T-90 diturunkan setelah pasukan pemberontak Suriah mampu menghancurkan tank-tank Rusia lainnya dengan rudal yang mereka miliki. (Wikipedia) ☆
Pemerintahan Vladimir Putin meningkatkan keterlibatan Rusia dalam perang di Timur Tengah dengan menurunkan kendaraan tempur lapis baja paling canggih mereka, tank T-90, ke garis depan pertempuran Suriah. Rusia juga memperluas pangkalan udara mereka di negara itu.
Diberitakan The Telegraph, Jumat (4/12), informasi ini disampaikan kantor berita Iran, Fars, didukung oleh bukti-bukti foto tank yang beredar di sosial media pekan ini. Tank tersebut diduga telah berada di wilayah kekuasaan rezim Bashar al-Assa di selatan Aleppo.
T-90 disebut diturunkan setelah pasukan pemberontak Suriah mampu menghancurkan tank-tank Rusia lainnya dengan rudal yang mereka miliki. Tank T-90 dilengkapi dengan tameng peledak, membuat sebagian besar rudal tidak akan bisa mendekati kendaraan lapis baja ini.
Media pro-Assad mengatakan bahwa tank ini nantinya akan dikendarai oleh pasukan Suriah yang terlatih. Namun klaim ini diragukan karena tank tersebut memiliki spesifikasi tinggi sehingga tidak sembarang orang bisa menggunakannya.
Walaupun tank ini juga diturunkan dalam konflik di Ukraina dan Chechnya, namun ini adalah kali pertama T-90 digunakan di medan perang. Para ahli mengatakan, intervensi Rusia dalam perang Suriah malah justru akan memperpanjang konflik di negara itu yang saat ini telah memakan korban jiwa hingga 250 ribu orang.
Penurunan T-90 juga dianggap wujud rasa frustrasi Rusia setelah banyak tank mereka dengan spesifikasi lebih rendah mampu dihancurkan rudal pemberontak yang dipasok oleh negara-negara Teluk dan Turki.
Selain menurunkan senjata baru, Rusia juga memperluas pangkalan udara mereka di Homs agar bisa menampung lebih banyak lagi jet tempur. Pangkalan udara lainnya di timur Homs juga telah digunakan Rusia untuk markas helikopter tempur, seperti disampaikan oleh lembaga Syrian Observatory for Human Rights.
Memperkuat kehadiran Rusia di Homs dan Suriah tengah diharapkan bisa membantu merebut kota Palmyra dari ISIS. Sudah tujuh bulan ISIS menguasai kota tua itu dan menghancurkan banyak peninggalan bersejarah.
Cara ini juga diharapkan bisa mengamankan ladang gas alam yang penting bagi ketersediaan energi di Damaskus. (den)
Pemerintahan Vladimir Putin meningkatkan keterlibatan Rusia dalam perang di Timur Tengah dengan menurunkan kendaraan tempur lapis baja paling canggih mereka, tank T-90, ke garis depan pertempuran Suriah. Rusia juga memperluas pangkalan udara mereka di negara itu.
Diberitakan The Telegraph, Jumat (4/12), informasi ini disampaikan kantor berita Iran, Fars, didukung oleh bukti-bukti foto tank yang beredar di sosial media pekan ini. Tank tersebut diduga telah berada di wilayah kekuasaan rezim Bashar al-Assa di selatan Aleppo.
T-90 disebut diturunkan setelah pasukan pemberontak Suriah mampu menghancurkan tank-tank Rusia lainnya dengan rudal yang mereka miliki. Tank T-90 dilengkapi dengan tameng peledak, membuat sebagian besar rudal tidak akan bisa mendekati kendaraan lapis baja ini.
Media pro-Assad mengatakan bahwa tank ini nantinya akan dikendarai oleh pasukan Suriah yang terlatih. Namun klaim ini diragukan karena tank tersebut memiliki spesifikasi tinggi sehingga tidak sembarang orang bisa menggunakannya.
Walaupun tank ini juga diturunkan dalam konflik di Ukraina dan Chechnya, namun ini adalah kali pertama T-90 digunakan di medan perang. Para ahli mengatakan, intervensi Rusia dalam perang Suriah malah justru akan memperpanjang konflik di negara itu yang saat ini telah memakan korban jiwa hingga 250 ribu orang.
Penurunan T-90 juga dianggap wujud rasa frustrasi Rusia setelah banyak tank mereka dengan spesifikasi lebih rendah mampu dihancurkan rudal pemberontak yang dipasok oleh negara-negara Teluk dan Turki.
Selain menurunkan senjata baru, Rusia juga memperluas pangkalan udara mereka di Homs agar bisa menampung lebih banyak lagi jet tempur. Pangkalan udara lainnya di timur Homs juga telah digunakan Rusia untuk markas helikopter tempur, seperti disampaikan oleh lembaga Syrian Observatory for Human Rights.
Memperkuat kehadiran Rusia di Homs dan Suriah tengah diharapkan bisa membantu merebut kota Palmyra dari ISIS. Sudah tujuh bulan ISIS menguasai kota tua itu dan menghancurkan banyak peninggalan bersejarah.
Cara ini juga diharapkan bisa mengamankan ladang gas alam yang penting bagi ketersediaan energi di Damaskus. (den)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.