Senin, 22 September 2014

Selebrasi Susilo Surabaya

KCR 60 KRI Tombak 629

B
erbagai persiapan perhelatan akbar itu sedang disiapkan saat ini untuk menuju titik tanggal 7 Oktober 2014, saat sebuah “ledakan” ketangguhan dan kegagahan diperlihatkan di bumi Surabaya menandai ulang tahun ke 69 hulubalang republik. Mengapa harus besar-besaran dan bermegah ria, karena ini adalah sebuah momentum untuk menunjukkan sebuah karya gemilang selama Jendral Susilo memimpin negeri ini. Ini adalah ungkapan terimakasih pasukan republik kepada panglima tertingginya yang sebentar lagi tidak lagi menjadi kepala sekolah karena kurikulum sekolah demokrasi mempersyaratkan demikian.

Maka suasana hari-hari ini di kota pahlawan itu seperti sedang mempersiapkan perang besar. Belasan ribu prajurit tiga matra menumpuk di beberapa kesatrian Marinir, Kodam dan pangkalan utama AL. Berbagai alutsista berdatangan secara bergelombang untuk menjadi bagian dari parade kegagahan terbesar sepanjang sejarah Republik Indonesia. Setidaknya ada tiga pangkalan udara yang menjadi pangkalan aju berbagai jet tempur dan pesawat angkut untuk “menyerbu” kota Surabaya yaitu Iswahyudi, Abrurahman Saleh dan Juanda. Sementara dari laut sedikitnya 40 kapal perang berbagai jenis akan melakukan “unjuk gigi” di hadapan Presiden dan para hadirin di pangkalan AL terbesar di Asia Tenggara, Surabaya.

Mengapa harus dipertunjukkan secara jelas karena ini merupakan bagian dari mata pelajaran memelihara dan memekarkan karakter kebangsaan yag sudah terbangun sejak berdirinya NKRI enam puluh sembilan tahun yang lalu. Sehari-hari kita disuguhkan menu media yang mempertontonkan aib dan keangkuhan politisi, perilaku ghibah dan terbuai dengan “pembenaran berita”. Maka tontonan ultah TNI nan megah itu yang dapat dilihat secara langsung atau via televisi nasional sejatinya ingin mengajak anak bangsa bahwa kita masih punya nilai harkat kebanggaan dan kekuatan kebangsaan, bahwa kita harus bangga berbangsa Indonesia.
MBT Leopard dengan KRI Bung Tomo (Kaskus/supermarine)

D
isamping itu perayaan ini adalah sebuah bentuk pertanggungjawaban pengawal republik kepada rakyatnya dan panglima tertingginya atas atensi, perhatian dan kesungguhannya memodernisasi tentara kebanggaan bangsa ini. Menyaksikan parade, defile dan demonstrasi alutsista adalah menyaksikan sebuah pertanggungjawaban kepada rakyat bahwa inilah hasil dari jerih payah membaguskan dan menggaharkan tentara, salah satu pilar penjaga nilai-nilai kebanggaan berbangsa.

Kenyataan perjalanan bertentara selama lima tahun terakhir menunjukkan perkuatan yang signifikan bukan saja dari sisi kualitas prajurit yang dikenal sebagai prajurit spartan tetapi juga persenjataan mereka yang meningkat tajam baik secara kuantitas dan kualitas sebagai persyaratan mutlak untuk nilai kegaharan prajurit modern. Berbagai alutsista yang dibeli dari luar negeri maupun yang diproduksi industri pertahanan dalam negeri akan dipamerkan secara terang benderang.

Alutsista laut yang bakal ditepuktangani paling gemuruh diperkirakan adalah KRI Bung Tomo 357 dan KRI Teluk Bintuni 520. Yang pertama terkait dengan semangat Arek Suroboyo 10 Nopember 1945 sedangkan yang terakhir karena kapal perang pengangkut tank itu buatan dalam negeri, tepatnya buatan galangan kapal swasta nasional. Sementara alutsista matra darat yang akan menjadi hit kebanggaan adalah MBT Leopard, MLRS Astross Mk6, Artileri Caesar Nexter, Helikopter Apache disamping berbagai jenis alutsista yang lain.
Kegagahan pesta ulang tahun itu akan semakin menggelora dengan melintasnya ratusan pesawat militer yang dimiliki Indonesia. Tidak bisa disangkal gemuruh jet tempur yang melintas di udara apalagi sampai melakukan atraksi jungkir balik akan memberikan nilai kebanggaan yang luar biasa bagi anak bangsa yang menyaksikan secara langsung atau via televisi. Belum lagi belasan pesawat “gajah” Hercules akan menerjunkan dan “menyiram” 1.000 pasukan payung di sekitar arena acara. Menerjunkan 1000 pasukan payung adalah rekor, menerbangkan 18 Hercules adalah rekor, melintasnya ratusan pesawat militer adalah rekor, membariskan 18 ribu prajurit adalah rekor. Semuanya serba rekor maka sangat pantas MURI ikut “memeriahkan” rekor demi rekor itu untuk sebuah rekor yang memang belum pernah terjadi.

Presiden Susilo segera mengakhiri tugas kenegaraannya setelah selama 10 tahun memimpin negeri ini dengan segala dinamikanya. Banyak hal yang telah dicapai negeri ini untuk sebuah predikat lebih baik, lebih sejahtera, lebih berharkat meski masih banyak juga predikat yang belum memuaskan. Catatan perjalanan sepuluh tahun ini dari seorang yang memimpin negeri melalui pemilihan langsung patut kita apresiasi. Jendral Susilo adalah seorang yang cerdas, penuh strategi, penuh perhitungan, selalu ingin memberikan yang terbaik bagi negerinya termasuk tentaranya. Kematangan dan kecerdasannya semakin diuji dalam adukan demokrasi yang hingar bingar di negeri ini. Dan dia berhasil.

Pesta ulang tahun tentara yang digelar secara meriah dan megah adalah dalam rangka menafsirkan dan mensyukuri nilai karunia itu. Tentara negeri ini yang sekian lama hanya menonton tentara negeri lain yang “dibelikan” berbagai persenjataan modern sekarang sudah pula menukar impiannya menjadi kenyataan kebahagiaan. Berbagai jenis alutsista canggih sudah dimiliki negeri ini meski belum mencapai kriteria setara, baru mengejar kesetaraan. Tidak apalah karena memang kita terlalu jauh tertinggal selama ini sehingga anggaran belanja alutsista sebesar 150 trilyun yang digelontor selama 5 tahun terakhir ini berhasil memperpendek ketertinggalan itu. Sembari berharap di program MEF 2 tahun 2015-2019 pembangunan kekuatan persenjataan tentara kita baru akan menunjukkan taring yang sebenarnya.

Maka ulang tahun ini adalah kado terimakasih, sebuah ungkapan yang digelar dengan derap langkah tegap, raungan jet tempur, atraksi kapal perang. Itulah ungkapan tanpa kalimat yang akan dipertunjukkan kepada Presiden. Itulah pengabdian tanpa sanggahan karena ini perintah komando sekaligus ingin menyindir politisi nyinyir mentang-mentang ada di kamar demokrasi lalu seenaknya berteriak. Rumah Indonesia itu tidak hanya berisi kamar-kamar demokrasi tetapi juga ada kamar komando untuk menjaga kebanggaan dan harkat rumah itu. Untuk kali ini kamar komando akan merayakan aura kebanggaannya, mohon jangan berisik kamar-kamar yang lain, jaga cangkem kalian.
****
Jagvane / 22 Sept 2014

  analisisalutsista  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...