Ilustrasi serangan teror bom Surabaya. (REUTERS/Beawiharta) ☆
Polda Jawa Timur mengkonfirmasi jumlah korban dalam teror bom di Surabaya dan Sidoarjo dalam dua hari terakhir. polisi menyebut, total korban tewas ada 28 orang baik dari terduga pelaku maupun warga.
"Ini jumlah sementara karena masih ada teridentifikasi di DVI (Disaster Victim Identfication)," kata Kepala Bidang Humas Polda Jatim Komisaris Besar Frans Barung Mangera di Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/5).
Jumlah korban tewas tersebut terdiri dari korban tewas di tiga gereja 18 orang, di Rusunawa Wonocolo Sidaorjo tiga orang, dan korban tewas bom bunuh diri empat orang di Poltabes Surabaya. Selain itu ada tiga orang yang ditembak petugas saat penyergapan.
"Total sementara 28 orang," kata Barung.
Sementara korban luka-luka baik dari warga masyarakat maupun petugas kepolisian berjumlah 57 orang. Di antara korban luka ada juga anggota keluarga orang yang diduga menjadi pelaku pengeboman.
"Jumlah korban luka 57 orang," ujar Barung.
Aksi teror terjadi kemarin di tiga gereja di Surabaya. Malam harinya, ledakan terjadi di Rusunawa Wonocolo. Sementara tadi pagi, bom bunuh diri meledak di Poltabes Surabaya. Polisi saat ini masih mengusut kasus ini dengan mengejar sejumlah orang yang diduga terlibat. (sur)
Bom Surabaya Sampai Mapolrestabes Melibatkan Keluarga
Menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, satu anak dilibatkan dalam serangan bom Mapolrestabes Surabaya terlempar dan selamat. (Detikcom/Zaenal Effendi)
Pelaku serangan bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya berhasil dikenali. Menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, ternyata terduga pelakunya juga satu keluarga yang diduga merupakan anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) cabang Surabaya.
"Pelakunya satu keluarga juga, sudah teridentifikasi, empat meninggal," kata Tito dalam jumpa pers di Surabaya, Senin (14/5).
Menurut Tito, pelaku serangan bom di Mapolrestabes Surabaya menggunakan dua sepeda motor terpisah. Mereka terdiri dari pasangan suami istri dan tiga anak. Namun, kata dia, satu bocah itu terlempar dari sepeda motor saat terjadi ledakan.
"Yang anak-anak terlempar, masih selamat. Saat ini ada di RS Bhayangkara," ujar Tito.
Kapolda Jawa Timur Inspektur Jenderal Machfud Arifin juga menyatakan hal yang sama dengan Tito. Menurut dia, pelaku serangan bom di Surabaya pada Minggu (13/5) kemarin dan hari ini adalah sama-sama satu keluarga. Sama halnya dengan korban ledakan bom di Rusunawa Wonocolo, Kabupaten Sidoarjo, yang juga menewaskan satu pasang suami istri dan satu anaknya.
Menurut Tito, pelaku meledakkan bom di gerbang Mapolrestabes Surabaya karena tidak bisa menerobos penjagaan. Alhasil, empat polisi yang berjaga mengalami luka-luka dan dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya.
"Mereka bagian dari kelompok yang sama. Kenapa aksinya di Surabaya? Karena mereka menguasai daerah ini," kata Tito.
Tito menyatakan, alasan kelompok JAD bergolak karena dua pimpinan mereka, yakni Aman Abdurrahman dan Zainal Anshori, ditangkap oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror. Menurut dia, kelompok yang keras melawan adalah JAD Surabaya pimpinan terduga D, yang tewas dalam serangan bom bunuh diri kemarin. Istri D, PK, dan empat anaknya juga turut meninggal dalam aksi bom bunuh diri. (ayp/asa)
Bom Surabaya, JAD dan Ancaman ISIS di Indonesia
Ilustrasi serangan teror bom Surabaya. (REUTERS/Beawiharta)
Kepolisian menyebut rentetan teror bom Surabaya didalangi oleh Jamaah Ansharut Daulah (JAD), kelompok terkait ISIS yang beroperasi di Indonesia. Kelompok itu baru berdiri pada 2015, tapi terus mengancam sejak serangan pertamanya di Thamrin, satu tahun kemudian.
Pengamat teroris, Harits Abu Ulya, mengatakan serangan yang memakan belasan korban jiwa di Surabaya dilakukan "untuk menunjukkan eksistensi dari kelompok teror dan membuat kacau situasi kondisi sosial politik di Indonesia."
Melalui pesan tertulis kepada CNNIndonesia.com, Minggu (13/5), Harits mengatakan serangan itu dilakukan dengan terorganisir, melibatkan banyak kelompok dan telah direncanakan sejak jauh hari.
Walau demikian, dia tidak menyebut jaringan mana yang ada di balik teror ini.
"Kita berharap polisi segera menemukan titik terang ... dan bisa diungkap aktor di balik serangan bom bunuh diri di Surabaya," kata Harits.
Sesuai harapan Harits, Kapolri Jenderal Tito Karnavian kemudian menyebut serangan di tiga gereja Surabaya dilakukan oleh enam orang, yakni pasangan suami-istri dan empat anaknya.
Menurutnya, sang suami yang berinisial D diduga kuat adalah Ketua JAD Surabaya.
Tito juga menyebut motif serangan itu tak lepas dari kekalahan ISIS di Timur Tengah. Negara de facto mereka, yang disebut Daulah Islamiyah, terus kehilangan wilayah di Irak dan Suriah.
JAD adalah kelompok yang mendukung keberadaan negara pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu; jamaah ansharut daulah sendiri secara harfiyah berarti jemaat pembela negara.
Kelompok itu dipimpin oleh Aman Abdurahman, tokoh yang diyakini sebagai pemimpin ISIS di Indonesia dan bertanggung jawab atas serangan mematikan di Thamrin, awal 2016.
Aman Abdurahman diyakini sebagai pemimpin ISIS di Indonesia. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Selain terkait keadaan Timur Tengah, kata Tito, serangan di Surabaya juga dilakukan sebagai balasan atas perlakuan pemerintah terhadap lelaki yang kini mendekam di balik jeruji.
"Diduga pembalasan kelompok JAD karena Aman Abdurahman, yang harusnya keluar Agustus tahun lalu, ditangkap kembali," kata Tito.
Sumber CNNIndonesia.com di lingkungan aparat antiteror menyebut kelompok ini beroperasi di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Maluku.
Para pimpinan dari masing-masing wilayah itu kerap bertemu di sejumlah lokasi. Salah satunya adalah di Malang, tak jauh dari Surabaya, antara 2015-2016 lalu.
Kala itu, mereka membicarakan persamaan persepsi, pembentukan struktur dan rencana amaliyah atau aksi teror.
Selain itu, mereka juga menyebarkan pahamnya, merekrut anggota baru dan memberangkatkan WNI ke untuk bergabung dengan ISIS di Suriah.
Kepolisian memperkirakan ratusan warga Indonesia telah hijrah ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Polisi pun menduga diduga berangkat diberangkatkan oleh JAD.
Jaringan internasional JAD sampai menarik perhatian pemerintah Amerika Serikat. Negara tersebut menetapkan Jamaah Ansharu Daulah sebagai organisasi teroris pada 2017 lalu, dua tahun setelah didirikan.
ISIS kehilangan sebagian besar wilayahnya di Timur Tengah. (REUTERS/Erik De Castro)
Dengan demikian, AS sekaligus menjatuhkan sanksi terhadap orang-orang yang diduga terkait kelompok tersebut.
"Konsekuensinya termasuk melarang warga AS berhubungan dan bertransaksi dengan Jamaan Ansharut Daulah, dan membekukan semua properti ... Jamaah Ansharut Daulah yang kini atau kelak berada di Amerika Serikat," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri AS.
Tak hanya Amerika, keberadaan JAD juga disoroti oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Menurut laporan PBB, JAD adalah kelompok yang menjadi kunci keberadaan ISIS di Indonesia.
"Di Indonesia, Jamaah Ansharut Daulah ... masih menjadi jaringan kunci terkait ISIL (nama lain ISIS) ... [kelompok itu] telah membangun keberadaan di sejumlah provinsi," bunyi laporan PBB.
Pemerintah Indonesia tengah menggodok revisi undang-undang antiterorisme. Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto mengatakan pihaknya bisa membentuk tim khusus menanggulangi JAD jika revisi telah disahkan.
Namun, revisi UU tersebut masih mandek di proses legislatif dan ancaman teror belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. (aal/asa)
BIN Sebut Markas Polisi Sasaran Utama Teroris
Ledakan di Mapolrestabes Surabaya, Senin (14/5). (Dok. Istimewa)
Direktur Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto mengakui serangan besar-besaran oleh jarigan terorisme yang diterima oleh intelijen akan dilakukan pada 11 Mei lalu.
Menurut Wawan, serangan besar-besaran itu akan dilancarkan ke markas besar atau kantor kepolisian.
"Serangan besar-besaran target utamanya kantor polisi. Tapi serangan itu di delay," kata Wawan kepada CNN Indonesia TV, Senin (14/5).
Wawan menjelaskan, Mapolrestabes Surabaya merupakan salah satu alternatif yang akan diserang oleh kelompok teroris tersebut. Namun, kelompok teroris mencoba melakukan pengalilhan lewat pengeboman tiga gereja di Surabaya.
"Pagi ini sasaran utamnya dihantam, di Mapolrestabes Surabaya," ungkap Wawan.
Sementara kejadian ledakan yang terdengar di sebuah Rusunawa di Siduarjo menurut Wawan resmi kelalaian atau kecelakaan dari pelaku teror. Menurutnya, pelaku belum memahami secara utuh watak bom yang mereka gunakan.
"Watak bom itu kadang di kemiringan tertentu bisa meledak, atau ada yang gagal menngontrol remote. Jadi mereka kurang menguasai," kata Wawan.
Lebih lanjut, Wawan mengaku jika beberapa daerah sudah meningkatkan status siaga 1, terutama di kantor-kantor kepolisian. Pasalnya, para kelompok teroris memang sudah melakukan pemetaan terhadap kantor polisi yang menjadi sasaran utama mereka.
Selain pemetaan, para kelompok teroris sengaja menyebarkan informasi hoaks soal adanya ancaman dan ledakan di beberapa titik agar masyarakat dan aparat semakin takut.
Kelompok teroris menurut Wawan sudah mengetahui rencana mereka akan digagalkan yang berimbas dengan terkuaknya jaringan. Pasalnya tidak sedikit diantara mereka yang sudah diamankan oleh polisi dalam kondisi hidup.
"Karena takut terungkap jaringannya mereka menyerang lebih cepat. Ini yang perlu diantisipasi oleh aparat dan juga masyarakat soal lingkungan atau tetangga mereka," kata Wawan (DAL/DAL)
Polda Jawa Timur mengkonfirmasi jumlah korban dalam teror bom di Surabaya dan Sidoarjo dalam dua hari terakhir. polisi menyebut, total korban tewas ada 28 orang baik dari terduga pelaku maupun warga.
"Ini jumlah sementara karena masih ada teridentifikasi di DVI (Disaster Victim Identfication)," kata Kepala Bidang Humas Polda Jatim Komisaris Besar Frans Barung Mangera di Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/5).
Jumlah korban tewas tersebut terdiri dari korban tewas di tiga gereja 18 orang, di Rusunawa Wonocolo Sidaorjo tiga orang, dan korban tewas bom bunuh diri empat orang di Poltabes Surabaya. Selain itu ada tiga orang yang ditembak petugas saat penyergapan.
"Total sementara 28 orang," kata Barung.
Sementara korban luka-luka baik dari warga masyarakat maupun petugas kepolisian berjumlah 57 orang. Di antara korban luka ada juga anggota keluarga orang yang diduga menjadi pelaku pengeboman.
"Jumlah korban luka 57 orang," ujar Barung.
Aksi teror terjadi kemarin di tiga gereja di Surabaya. Malam harinya, ledakan terjadi di Rusunawa Wonocolo. Sementara tadi pagi, bom bunuh diri meledak di Poltabes Surabaya. Polisi saat ini masih mengusut kasus ini dengan mengejar sejumlah orang yang diduga terlibat. (sur)
Bom Surabaya Sampai Mapolrestabes Melibatkan Keluarga
Menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, satu anak dilibatkan dalam serangan bom Mapolrestabes Surabaya terlempar dan selamat. (Detikcom/Zaenal Effendi)
Pelaku serangan bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya berhasil dikenali. Menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, ternyata terduga pelakunya juga satu keluarga yang diduga merupakan anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) cabang Surabaya.
"Pelakunya satu keluarga juga, sudah teridentifikasi, empat meninggal," kata Tito dalam jumpa pers di Surabaya, Senin (14/5).
Menurut Tito, pelaku serangan bom di Mapolrestabes Surabaya menggunakan dua sepeda motor terpisah. Mereka terdiri dari pasangan suami istri dan tiga anak. Namun, kata dia, satu bocah itu terlempar dari sepeda motor saat terjadi ledakan.
"Yang anak-anak terlempar, masih selamat. Saat ini ada di RS Bhayangkara," ujar Tito.
Kapolda Jawa Timur Inspektur Jenderal Machfud Arifin juga menyatakan hal yang sama dengan Tito. Menurut dia, pelaku serangan bom di Surabaya pada Minggu (13/5) kemarin dan hari ini adalah sama-sama satu keluarga. Sama halnya dengan korban ledakan bom di Rusunawa Wonocolo, Kabupaten Sidoarjo, yang juga menewaskan satu pasang suami istri dan satu anaknya.
Menurut Tito, pelaku meledakkan bom di gerbang Mapolrestabes Surabaya karena tidak bisa menerobos penjagaan. Alhasil, empat polisi yang berjaga mengalami luka-luka dan dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya.
"Mereka bagian dari kelompok yang sama. Kenapa aksinya di Surabaya? Karena mereka menguasai daerah ini," kata Tito.
Tito menyatakan, alasan kelompok JAD bergolak karena dua pimpinan mereka, yakni Aman Abdurrahman dan Zainal Anshori, ditangkap oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror. Menurut dia, kelompok yang keras melawan adalah JAD Surabaya pimpinan terduga D, yang tewas dalam serangan bom bunuh diri kemarin. Istri D, PK, dan empat anaknya juga turut meninggal dalam aksi bom bunuh diri. (ayp/asa)
Bom Surabaya, JAD dan Ancaman ISIS di Indonesia
Ilustrasi serangan teror bom Surabaya. (REUTERS/Beawiharta)
Kepolisian menyebut rentetan teror bom Surabaya didalangi oleh Jamaah Ansharut Daulah (JAD), kelompok terkait ISIS yang beroperasi di Indonesia. Kelompok itu baru berdiri pada 2015, tapi terus mengancam sejak serangan pertamanya di Thamrin, satu tahun kemudian.
Pengamat teroris, Harits Abu Ulya, mengatakan serangan yang memakan belasan korban jiwa di Surabaya dilakukan "untuk menunjukkan eksistensi dari kelompok teror dan membuat kacau situasi kondisi sosial politik di Indonesia."
Melalui pesan tertulis kepada CNNIndonesia.com, Minggu (13/5), Harits mengatakan serangan itu dilakukan dengan terorganisir, melibatkan banyak kelompok dan telah direncanakan sejak jauh hari.
Walau demikian, dia tidak menyebut jaringan mana yang ada di balik teror ini.
"Kita berharap polisi segera menemukan titik terang ... dan bisa diungkap aktor di balik serangan bom bunuh diri di Surabaya," kata Harits.
Sesuai harapan Harits, Kapolri Jenderal Tito Karnavian kemudian menyebut serangan di tiga gereja Surabaya dilakukan oleh enam orang, yakni pasangan suami-istri dan empat anaknya.
Menurutnya, sang suami yang berinisial D diduga kuat adalah Ketua JAD Surabaya.
Tito juga menyebut motif serangan itu tak lepas dari kekalahan ISIS di Timur Tengah. Negara de facto mereka, yang disebut Daulah Islamiyah, terus kehilangan wilayah di Irak dan Suriah.
JAD adalah kelompok yang mendukung keberadaan negara pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu; jamaah ansharut daulah sendiri secara harfiyah berarti jemaat pembela negara.
Kelompok itu dipimpin oleh Aman Abdurahman, tokoh yang diyakini sebagai pemimpin ISIS di Indonesia dan bertanggung jawab atas serangan mematikan di Thamrin, awal 2016.
Aman Abdurahman diyakini sebagai pemimpin ISIS di Indonesia. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Selain terkait keadaan Timur Tengah, kata Tito, serangan di Surabaya juga dilakukan sebagai balasan atas perlakuan pemerintah terhadap lelaki yang kini mendekam di balik jeruji.
"Diduga pembalasan kelompok JAD karena Aman Abdurahman, yang harusnya keluar Agustus tahun lalu, ditangkap kembali," kata Tito.
Sumber CNNIndonesia.com di lingkungan aparat antiteror menyebut kelompok ini beroperasi di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Maluku.
Para pimpinan dari masing-masing wilayah itu kerap bertemu di sejumlah lokasi. Salah satunya adalah di Malang, tak jauh dari Surabaya, antara 2015-2016 lalu.
Kala itu, mereka membicarakan persamaan persepsi, pembentukan struktur dan rencana amaliyah atau aksi teror.
Selain itu, mereka juga menyebarkan pahamnya, merekrut anggota baru dan memberangkatkan WNI ke untuk bergabung dengan ISIS di Suriah.
Kepolisian memperkirakan ratusan warga Indonesia telah hijrah ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Polisi pun menduga diduga berangkat diberangkatkan oleh JAD.
Jaringan internasional JAD sampai menarik perhatian pemerintah Amerika Serikat. Negara tersebut menetapkan Jamaah Ansharu Daulah sebagai organisasi teroris pada 2017 lalu, dua tahun setelah didirikan.
ISIS kehilangan sebagian besar wilayahnya di Timur Tengah. (REUTERS/Erik De Castro)
Dengan demikian, AS sekaligus menjatuhkan sanksi terhadap orang-orang yang diduga terkait kelompok tersebut.
"Konsekuensinya termasuk melarang warga AS berhubungan dan bertransaksi dengan Jamaan Ansharut Daulah, dan membekukan semua properti ... Jamaah Ansharut Daulah yang kini atau kelak berada di Amerika Serikat," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri AS.
Tak hanya Amerika, keberadaan JAD juga disoroti oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Menurut laporan PBB, JAD adalah kelompok yang menjadi kunci keberadaan ISIS di Indonesia.
"Di Indonesia, Jamaah Ansharut Daulah ... masih menjadi jaringan kunci terkait ISIL (nama lain ISIS) ... [kelompok itu] telah membangun keberadaan di sejumlah provinsi," bunyi laporan PBB.
Pemerintah Indonesia tengah menggodok revisi undang-undang antiterorisme. Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto mengatakan pihaknya bisa membentuk tim khusus menanggulangi JAD jika revisi telah disahkan.
Namun, revisi UU tersebut masih mandek di proses legislatif dan ancaman teror belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. (aal/asa)
BIN Sebut Markas Polisi Sasaran Utama Teroris
Ledakan di Mapolrestabes Surabaya, Senin (14/5). (Dok. Istimewa)
Direktur Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto mengakui serangan besar-besaran oleh jarigan terorisme yang diterima oleh intelijen akan dilakukan pada 11 Mei lalu.
Menurut Wawan, serangan besar-besaran itu akan dilancarkan ke markas besar atau kantor kepolisian.
"Serangan besar-besaran target utamanya kantor polisi. Tapi serangan itu di delay," kata Wawan kepada CNN Indonesia TV, Senin (14/5).
Wawan menjelaskan, Mapolrestabes Surabaya merupakan salah satu alternatif yang akan diserang oleh kelompok teroris tersebut. Namun, kelompok teroris mencoba melakukan pengalilhan lewat pengeboman tiga gereja di Surabaya.
"Pagi ini sasaran utamnya dihantam, di Mapolrestabes Surabaya," ungkap Wawan.
Sementara kejadian ledakan yang terdengar di sebuah Rusunawa di Siduarjo menurut Wawan resmi kelalaian atau kecelakaan dari pelaku teror. Menurutnya, pelaku belum memahami secara utuh watak bom yang mereka gunakan.
"Watak bom itu kadang di kemiringan tertentu bisa meledak, atau ada yang gagal menngontrol remote. Jadi mereka kurang menguasai," kata Wawan.
Lebih lanjut, Wawan mengaku jika beberapa daerah sudah meningkatkan status siaga 1, terutama di kantor-kantor kepolisian. Pasalnya, para kelompok teroris memang sudah melakukan pemetaan terhadap kantor polisi yang menjadi sasaran utama mereka.
Selain pemetaan, para kelompok teroris sengaja menyebarkan informasi hoaks soal adanya ancaman dan ledakan di beberapa titik agar masyarakat dan aparat semakin takut.
Kelompok teroris menurut Wawan sudah mengetahui rencana mereka akan digagalkan yang berimbas dengan terkuaknya jaringan. Pasalnya tidak sedikit diantara mereka yang sudah diamankan oleh polisi dalam kondisi hidup.
"Karena takut terungkap jaringannya mereka menyerang lebih cepat. Ini yang perlu diantisipasi oleh aparat dan juga masyarakat soal lingkungan atau tetangga mereka," kata Wawan (DAL/DAL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.