⍟ KRI Bima SuciKRI Bima Suci [antara] ☆
Lengkingan panjang pluit KRI Bima Suci pada Minggu pagi (12/11) mengalun ke seantero Pelabuhan Teluk Bayur, Padang seakan memberi tanda salam perpisahan.
Setelah kapal berkelir putih dengan dua garis biru itu sandar di dermaga kebanggaan urang awak selama lima hari tepat pukul 10.00 WIB bahtera penerus KRI Dewa Ruci tersebut siap berangkat.
Diiringi pertunjukan atraksi Parade Roll dan musik Genderang Suling Gita Jala Taruna dan Taruni Akademi Angkatan Laut Angkatan Ke-64, serta disaksikan para prajurit TNI AL dari Danlantamal II Padang dan ratusan masyarakat KRI Bima Suci berlayar menuju Jakarta.
Para taruna lainnya pun terlihat berdiri gagah sambil melambaikan tangan di atas tiga tiang utama kapal yang bercat kuning.
Meski cuaca kurang bersahabat diiringi gerimis yang seakan tidak rela melepas kepergian KRI Bima Suci, momen langka tersebut menjadi incaran masyarakat untuk diabadikan lewat kamera telepon pintar masing-masing.
Puluhan bendera dari berbagai negara juga terpasang indah yang dibentang dari tiang ke tiang dan disempurnakan oleh satu bendera merah putih raksasa pada bagian belakang kapal.
Tiba-tiba klakson panjang berbunyi keras pertanda kapal siap berangkat. Kapal latih tiang tinggi TNI AL yang dibuat di Freire Ship Kota Vigo Spanyol itu siap melanjutkan perjalanan ke ibu kota negara.
Memiliki panjang total 111,20 meter, dengan lebar 13,65 meter, kedalaman draft 5,95 meter, dan tinggi maksimal tiang layar 49 meter dari permukaan dek atas, KRI Bima Suci masuk kategori kapal kelas Bark.
Kapal ini dilengkapi tiga tiang utama dengan 26 layar dengan luas keseluruhan layar 3.352 meter persegi dan Ketinggian dek utama 9,20 meter dari permukaan laut.
KRI Bima Suci mampu menyediakan akomodasi bagi 203 personel dan memiliki kecepatan maksimal mencapai 12 knot jika menggunakan daya dorong mesin dan 15 knot jika menggunakan layar.
Sementara itu tingkat ketahanan berlayar tanpa mengisi BBM dapat mencapai 30 hari yang juga dilengkapi dengan 5 dek, 7 kompartemen, dan 48 blok.
Setelah resmi bertolak dari Spanyol pada 18 September 2017 dalam operasi penyeberangan Kartika Jala Krida (KJK) 2017 KRI Bima Suci singgah di beberapa negara antara lain Italia, Mesir, Arab Saudi, Oman, dan Colombo.
Pada Rabu (8/11) KRI Bima Suci singgah di Pelabuhan Teluk Bayur Padang yang merupakan tempat pertama di Tanah Air yang disinggahinya dan bersandar selama lima hari dengan serangkaian kegiatan.
Momen ini pun tak disia-siakan para pecinta kapal salah satunya Hendri yang sengaja datang ke Padang dari Pulau Jawa bersama pasangannya untuk melihat langsung kegagahan sang kapal.
“Saya sengaja datang dari Jakarta karena ingin melihat langsung seperti apa KRI Bima Suci, ternyata sangat gagah,” katanya.
Ia pun berkeliling di atas geladak kapal untuk melihat dan merasakan langsung berada di atas bahtera penerus KRI Dewa Ruci. Tak lupa ia mengabadikan momen langka karena sejak resmi diluncurkan baru pertama kali kapal ini dibuka untuk umum.
Tidak hanya itu KRI Bima Suci pun ikut andil dalam peringatan Hari Pahlawan 10 November 2017 sebagai lokasi upacara yang dihadiri langsung Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Laut (Asops Kasal) Laksamana Muda TNI I.N.G.N. Ary Atmaja.
Selain upacara juga dilakukan prosesi tabur bunga ke laut, untuk mengenang dan memberikan penghormatan kepada para pahlawan yang telah berjuang merebut kemerdekaan. Kemudian dilanjutkan dengan mengheningkan cipta yang diikuti ratusan peserta upacara.
Komandan KRI Bima Suci, Letkol Laut (P) Widiyatmoko Baruno Aji menilai kapal baru milik Indonesia itu layak untuk mengikuti misi internasional.
“Berdasarkan perjalanan membawa KRI Bima Suci dari Spanyol ke Indonesia satu bulan lebih, kapal ini memenuhi syarat mengarungi samudra, dan melaksanakan misi internasional,” katanya.
KRI Bima suci, menurutnya sangat kuat dan modern serta didukung dimensi layar yang luas dengan jumlah 26 layar.
Selain itu kapal yang luas juga menjadi keunggulan karena memiliki daya tampung yang banyak hingga 203 orang. Jumlah tersebut mampu mengakomodasi taruna pada satu angkatan.
Keistimewaan KRI Bima Suci terletak pada instrumen navigasi pelayarannya yang lebih canggih, instrumen pemurnian air laut menjadi air tawar, hingga alat komunikasi dan data digitalnya.
Kisah Perjalanan Panjang KRI Bimasuci
Ia menceritakan perjalanan panjang membawa kapal perang perang baru milik Indonesia itu dari tempat pembuatannya di Spanyol. Dalam perjalanan satu bulan lebih krunya mengalami keadaan cuaca yang bervariasi, dan sempat dihadang gelombang laut besar dengan kisaran tinggi tiga hingga lima meter.
Gelombang besar itu ditemui krunya ketika melewati Laut Tengah (Mediterania), Laut Merah, dan Samudra Hindia.
“Namun beruntung berkat kerja sama seluruh personel situasi itu bisa dilewati, keadaan cuaca sepanjang perjalanan bervariasi,” katanya.
Selain gelombang laut, ia bersama 133 orang taruna, 66 Anak Buah Kapal (ABK), dan prajurit lainnya juga harus meningkatkan kewaspadaan ketika melewati Teluk Aden.
Ancaman yang diwaspadai pada teluk yang terletak di Samudra Hindia itu adalah aksi perompak Somalia.
“Pada wilayah itu semua prajurit serta taruna meningkatkan kewaspadaan untuk menjaga keamanan kapal, dan itu berhasil dilakukan,” jelasnya.
Sementara salah seorang pewarta foto Antara Zabur Karuru yang ikut misi pelayaran dari Spanyol memiliki kesan mendalam berada dua bulan di atas kapal tersebut.
Sebagai satu-satunya warga sipil yang ada di kapal ia tak pernah menyangka akan ikut misi pelayaran itu.
“Semuanya diperlakukan sama di atas kapal ini mulai dari perwira hingga taruna dan taruni,” katanya.
Ia menceritakan ketika kapal melewati garis kathulistiwa semua awak wajib mengikuti mandi khatulistiwa sebagai simbol pembersihan diri para pelaut.
“Saya juga dicelup sampai tiga kali,” kenangnya.
Pria asal Makasar itu pun merupakan pewarta foto pertama yang mengabadikan pelayaran KRI Bima Suci sehingga gambar-gambarnya bisa tayang di berbagai media yang ada di Tanah Air.
Zabur pun ikut merasakan ketegangan saat kapal melewati Teluk Aden yang saat itu harus menjalankan peran jaga mengantisipasi perompak.
“Hampir tiga hari kami tidak tidur karena harus siaga,” ujar lulusan Kursus Dasar Pewarta (Susdape) Lembaga Pendidikan Jurnalistik Antara ke-18 itu.
Tak hanya itu salah satu yang pengalaman tak terlupakan adalah ketika ia meminta kapten kapal mengibarkan layar untuk kebutuhan pengambilan gambar yang memakan waktu hingga delapan jam.
“Semuanya bekerja sama mengibarkan layar hanya untuk difoto, setelah itu digulung kembali,” kata lulusan Sastra Perancis Universitas Hasanudin Makasar ini.
Kini KRI Bima Suci bersiap menuju Jakarta untuk serah terima dan melanjutkan perjalanan ke Aceh untuk mengikuti Sail Sabang.
Sebagai negara maritim KRI Bima Suci merupakan aset kebanggaan Indonesia yang siap menaklukan samudra menjalankan misi latihan hingga sarana diplomasi negara.
Lengkingan panjang pluit KRI Bima Suci pada Minggu pagi (12/11) mengalun ke seantero Pelabuhan Teluk Bayur, Padang seakan memberi tanda salam perpisahan.
Setelah kapal berkelir putih dengan dua garis biru itu sandar di dermaga kebanggaan urang awak selama lima hari tepat pukul 10.00 WIB bahtera penerus KRI Dewa Ruci tersebut siap berangkat.
Diiringi pertunjukan atraksi Parade Roll dan musik Genderang Suling Gita Jala Taruna dan Taruni Akademi Angkatan Laut Angkatan Ke-64, serta disaksikan para prajurit TNI AL dari Danlantamal II Padang dan ratusan masyarakat KRI Bima Suci berlayar menuju Jakarta.
Para taruna lainnya pun terlihat berdiri gagah sambil melambaikan tangan di atas tiga tiang utama kapal yang bercat kuning.
Meski cuaca kurang bersahabat diiringi gerimis yang seakan tidak rela melepas kepergian KRI Bima Suci, momen langka tersebut menjadi incaran masyarakat untuk diabadikan lewat kamera telepon pintar masing-masing.
Puluhan bendera dari berbagai negara juga terpasang indah yang dibentang dari tiang ke tiang dan disempurnakan oleh satu bendera merah putih raksasa pada bagian belakang kapal.
Tiba-tiba klakson panjang berbunyi keras pertanda kapal siap berangkat. Kapal latih tiang tinggi TNI AL yang dibuat di Freire Ship Kota Vigo Spanyol itu siap melanjutkan perjalanan ke ibu kota negara.
Memiliki panjang total 111,20 meter, dengan lebar 13,65 meter, kedalaman draft 5,95 meter, dan tinggi maksimal tiang layar 49 meter dari permukaan dek atas, KRI Bima Suci masuk kategori kapal kelas Bark.
Kapal ini dilengkapi tiga tiang utama dengan 26 layar dengan luas keseluruhan layar 3.352 meter persegi dan Ketinggian dek utama 9,20 meter dari permukaan laut.
KRI Bima Suci mampu menyediakan akomodasi bagi 203 personel dan memiliki kecepatan maksimal mencapai 12 knot jika menggunakan daya dorong mesin dan 15 knot jika menggunakan layar.
Sementara itu tingkat ketahanan berlayar tanpa mengisi BBM dapat mencapai 30 hari yang juga dilengkapi dengan 5 dek, 7 kompartemen, dan 48 blok.
Setelah resmi bertolak dari Spanyol pada 18 September 2017 dalam operasi penyeberangan Kartika Jala Krida (KJK) 2017 KRI Bima Suci singgah di beberapa negara antara lain Italia, Mesir, Arab Saudi, Oman, dan Colombo.
Pada Rabu (8/11) KRI Bima Suci singgah di Pelabuhan Teluk Bayur Padang yang merupakan tempat pertama di Tanah Air yang disinggahinya dan bersandar selama lima hari dengan serangkaian kegiatan.
Momen ini pun tak disia-siakan para pecinta kapal salah satunya Hendri yang sengaja datang ke Padang dari Pulau Jawa bersama pasangannya untuk melihat langsung kegagahan sang kapal.
“Saya sengaja datang dari Jakarta karena ingin melihat langsung seperti apa KRI Bima Suci, ternyata sangat gagah,” katanya.
Ia pun berkeliling di atas geladak kapal untuk melihat dan merasakan langsung berada di atas bahtera penerus KRI Dewa Ruci. Tak lupa ia mengabadikan momen langka karena sejak resmi diluncurkan baru pertama kali kapal ini dibuka untuk umum.
Tidak hanya itu KRI Bima Suci pun ikut andil dalam peringatan Hari Pahlawan 10 November 2017 sebagai lokasi upacara yang dihadiri langsung Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Laut (Asops Kasal) Laksamana Muda TNI I.N.G.N. Ary Atmaja.
Selain upacara juga dilakukan prosesi tabur bunga ke laut, untuk mengenang dan memberikan penghormatan kepada para pahlawan yang telah berjuang merebut kemerdekaan. Kemudian dilanjutkan dengan mengheningkan cipta yang diikuti ratusan peserta upacara.
Komandan KRI Bima Suci, Letkol Laut (P) Widiyatmoko Baruno Aji menilai kapal baru milik Indonesia itu layak untuk mengikuti misi internasional.
“Berdasarkan perjalanan membawa KRI Bima Suci dari Spanyol ke Indonesia satu bulan lebih, kapal ini memenuhi syarat mengarungi samudra, dan melaksanakan misi internasional,” katanya.
KRI Bima suci, menurutnya sangat kuat dan modern serta didukung dimensi layar yang luas dengan jumlah 26 layar.
Selain itu kapal yang luas juga menjadi keunggulan karena memiliki daya tampung yang banyak hingga 203 orang. Jumlah tersebut mampu mengakomodasi taruna pada satu angkatan.
Keistimewaan KRI Bima Suci terletak pada instrumen navigasi pelayarannya yang lebih canggih, instrumen pemurnian air laut menjadi air tawar, hingga alat komunikasi dan data digitalnya.
Kisah Perjalanan Panjang KRI Bimasuci
Ia menceritakan perjalanan panjang membawa kapal perang perang baru milik Indonesia itu dari tempat pembuatannya di Spanyol. Dalam perjalanan satu bulan lebih krunya mengalami keadaan cuaca yang bervariasi, dan sempat dihadang gelombang laut besar dengan kisaran tinggi tiga hingga lima meter.
Gelombang besar itu ditemui krunya ketika melewati Laut Tengah (Mediterania), Laut Merah, dan Samudra Hindia.
“Namun beruntung berkat kerja sama seluruh personel situasi itu bisa dilewati, keadaan cuaca sepanjang perjalanan bervariasi,” katanya.
Selain gelombang laut, ia bersama 133 orang taruna, 66 Anak Buah Kapal (ABK), dan prajurit lainnya juga harus meningkatkan kewaspadaan ketika melewati Teluk Aden.
Ancaman yang diwaspadai pada teluk yang terletak di Samudra Hindia itu adalah aksi perompak Somalia.
“Pada wilayah itu semua prajurit serta taruna meningkatkan kewaspadaan untuk menjaga keamanan kapal, dan itu berhasil dilakukan,” jelasnya.
Sementara salah seorang pewarta foto Antara Zabur Karuru yang ikut misi pelayaran dari Spanyol memiliki kesan mendalam berada dua bulan di atas kapal tersebut.
Sebagai satu-satunya warga sipil yang ada di kapal ia tak pernah menyangka akan ikut misi pelayaran itu.
“Semuanya diperlakukan sama di atas kapal ini mulai dari perwira hingga taruna dan taruni,” katanya.
Ia menceritakan ketika kapal melewati garis kathulistiwa semua awak wajib mengikuti mandi khatulistiwa sebagai simbol pembersihan diri para pelaut.
“Saya juga dicelup sampai tiga kali,” kenangnya.
Pria asal Makasar itu pun merupakan pewarta foto pertama yang mengabadikan pelayaran KRI Bima Suci sehingga gambar-gambarnya bisa tayang di berbagai media yang ada di Tanah Air.
Zabur pun ikut merasakan ketegangan saat kapal melewati Teluk Aden yang saat itu harus menjalankan peran jaga mengantisipasi perompak.
“Hampir tiga hari kami tidak tidur karena harus siaga,” ujar lulusan Kursus Dasar Pewarta (Susdape) Lembaga Pendidikan Jurnalistik Antara ke-18 itu.
Tak hanya itu salah satu yang pengalaman tak terlupakan adalah ketika ia meminta kapten kapal mengibarkan layar untuk kebutuhan pengambilan gambar yang memakan waktu hingga delapan jam.
“Semuanya bekerja sama mengibarkan layar hanya untuk difoto, setelah itu digulung kembali,” kata lulusan Sastra Perancis Universitas Hasanudin Makasar ini.
Kini KRI Bima Suci bersiap menuju Jakarta untuk serah terima dan melanjutkan perjalanan ke Aceh untuk mengikuti Sail Sabang.
Sebagai negara maritim KRI Bima Suci merupakan aset kebanggaan Indonesia yang siap menaklukan samudra menjalankan misi latihan hingga sarana diplomasi negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.