Usai Bakamla Usir Kapal ChinaPosisi pengusiran lapal CG China oleh Bakamla ★
Badan Keamanan Laut (Bakamla) hingga saat ini masih terus melakukan pemantauan dan operasi di wilayah Laut Natuna Utara yang merupakan wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia. Itu dilakukan setelah armada Bakamla usir kapal China dari wilayah ZEE Indonesia tersebut pada Sabtu (12/9) lalu.
Kepala Badan Keamanan Laut, Laksdya TNI Aan Kurnia mengatakan hingga saat ini dua kapal milik Bakamla masih berkeliling dan melakukan patroli. Itu, kata dia, tetap dilakukan setelah keberhasilan Bakamla usir Kapal China dari wilayah ZEE Indonesia tersebut.
"Saya ada dua kapal di sana (Laut Natuna Utara)," kata Aan saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui telepon, Selasa (15/9).
Selain kapal milik Bakamla, Aan juga mengaku telah menghubungi Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono terkait masuknya kapal coast guard China ke wilayah ZEE Indonesia. Pihak TNI AL, kata dia, langsung bergerak dan ikut mengirimkan kapal guna memantau wilayah perairan itu.
"Kemudian juga kemarin, selain kapal, saya juga koordinasi dengan bapak KSAL, ada kapal AL yang back up sekitar 2 mill di belakang saya. Kalau ada apa-apa nanti kapal angkatan laut juga ikut membantu di situ," kata Aan.
Aan menerangkan total kini ada lima kapal yang bersama melakukan patroli pemantauan di wilayah perairan tersebut yakni dua dari Bakamla dan tiga kapal Al. Tiga kapal Al itu, katanya, membayangi kapal-kapal Bakamla di belakangnya.
Aan mengaku terus mengantisipasi kemungkinan kapal coast guard China akan kembali ke wilayah ZEE Indonesia itu. Dia juga mengaku memberi atensi lebih terhadap wilayah Natuna Utara sejak kejadian kapal coast guard china mengapung di wilayah perairan tersebut.
"Jadi saya lebih meningkatkan atensi saya. Kehadiran saya di Laut Natuna, khususnya di Laut Natuna Utara, di ZEE kita," kata dia.
Dalam kesempatan itu, Aan mengaku persoalan yang terjadi di Natuna memang tak bisa diselesaikan sendiri-sendiri. Harus ada kerja sama dari semua pemangku kepentingan terkait di wilayah perairan itu.
Menurut Aan selama ini Indonesia hanya melakukan operasi penangkapan dan pengusiran terhadap kapal asing yang berlayar dan mengapung di perairan Natuna. Padahal semestinya Indonesia juga bisa memanfaatkan sumber daya alam yang memang melimpah di wilayah yang kerap menjadi sengketa itu.
"Kita intinya untuk menangani masalah Natuna kan tidak bisa sendiri. Dalam arti enggak bisa Bakamla sendiri, enggak bisa AL sendiri. Tapi, harus melibatkan Kemenlu, KKP, yang lain," kata dia.
"Harusnya kita bisa manfaatkan sumber daya yang ada di sana dengan hadirnya nelayan. Kemudian penelitian-penelitian, dan ini yang belum dilaksanakan dan mungkin harus juga digalakkan. Intinya kita harus bisa memanfaatkan wilayah kita untuk kegiatan kita. Kalau tidak ya seperti ini, dipakai orang," kata Aan mengharapkan langkah ke depan setelah keberhasilan Bakamla usir kapal China. (tst/kid)
Badan Keamanan Laut (Bakamla) hingga saat ini masih terus melakukan pemantauan dan operasi di wilayah Laut Natuna Utara yang merupakan wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia. Itu dilakukan setelah armada Bakamla usir kapal China dari wilayah ZEE Indonesia tersebut pada Sabtu (12/9) lalu.
Kepala Badan Keamanan Laut, Laksdya TNI Aan Kurnia mengatakan hingga saat ini dua kapal milik Bakamla masih berkeliling dan melakukan patroli. Itu, kata dia, tetap dilakukan setelah keberhasilan Bakamla usir Kapal China dari wilayah ZEE Indonesia tersebut.
"Saya ada dua kapal di sana (Laut Natuna Utara)," kata Aan saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui telepon, Selasa (15/9).
Selain kapal milik Bakamla, Aan juga mengaku telah menghubungi Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono terkait masuknya kapal coast guard China ke wilayah ZEE Indonesia. Pihak TNI AL, kata dia, langsung bergerak dan ikut mengirimkan kapal guna memantau wilayah perairan itu.
"Kemudian juga kemarin, selain kapal, saya juga koordinasi dengan bapak KSAL, ada kapal AL yang back up sekitar 2 mill di belakang saya. Kalau ada apa-apa nanti kapal angkatan laut juga ikut membantu di situ," kata Aan.
Aan menerangkan total kini ada lima kapal yang bersama melakukan patroli pemantauan di wilayah perairan tersebut yakni dua dari Bakamla dan tiga kapal Al. Tiga kapal Al itu, katanya, membayangi kapal-kapal Bakamla di belakangnya.
Aan mengaku terus mengantisipasi kemungkinan kapal coast guard China akan kembali ke wilayah ZEE Indonesia itu. Dia juga mengaku memberi atensi lebih terhadap wilayah Natuna Utara sejak kejadian kapal coast guard china mengapung di wilayah perairan tersebut.
"Jadi saya lebih meningkatkan atensi saya. Kehadiran saya di Laut Natuna, khususnya di Laut Natuna Utara, di ZEE kita," kata dia.
Dalam kesempatan itu, Aan mengaku persoalan yang terjadi di Natuna memang tak bisa diselesaikan sendiri-sendiri. Harus ada kerja sama dari semua pemangku kepentingan terkait di wilayah perairan itu.
Menurut Aan selama ini Indonesia hanya melakukan operasi penangkapan dan pengusiran terhadap kapal asing yang berlayar dan mengapung di perairan Natuna. Padahal semestinya Indonesia juga bisa memanfaatkan sumber daya alam yang memang melimpah di wilayah yang kerap menjadi sengketa itu.
"Kita intinya untuk menangani masalah Natuna kan tidak bisa sendiri. Dalam arti enggak bisa Bakamla sendiri, enggak bisa AL sendiri. Tapi, harus melibatkan Kemenlu, KKP, yang lain," kata dia.
"Harusnya kita bisa manfaatkan sumber daya yang ada di sana dengan hadirnya nelayan. Kemudian penelitian-penelitian, dan ini yang belum dilaksanakan dan mungkin harus juga digalakkan. Intinya kita harus bisa memanfaatkan wilayah kita untuk kegiatan kita. Kalau tidak ya seperti ini, dipakai orang," kata Aan mengharapkan langkah ke depan setelah keberhasilan Bakamla usir kapal China. (tst/kid)
★ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.