mencontohkan, dalam janga waktu 5 tahun ke depan hingga 2022, di Lanud Tarakan sudah standby 1 skuadron pesawat tempur super tucano anti gerilya serta pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Verichle (UAV).
Hasil koordinasinya dengan Panglima TNI dan Mabes AU beberapa waktu lalu, diperkirakan pertengahan 2018 nanti armada tempur udara tersebut sudah berada di Tarakan. Skuadron tempur ini nantinya merupakan pengalihan dari skuadron udara 21 yang bermarkas di Malang.
“Nanti di sini akan menjadi pangkalan acu operasional yang bukan hanya dukungan operasi, tapi sudah pangkapan operasi,” sambung Didik disela mengikuti kegiatan bersama TNI/Polri di Mako Lantamal XIII/Tarakan.
Dengan kehadiran skuadron udara itu, pihaknya membutuhkan sarana pendukung seperti mess untuk prajurit, maupun fasilitas penerbangan seperti forklift kapasitas 5 ton serta towing car kapasitas 12 ton.
Dua sarana pendukung penerbangan itu yang belum ada karena keterbatasan anggaran. Sehingga perlu dipaparkan dalam pertemuan nantu untuk segera diputuskan anggarannya oleh pemerintah pusat. Mengingat kebutuhan ini dianggap prioritas untuk diadakan.
Dengan adanya satu skuadron udara di Lanud Tarakan nanti, Didik berupaya memaksimalkan pengamanan perbatasan khususnya wilayah udara. Apalagi sudah terjalin kerjasama trilateral antara Indonesia, Malaysia dan Filipina, sehingga perlu di back-up pengamanan udaranya oleh TNI AU.
★ Prokal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.