Setelah Satu Dekade(Foto/REUTERS/Alaa Al Sukhni) 🛡
Menteri luar negeri dari negara-negara anggota Liga Arab telah setuju untuk memulihkan keanggotaan Suriah setelah penangguhannya lebih dari 10 tahun yang lalu. Para menteri memilih kembalinya Suriah ke markas besar Liga Arab di Kairo, Mesir, pada Minggu (7/5/2023).
Keputusan itu dibuat sebelum KTT Liga Arab di Arab Saudi pada 19 Mei dan di tengah kesibukan normalisasi hubungan regional dengan Damaskus dalam beberapa pekan terakhir.
Keanggotaan Suriah di Liga Arab dicabut setelah Presiden Bashar al-Assad memerintahkan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa pada Maret 2011, yang membuat negara itu berada dalam perang saudara yang telah menewaskan hampir setengah juta orang dan menelantarkan 23 juta lainnya.
“Ketika al-Assad memperkuat kendalinya atas wilayah Suriah, negara-negara Arab telah berusaha untuk menormalkan hubungan, bekerja menuju “jalur politik yang dipimpin Arab” dalam menyelesaikan krisis,” kata diplomat tinggi Yordania, menurut kantor berita The Associated Press.
Pemungutan suara berlangsung setelah pertemuan para diplomat top regional dari Mesir, Irak, Arab Saudi, dan Suriah di Yordania pekan lalu, di mana mereka menjuluki proses membawa Damaskus kembali ke Arab sebagai "Inisiatif Yordania".
Pemulihan hubungan dengan Damaskus dipercepat setelah gempa mematikan 6 Februari di Turki dan Suriah, dan pembentukan kembali hubungan yang ditengahi China antara Arab Saudi dan Iran, yang telah mendukung pihak lawan dalam konflik Suriah.
Sementara Arab Saudi telah lama menolak normalisasi hubungan dengan al-Assad, Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud mengunjungi Damaskus bulan lalu untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, kedua negara juga memulihkan kedutaan dan penerbangan di antara mereka.
Presiden Iran Ebrahim Raisi juga mengunjungi Damaskus pekan lalu, menandatangani perjanjian perdagangan dan minyak jangka panjang.
Yordania, Kuwait, dan Qatar menentang kehadiran al-Assad di KTT Liga Arab, mengatakan undangan sebelum Damaskus setuju untuk merundingkan rencana perdamaian akan terlalu dini.
Sementara itu, Amerika Serikat mengatakan tidak akan mengubah kebijakannya terhadap pemerintah Suriah, menganggapnya sebagai negara "nakal", dan mendesak negara-negara Arab untuk mendapatkan imbalan karena terlibat dengan al-Assad. (esn)
Serukan Teroris dan Pasukan Asing Hengkang dari Suriah
Negara-negara Arab telah menyerukan kelompok teroris dan pasukan bersenjata asing hengkang dari Suriah. Seruan itu disampaikan para menteri luar negeri negara Arab yang berkumpul di Amman, Yordania, Senin.
Yordania menjadi tuan rumah pertemuan tersebut, yang pertama sejak keanggotaan Suriah di Liga Arab ditangguhkan pada 2011. Mereka yang hadir adalah menteri luar negeri Suriah, Arab Saudi, Yordania, Mesir, dan Irak.
Sebelum pertemuan multilateral, Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad bertemu dengan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi untuk membahas pengungsi, keamanan perbatasan dan masalah air.
"Menyerukan untuk mengakhiri kehadiran organisasi teroris serta kelompok bersenjata [asing] di wilayah Suriah, dan menetralisir kemampuan mereka untuk mengancam keamanan regional dan internasional," bunyi pernyataan bersama lima menteri luar negeri negara-negara Arab yang disiarkan kantor berita negara Yordania sebagaimana dilansir Russia Today, Selasa (2/5/2023).
Negara-negara Arab itu juga berjanji untuk mendukung Suriah dan lembaga-lembaganya untuk membangun kendali atas semua wilayahnya dan menegakkan aturan hukum.
Menurut kantor berita Yordania, Arab Saudi, Mesir, Yordania, dan Irak berjanji untuk menjalin hubungan dengan militer Suriah dan institusi keamanan untuk mengatasi tantangan keamanan. Kelima menteri luar negri mereka juga menyerukan untuk menghentikan campur tangan asing dalam urusan dalam negeri Suriah.
Deklarasi bersama mereka turut menyerukan pembentukan tim ahli teknis yang akan menindaklanjuti pertemuan puncak (KTT) Amman dan menerapkan langkah-langkah praktis untuk menyelesaikan konflik di Suriah.
Pertemuan Amman dilakukan hanya beberapa minggu setelah Mekdad mengunjungi Arab Saudi dan menerima dukungan kerajaan untuk integritas teritorial Suriah.
Saat ini, kelompok militan yang didukung Turki menguasai bagian utara Suriah, sedangkan timur laut berada di bawah kendali milisi Kurdi yang didukung Amerika Serikat.
Beberapa ratus tentara AS juga berada di Suriah, mengendalikan sebagian besar sumur minyak negara itu.
Sekadar diketahui, kelompok oposisi atau pemberontak yang didukung oleh Arab Saudi dan AS melancarkan pemberontakan melawan Presiden Suriah Bashar Assad pada tahun 2011.
Dengan bantuan Rusia dan Iran, pemerintah di Damaskus akhirnya menang atas perang melawan pemberontak dan kelompok teroris yang berafiliasi dengan al-Qaeda dan ISIS.
Sementara tetangga Suriah dan kekuatan regional telah bergerak untuk meningkatkan hubungan dengan Damaskus dalam beberapa bulan terakhir, AS belum mengubah kebijakannya terhadap rezim Assad. (mas)
Menteri luar negeri dari negara-negara anggota Liga Arab telah setuju untuk memulihkan keanggotaan Suriah setelah penangguhannya lebih dari 10 tahun yang lalu. Para menteri memilih kembalinya Suriah ke markas besar Liga Arab di Kairo, Mesir, pada Minggu (7/5/2023).
Keputusan itu dibuat sebelum KTT Liga Arab di Arab Saudi pada 19 Mei dan di tengah kesibukan normalisasi hubungan regional dengan Damaskus dalam beberapa pekan terakhir.
Keanggotaan Suriah di Liga Arab dicabut setelah Presiden Bashar al-Assad memerintahkan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa pada Maret 2011, yang membuat negara itu berada dalam perang saudara yang telah menewaskan hampir setengah juta orang dan menelantarkan 23 juta lainnya.
“Ketika al-Assad memperkuat kendalinya atas wilayah Suriah, negara-negara Arab telah berusaha untuk menormalkan hubungan, bekerja menuju “jalur politik yang dipimpin Arab” dalam menyelesaikan krisis,” kata diplomat tinggi Yordania, menurut kantor berita The Associated Press.
Pemungutan suara berlangsung setelah pertemuan para diplomat top regional dari Mesir, Irak, Arab Saudi, dan Suriah di Yordania pekan lalu, di mana mereka menjuluki proses membawa Damaskus kembali ke Arab sebagai "Inisiatif Yordania".
Pemulihan hubungan dengan Damaskus dipercepat setelah gempa mematikan 6 Februari di Turki dan Suriah, dan pembentukan kembali hubungan yang ditengahi China antara Arab Saudi dan Iran, yang telah mendukung pihak lawan dalam konflik Suriah.
Sementara Arab Saudi telah lama menolak normalisasi hubungan dengan al-Assad, Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud mengunjungi Damaskus bulan lalu untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, kedua negara juga memulihkan kedutaan dan penerbangan di antara mereka.
Presiden Iran Ebrahim Raisi juga mengunjungi Damaskus pekan lalu, menandatangani perjanjian perdagangan dan minyak jangka panjang.
Yordania, Kuwait, dan Qatar menentang kehadiran al-Assad di KTT Liga Arab, mengatakan undangan sebelum Damaskus setuju untuk merundingkan rencana perdamaian akan terlalu dini.
Sementara itu, Amerika Serikat mengatakan tidak akan mengubah kebijakannya terhadap pemerintah Suriah, menganggapnya sebagai negara "nakal", dan mendesak negara-negara Arab untuk mendapatkan imbalan karena terlibat dengan al-Assad. (esn)
Serukan Teroris dan Pasukan Asing Hengkang dari Suriah
Negara-negara Arab telah menyerukan kelompok teroris dan pasukan bersenjata asing hengkang dari Suriah. Seruan itu disampaikan para menteri luar negeri negara Arab yang berkumpul di Amman, Yordania, Senin.
Yordania menjadi tuan rumah pertemuan tersebut, yang pertama sejak keanggotaan Suriah di Liga Arab ditangguhkan pada 2011. Mereka yang hadir adalah menteri luar negeri Suriah, Arab Saudi, Yordania, Mesir, dan Irak.
Sebelum pertemuan multilateral, Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad bertemu dengan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi untuk membahas pengungsi, keamanan perbatasan dan masalah air.
"Menyerukan untuk mengakhiri kehadiran organisasi teroris serta kelompok bersenjata [asing] di wilayah Suriah, dan menetralisir kemampuan mereka untuk mengancam keamanan regional dan internasional," bunyi pernyataan bersama lima menteri luar negeri negara-negara Arab yang disiarkan kantor berita negara Yordania sebagaimana dilansir Russia Today, Selasa (2/5/2023).
Negara-negara Arab itu juga berjanji untuk mendukung Suriah dan lembaga-lembaganya untuk membangun kendali atas semua wilayahnya dan menegakkan aturan hukum.
Menurut kantor berita Yordania, Arab Saudi, Mesir, Yordania, dan Irak berjanji untuk menjalin hubungan dengan militer Suriah dan institusi keamanan untuk mengatasi tantangan keamanan. Kelima menteri luar negri mereka juga menyerukan untuk menghentikan campur tangan asing dalam urusan dalam negeri Suriah.
Deklarasi bersama mereka turut menyerukan pembentukan tim ahli teknis yang akan menindaklanjuti pertemuan puncak (KTT) Amman dan menerapkan langkah-langkah praktis untuk menyelesaikan konflik di Suriah.
Pertemuan Amman dilakukan hanya beberapa minggu setelah Mekdad mengunjungi Arab Saudi dan menerima dukungan kerajaan untuk integritas teritorial Suriah.
Saat ini, kelompok militan yang didukung Turki menguasai bagian utara Suriah, sedangkan timur laut berada di bawah kendali milisi Kurdi yang didukung Amerika Serikat.
Beberapa ratus tentara AS juga berada di Suriah, mengendalikan sebagian besar sumur minyak negara itu.
Sekadar diketahui, kelompok oposisi atau pemberontak yang didukung oleh Arab Saudi dan AS melancarkan pemberontakan melawan Presiden Suriah Bashar Assad pada tahun 2011.
Dengan bantuan Rusia dan Iran, pemerintah di Damaskus akhirnya menang atas perang melawan pemberontak dan kelompok teroris yang berafiliasi dengan al-Qaeda dan ISIS.
Sementara tetangga Suriah dan kekuatan regional telah bergerak untuk meningkatkan hubungan dengan Damaskus dalam beberapa bulan terakhir, AS belum mengubah kebijakannya terhadap rezim Assad. (mas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.