N245 PT DI ☆
PT Dirgantara Indonesia dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) masih menyimpan rencana pengembangan sederet pesawat lainnya setelah sukses merancang pesawat N219 yang diperkenalkan perdana Kamis, 10 Desember 2015.
“Selanjutnya, N245 untuk 50 penumpang. Ini sudah mulai disiapkan. Berikutnya generasi N270 untuk 70 penumpang,” kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin di Bandung, Kamis, 10 Desember 2015.
Thomas mengatakan, lembaganya ditunjuk pemerintah lewat Peraturan Pemerintah Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional sebagai lembaga riset dan pengembangan pesawat terbang, lalu PT Dirgantara menjadi pengembang manufaktur pesawat.
“Pada 2011, Lapan secara resmi membentuk Pusat Teknologi Penerbangan,” katanya. Pembuatan N219 menjadi kerja sama perdana Lapan dan Dirgantara Indonesia.
Thomas memperkirakan, pengembangan N219 bersama PT Dirgantara Indonesia menyedot dana Rp 500 miliar hingga pesawat itu mendapat sertifikasi laik terbang dari pemerintah yang ditargetkan pada 2017. Pengembangan N219 juga masih terus berlanjut dengan pengembangan variasi lainnya. “Sesuai kebutuhan user,” ujarnya.
Thomas mengatakan, rencana pembuatan N245 sudah memasuki tahap desain lewat pengujian di fasilitas wind-tunnel atau terowongan angin. “Sudah mulai konsep desain awal, beberapa sudah mulai pengujian,” katanya.
Dia mengaku, biaya yang dikeluarkan masih terhitung kecil. Namun Thomas enggan memerincinya. Lembaganya bersama PT Dirgantara berencana mengajukan pendanaan khusus pada pemerintah untuk membiayai pembuatan prototipe N245.
Thomas mengaku belum bisa menaksir dana yang dibutuhkan untuk pembuatan pesawat N245. “Belum ada gambaran, tapi yang jelas lebih mahal dari ini (N219),” katanya.
Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia, Andi Alisjahbana, mengatakan, pesawat N245 merupakan generasi terbaru dari pesawat CN235 yang sudah diproduksi PT Dirgantara. “Kami lagi membangun pesawat CN235 yang dimodifikasi menjadi N245,” kata Andi di Bandung, Kamis, 10 Desember 2015.
Andi mengatakan, perbedaan mencolok dengan pesawat CN235 ada pada bagian ekornya. Pesawat N245 dirancang dengan memodifikasi bagian ekor pesawat CN235 yang memiliki ramp-door atau pintu belakang yang bisa dibuka. “Pintu belakang itu dicopot sehingga bisa membawa penumpang yang tadinya 42 penumpang menjadi 50 penumpang,” katanya.
Menurut Andi, ramp-door atau pintu belakang itu menjadi kelebihan CN235 untuk memenuhi fungsi ganda pesawat tersebut, yakni sebagai pesawat sipil sekaligus pesawat militer. “Pintu belakangnya besar sehingga bisa nerjuni orang. Nah, N245 itu dicabut supaya lebih ringan karena pintu itu berat,” ujarnya.
Andi mengatakan, dengan mencabut pintu besar itu, N245 dirancang lebih ringan kendati ukurannya bakal lebih panjang agar memuat penumpang hingga 50 orang.
Dia optimistis pengembangan pesawat N245 bakal lebih cepat dibandingkan saat mengembangkan N219. “Basisnya sudah ada. Tahun 2019 itu diharapkan sudah selesai dan bisa dijual,” kata Andi.
PT Dirgantara Indonesia dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) masih menyimpan rencana pengembangan sederet pesawat lainnya setelah sukses merancang pesawat N219 yang diperkenalkan perdana Kamis, 10 Desember 2015.
“Selanjutnya, N245 untuk 50 penumpang. Ini sudah mulai disiapkan. Berikutnya generasi N270 untuk 70 penumpang,” kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin di Bandung, Kamis, 10 Desember 2015.
Thomas mengatakan, lembaganya ditunjuk pemerintah lewat Peraturan Pemerintah Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional sebagai lembaga riset dan pengembangan pesawat terbang, lalu PT Dirgantara menjadi pengembang manufaktur pesawat.
“Pada 2011, Lapan secara resmi membentuk Pusat Teknologi Penerbangan,” katanya. Pembuatan N219 menjadi kerja sama perdana Lapan dan Dirgantara Indonesia.
Thomas memperkirakan, pengembangan N219 bersama PT Dirgantara Indonesia menyedot dana Rp 500 miliar hingga pesawat itu mendapat sertifikasi laik terbang dari pemerintah yang ditargetkan pada 2017. Pengembangan N219 juga masih terus berlanjut dengan pengembangan variasi lainnya. “Sesuai kebutuhan user,” ujarnya.
Thomas mengatakan, rencana pembuatan N245 sudah memasuki tahap desain lewat pengujian di fasilitas wind-tunnel atau terowongan angin. “Sudah mulai konsep desain awal, beberapa sudah mulai pengujian,” katanya.
Dia mengaku, biaya yang dikeluarkan masih terhitung kecil. Namun Thomas enggan memerincinya. Lembaganya bersama PT Dirgantara berencana mengajukan pendanaan khusus pada pemerintah untuk membiayai pembuatan prototipe N245.
Thomas mengaku belum bisa menaksir dana yang dibutuhkan untuk pembuatan pesawat N245. “Belum ada gambaran, tapi yang jelas lebih mahal dari ini (N219),” katanya.
Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia, Andi Alisjahbana, mengatakan, pesawat N245 merupakan generasi terbaru dari pesawat CN235 yang sudah diproduksi PT Dirgantara. “Kami lagi membangun pesawat CN235 yang dimodifikasi menjadi N245,” kata Andi di Bandung, Kamis, 10 Desember 2015.
Andi mengatakan, perbedaan mencolok dengan pesawat CN235 ada pada bagian ekornya. Pesawat N245 dirancang dengan memodifikasi bagian ekor pesawat CN235 yang memiliki ramp-door atau pintu belakang yang bisa dibuka. “Pintu belakang itu dicopot sehingga bisa membawa penumpang yang tadinya 42 penumpang menjadi 50 penumpang,” katanya.
Menurut Andi, ramp-door atau pintu belakang itu menjadi kelebihan CN235 untuk memenuhi fungsi ganda pesawat tersebut, yakni sebagai pesawat sipil sekaligus pesawat militer. “Pintu belakangnya besar sehingga bisa nerjuni orang. Nah, N245 itu dicabut supaya lebih ringan karena pintu itu berat,” ujarnya.
Andi mengatakan, dengan mencabut pintu besar itu, N245 dirancang lebih ringan kendati ukurannya bakal lebih panjang agar memuat penumpang hingga 50 orang.
Dia optimistis pengembangan pesawat N245 bakal lebih cepat dibandingkan saat mengembangkan N219. “Basisnya sudah ada. Tahun 2019 itu diharapkan sudah selesai dan bisa dijual,” kata Andi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.