✈ Ke Filipina dan Vietnam ✈ NC212i [ agung pambudhy]
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) berencana mengekspor 5 unit pesawat NC212i. Pesawat ini akan dikirim ke Filipina sebanyak 3 unit dan Vietnam 2 unit.
Rencana ekspor pesawat NC212i ke luar negeri bukan kali pertama dilakukan oleh PTDI. Sebelumnya PTDI juga pernah mengekspor pesawat baling-baling tipe yang sama kepada militer Filipina di 2013 mendatang.
"Ekspor tahun ini sementara ke Vietnam dan Filipina. NC212i sebanyak 2 unit untuk Filipina dan 3 unit untuk Vietnam," jelas Direktur Produksi PTDI, Arie Wibowo, kepada detikFinance, Jakarta, Senin (20/3/2017).
Sebelumnya, PTDI juga tercatat pernah melakukan ekspor pesawat NC212i ke Vietnam sebanyak 3 unit. Bahkan untuk pesawat serupa dengan tipe NC212 juga pernah diekspor ke Thailand sebanyak 6 unit.
Kemudian untuk NC212 di Indonesia tercatat ada 99 unit yang antara lain digunakan untuk angkutan sipil dan militer dan Maritime Surveillance Aircraft (MSA).
Sejak 1976, PTDI tercatat sudah memproduksi 403 unit pesawat dan helikopter. Beberapa pesawat produksinya sudah diekspor ke beberapa negara di dunia, untuk penerbangan militer maupun sipil.
Diekspor ke Malaysia Hingga Venezuela
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) terkenal sebagai BUMN dirgantara dengan deretan produk yang sudah mendunia. Sejak awal berdirinya di 1976, PTDI sudah memproduksi 403 pesawat terbang dengan berbagai jenis.
Berdasarkan data PTDI yang diterima detikFinance, produksi pesawat terbanyak PTDI adalah jenis NBO105 sebanyak 122 unit. NBO105 adalah sebuah helikopter ringan, serbaguna, dan memiliki mesin ganda.
Kedua adalah NC212 yang sudah diproduksi sebanyak 105 unit dan kemudian disusul oleh CN235 sebanyak 64 unit. CN235 adalah sebuah pesawat penumpang sipil (airliner) angkut turboprop kelas menengah bermesin ganda. Pesawat ini banyak digunakan oleh angkatan militer negara di dunia, seperti Angkatan Udara Spanyol, Angkatan Udara Turki, dan tentunya Angkatan Udara Indonesia.
Pesawat CN235 [Baban Ganda Purnama]
Kemudian ada helikopter BELL 412 yang sudah diproduksi sebanyak 63 unit. Helikopter serbaguna ini banyak digunakan oleh angkatan militer di berbagai negara di dunia.
Sisanya adalah NAS332 sebanyak 21 unit, NSA330 11 unit, CN295 9 unit, AS365 4 unit, AS550 3 unit, dan H225M (EC725) sebanyak 2 unit.
Jika dihitung dalam 6 tahun terakhir, terhitung 2012-2017, PTDI telah menyerahkan 58 unit pesawat dan helikopter kepada pembelinya. Pesanan terbanyak adalah helikopter BELL 412EP sebanyak 30 unit.
Pesawat N245 [Ardan Adhi Chandra]
Sebanyak 30 unit helikopter BELL 412EP, antara lain dipesan oleh TNI AD sebanyak 26 unit, TNI AL 3 unit, dan POLRI 1 unit.
Kemudian ada CN295 sebanyak 9 unit yang seluruhnya dipesan oleh TNI AU. Tak ketinggalan ada CN235 sebanyak 7 unit yang antara lain dipesan oleh DAPA/KCG Korea, Senegal Air Force, dan TNI AL.
Selanjutnya ada AS365 yang dipesan oleh Basarnas sebanyak 4 unit, helikopter AS550 sebanyak 3 unit yang merupakan pesanan TNI AD, helikopter H225M pesanan TNI AU 2 unit, NC212i 2 unit masing-masing pesanan TNI AU dan T.K.S Thailand, dan 1 unit NAS332C1 pesanan TNI AU.
Ekspor pesawat buatan PTDI terbanyak adalah pesawat jenis CN235 dan NC212. Pesawat CN235 banyak dipesan mulai dari Venezuela untuk angkutan penumpang 1 unit, Senegal untuk transportasi militer dan multifungsi 2 unit, dan Burkina Faso untuk transportasi militer 1 unit.
Ekspor terbanyak CN235 dikirim ke Korea Selatan sebanyak 12 unit, antara lain digunakan untuk angkutan militer 7 unit, angkutan VVIP 1 unit, dan 4 unit untuk Maritime Surveillance Aircraft (MSA).
Selanjutnya ada Malaysia yang sudah memesan 8 unit CN235, yang mana 6 unit digunakan untuk angkutan militer dan 2 unit lainnya digunakan untuk angkutan VVIP. Tak ketinggalan Turki juga menjadi pelanggan CN235 dengan total pesanan mencapai 9 unit.
Selanjutnya adalah Uni Emirat Arab yang memesan sekitar 7 unit CN235, 6 unit untuk angkutan militer dan 1 unit untuk angkutan VVIP. Pakistan dan Brunei Darussalam juga tercatat menjadi pengguna CN235 buatan PTDI dengan masing-masing 4 unit dan 1 unit.
Sedangkan, untuk pesawat NC212 paling banyak diekspor ke Thailand sebanyak 6 unit. Kemudian juga dikirim ke Vietnam dengan tipe NC212i sebanyak 3 unit, dan 2 unit NC212i ke Filipina.
Sedangkan untuk tuan rumah sendiri, Indonesia, penggunaan CN235 tercatat mencapai 27 unit. Pesawat CN235 di Indonesia, antara lain digunakan untuk angkutan penerbangan sipil, angkutan militer, hingga patroli laut. Sebanyak 5 unit CN235 lainnya pun akan dikirim lagi untuk Indonesia sebagai tambahan angkutan militer dan patroli.
Kemudian untuk NC212 di Indonesia tercatat ada 99 unit yang antara lain digunakan untuk angkutan sipil dan militer dan Maritime Surveillance Aircraft (MSA).
Saat ini, PTDI juga tengah dalam tahap finalisasi produksi pesawat N219. Pesawat buatan Bandung ini ditargetkan terbang Mei 2017 mendatang.
Selain itu, PTDI akan mengembangkan N219 Amphibious Version. Keunggulan pesawat ini bisa mendarat di air dan di darat.
Pesawat N219 amfibi ini akan mulai didesain akhir 2018, setelah pesawat N219 mendapatkan Type Certificate (TC) di akhir 2017. Setelah mendapatkan TC, maka PTDI mencoba untuk mendapatkan Supplemental Type Certificates (STC) agar satu dari dua pesawat N219 bisa dikembangkan untuk mendarat di air menjadi N219 amfibi.
"Jadi kalau kami dapat sertifikat TC (N219) nya akhir 2017, maka kami akan mulai 2018. (N219) basic dulu kami dapatin maka kami akan coba dapatin STC supaya pesawat ini bisa dipasangi float," jelas Direktur Produksi PTDI, Arie Wibowo saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Minggu lalu.
"Kami redesign modifikasi dengan float," tambah Arie.
Infografis Pesawat N219 Amfibi [detik]
Desain ulang dari N219 basic dilakukan, karena medan pendaratan N219 amfibi di dua medan yang berbeda, yaitu air dan darat. Perancangan tambahan ini dilakukan untuk memperkuat badan dan sayap pesawat.
"Ada penguatan di daerah badan dan wing karena konfigurasinya kan dia landing di air. Iya tekanan dan segala macam mesti kami hitung ulang," tutur Arie.
Arie berharap, pengembangan N219 Amphibious Version bisa selesai dalam satu tahun setelah desain ulang di akhir 2018. Dengan demikian, maka masing-masing pesawat N219 basic dan N219 Amphibious Version bisa terbang di 2019.
"Harapan kami 2019 itu sudah terbang pesawat yang basic di dalam pulau-pulau terpencil dan amfibian untuk masuk ke pulau-pulau yang tidak ada landasannya," imbuh Arie.
Jika animo pasar domestik terhadap pesawat amfibi ini bagus, maka PTDI akan memproduksinya dalam jumlah banyak.
"Satu unit begitu pasarnya itu kan kami langsung bikin serial production," tutup Arie. (wdl/wdl)
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) berencana mengekspor 5 unit pesawat NC212i. Pesawat ini akan dikirim ke Filipina sebanyak 3 unit dan Vietnam 2 unit.
Rencana ekspor pesawat NC212i ke luar negeri bukan kali pertama dilakukan oleh PTDI. Sebelumnya PTDI juga pernah mengekspor pesawat baling-baling tipe yang sama kepada militer Filipina di 2013 mendatang.
"Ekspor tahun ini sementara ke Vietnam dan Filipina. NC212i sebanyak 2 unit untuk Filipina dan 3 unit untuk Vietnam," jelas Direktur Produksi PTDI, Arie Wibowo, kepada detikFinance, Jakarta, Senin (20/3/2017).
Sebelumnya, PTDI juga tercatat pernah melakukan ekspor pesawat NC212i ke Vietnam sebanyak 3 unit. Bahkan untuk pesawat serupa dengan tipe NC212 juga pernah diekspor ke Thailand sebanyak 6 unit.
Kemudian untuk NC212 di Indonesia tercatat ada 99 unit yang antara lain digunakan untuk angkutan sipil dan militer dan Maritime Surveillance Aircraft (MSA).
Sejak 1976, PTDI tercatat sudah memproduksi 403 unit pesawat dan helikopter. Beberapa pesawat produksinya sudah diekspor ke beberapa negara di dunia, untuk penerbangan militer maupun sipil.
Diekspor ke Malaysia Hingga Venezuela
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) terkenal sebagai BUMN dirgantara dengan deretan produk yang sudah mendunia. Sejak awal berdirinya di 1976, PTDI sudah memproduksi 403 pesawat terbang dengan berbagai jenis.
Berdasarkan data PTDI yang diterima detikFinance, produksi pesawat terbanyak PTDI adalah jenis NBO105 sebanyak 122 unit. NBO105 adalah sebuah helikopter ringan, serbaguna, dan memiliki mesin ganda.
Kedua adalah NC212 yang sudah diproduksi sebanyak 105 unit dan kemudian disusul oleh CN235 sebanyak 64 unit. CN235 adalah sebuah pesawat penumpang sipil (airliner) angkut turboprop kelas menengah bermesin ganda. Pesawat ini banyak digunakan oleh angkatan militer negara di dunia, seperti Angkatan Udara Spanyol, Angkatan Udara Turki, dan tentunya Angkatan Udara Indonesia.
Pesawat CN235 [Baban Ganda Purnama]
Kemudian ada helikopter BELL 412 yang sudah diproduksi sebanyak 63 unit. Helikopter serbaguna ini banyak digunakan oleh angkatan militer di berbagai negara di dunia.
Sisanya adalah NAS332 sebanyak 21 unit, NSA330 11 unit, CN295 9 unit, AS365 4 unit, AS550 3 unit, dan H225M (EC725) sebanyak 2 unit.
Jika dihitung dalam 6 tahun terakhir, terhitung 2012-2017, PTDI telah menyerahkan 58 unit pesawat dan helikopter kepada pembelinya. Pesanan terbanyak adalah helikopter BELL 412EP sebanyak 30 unit.
Pesawat N245 [Ardan Adhi Chandra]
Sebanyak 30 unit helikopter BELL 412EP, antara lain dipesan oleh TNI AD sebanyak 26 unit, TNI AL 3 unit, dan POLRI 1 unit.
Kemudian ada CN295 sebanyak 9 unit yang seluruhnya dipesan oleh TNI AU. Tak ketinggalan ada CN235 sebanyak 7 unit yang antara lain dipesan oleh DAPA/KCG Korea, Senegal Air Force, dan TNI AL.
Selanjutnya ada AS365 yang dipesan oleh Basarnas sebanyak 4 unit, helikopter AS550 sebanyak 3 unit yang merupakan pesanan TNI AD, helikopter H225M pesanan TNI AU 2 unit, NC212i 2 unit masing-masing pesanan TNI AU dan T.K.S Thailand, dan 1 unit NAS332C1 pesanan TNI AU.
Ekspor pesawat buatan PTDI terbanyak adalah pesawat jenis CN235 dan NC212. Pesawat CN235 banyak dipesan mulai dari Venezuela untuk angkutan penumpang 1 unit, Senegal untuk transportasi militer dan multifungsi 2 unit, dan Burkina Faso untuk transportasi militer 1 unit.
Ekspor terbanyak CN235 dikirim ke Korea Selatan sebanyak 12 unit, antara lain digunakan untuk angkutan militer 7 unit, angkutan VVIP 1 unit, dan 4 unit untuk Maritime Surveillance Aircraft (MSA).
Selanjutnya ada Malaysia yang sudah memesan 8 unit CN235, yang mana 6 unit digunakan untuk angkutan militer dan 2 unit lainnya digunakan untuk angkutan VVIP. Tak ketinggalan Turki juga menjadi pelanggan CN235 dengan total pesanan mencapai 9 unit.
Selanjutnya adalah Uni Emirat Arab yang memesan sekitar 7 unit CN235, 6 unit untuk angkutan militer dan 1 unit untuk angkutan VVIP. Pakistan dan Brunei Darussalam juga tercatat menjadi pengguna CN235 buatan PTDI dengan masing-masing 4 unit dan 1 unit.
Sedangkan, untuk pesawat NC212 paling banyak diekspor ke Thailand sebanyak 6 unit. Kemudian juga dikirim ke Vietnam dengan tipe NC212i sebanyak 3 unit, dan 2 unit NC212i ke Filipina.
Sedangkan untuk tuan rumah sendiri, Indonesia, penggunaan CN235 tercatat mencapai 27 unit. Pesawat CN235 di Indonesia, antara lain digunakan untuk angkutan penerbangan sipil, angkutan militer, hingga patroli laut. Sebanyak 5 unit CN235 lainnya pun akan dikirim lagi untuk Indonesia sebagai tambahan angkutan militer dan patroli.
Kemudian untuk NC212 di Indonesia tercatat ada 99 unit yang antara lain digunakan untuk angkutan sipil dan militer dan Maritime Surveillance Aircraft (MSA).
Saat ini, PTDI juga tengah dalam tahap finalisasi produksi pesawat N219. Pesawat buatan Bandung ini ditargetkan terbang Mei 2017 mendatang.
Selain itu, PTDI akan mengembangkan N219 Amphibious Version. Keunggulan pesawat ini bisa mendarat di air dan di darat.
Pesawat N219 amfibi ini akan mulai didesain akhir 2018, setelah pesawat N219 mendapatkan Type Certificate (TC) di akhir 2017. Setelah mendapatkan TC, maka PTDI mencoba untuk mendapatkan Supplemental Type Certificates (STC) agar satu dari dua pesawat N219 bisa dikembangkan untuk mendarat di air menjadi N219 amfibi.
"Jadi kalau kami dapat sertifikat TC (N219) nya akhir 2017, maka kami akan mulai 2018. (N219) basic dulu kami dapatin maka kami akan coba dapatin STC supaya pesawat ini bisa dipasangi float," jelas Direktur Produksi PTDI, Arie Wibowo saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Minggu lalu.
"Kami redesign modifikasi dengan float," tambah Arie.
Infografis Pesawat N219 Amfibi [detik]
Desain ulang dari N219 basic dilakukan, karena medan pendaratan N219 amfibi di dua medan yang berbeda, yaitu air dan darat. Perancangan tambahan ini dilakukan untuk memperkuat badan dan sayap pesawat.
"Ada penguatan di daerah badan dan wing karena konfigurasinya kan dia landing di air. Iya tekanan dan segala macam mesti kami hitung ulang," tutur Arie.
Arie berharap, pengembangan N219 Amphibious Version bisa selesai dalam satu tahun setelah desain ulang di akhir 2018. Dengan demikian, maka masing-masing pesawat N219 basic dan N219 Amphibious Version bisa terbang di 2019.
"Harapan kami 2019 itu sudah terbang pesawat yang basic di dalam pulau-pulau terpencil dan amfibian untuk masuk ke pulau-pulau yang tidak ada landasannya," imbuh Arie.
Jika animo pasar domestik terhadap pesawat amfibi ini bagus, maka PTDI akan memproduksinya dalam jumlah banyak.
"Satu unit begitu pasarnya itu kan kami langsung bikin serial production," tutup Arie. (wdl/wdl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.