C4ISR system [Scytalys]
Ternyata Kementerian Pertahanan Indonesia di bawah pimpinan Letnan Jenderal (purn) Prabowo Subianto telah menyepakati kontrak pembangunan sistem pertahanan terintegritas pertahanan darat, laut dan udara Tentara Nasional Indonesia (TNI) kepada perusahaan Yunani, Scytalys.
Dikutip VIVA Militer dari situs resmi Scytalys, Sabtu 15 Agustus 2020, hak kuasa perusahaan raksasa Yunani atas pembangunan sistem ini didapatkan melalui tender kompetitif terbuka yang akan diimplementasikan dalam jangka waktu 3 tahun.
"Kami sangat menghargai pemberian kontrak ini, yang kami anggap penting secara strategis, karena akan memungkinkan TNI untuk memperoleh Tautan Data Nasional, sistem, teknologi, dan fasilitas C4ISR yang diperlukan untuk membangun Kerangka Interoperabilitas mereka dan melakukan interoperabilitas mereka. Pusat operasi jaringan layanan ke masa depan. Scytalys berkomitmen dalam memberikan solusi siap pakai yang akan sepenuhnya memenuhi persyaratan Kementerian Pertahanan Indonesia," kata CEO Scytalys, Dimitris Karantzavelos.
Menurut Scytalys, perjanjian kontrak itu mencakup pembangunan beberapa elemen, yang utamanya adalah pembangunan Command, Control, Communication, Computer, Intellegence, Surveilance, and Reconnaisance (C4ISR).
Scytalys mengungkapkan Indonesia bukan negara pertama di Asia yang membangun sistem C4ISR. Jauh sebelumnya sudah ada Jepang dan Korea Selatan. Mereka juga pernah membangun sistem penglihatan malam dan pencitraan termal bernama Theon Sensors.
"Keberhasilan ini didahului dengan pemberian kontrak lain untuk Scytalys di wilayah timur, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Korea Selatan dan Jepang. Perusahaan siap untuk memanfaatkan tren global dalam melipat gandakan nilai tambah dari berbagai aset pertahanan dengan menghubungkannya bersama-sama," kata Nick Papatsas, Anggota Dewan Scytalys, mewakili EFA Group, pemilik utama Scytalys.
Perusahaan negeri para dewa itu mengatakan, C4ISR sangat dibutuhkan bagi negara manapun di dunia termasuk Indonesia untuk menghadapi peperangan modern. Sebab semua komando operasi dalam perang akan berada dalam satu pusat komando yang berjaringan.
Rp 730 Miliar untuk C4ISR TNI
Perusahaan raksasa negeri dewa Yunani, Scytalys dipastikan telah menjadi penguasa atas pembangunan sistem pertahanan terintegritas pertahanan darat, laut dan udara Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Kepastian Scytalys akan menancapkan kukunya di Indonesia diketahui dari siaran resmi yang diterbitkan situs mereka.
Dikutip VIVA Militer, Sabtu 15 Agustus 2020, disebutkan dalam kesepakatan kontrak dengan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Scytalys mendapatkan nilai kontrak sebesar 49 juta Dollar Amerika atau setara Rp 730 miliar.
Dan Scytalys mengaku kontrak sebesar itu didapatkan dari kementerian yang dipimpin Letnan Jenderal (purn) Prabowo Subianto melalui tender terbuka dan transparan.
Scytalys menerangkan, dana sebesar itu akan digunakan untuk membangun beberapa elemen yang akan menguatkan sistem pertahanan TNI yang terpusat atau disebut dengan Command, Control, Communication, Computer, Intellegence, Surveilance, and Reconnaisance (C4ISR).
"Pusat operasi jaringan layanan ke masa depan. Scytalys berkomitmen dalam memberikan solusi siap pakai yang akan sepenuhnya memenuhi persyaratan Kementerian Pertahanan Indonesia," kata CEO Scytalys, Dimitris Karantzavelos. Indonesia bukan negara pertama di Asia yang membangun sistem C4ISR. Jauh sebelumnya sudah ada Jepang dan Korea Selatan. Selain membangun sistem C4ISR, Scytalys juga pernah membangun sistem penglihatan malam dan pencitraan termal bernama Theon Sensors.
Scytalys mengatakan, C4ISR sangat dibutuhkan bagi negara manapun di dunia termasuk Indonesia untuk menghadapi peperangan modern. Sebab semua komando operasi dalam perang akan berada dalam satu pusat komando yang berjaringan.
♖ VIVAnews
Ternyata Kementerian Pertahanan Indonesia di bawah pimpinan Letnan Jenderal (purn) Prabowo Subianto telah menyepakati kontrak pembangunan sistem pertahanan terintegritas pertahanan darat, laut dan udara Tentara Nasional Indonesia (TNI) kepada perusahaan Yunani, Scytalys.
Dikutip VIVA Militer dari situs resmi Scytalys, Sabtu 15 Agustus 2020, hak kuasa perusahaan raksasa Yunani atas pembangunan sistem ini didapatkan melalui tender kompetitif terbuka yang akan diimplementasikan dalam jangka waktu 3 tahun.
"Kami sangat menghargai pemberian kontrak ini, yang kami anggap penting secara strategis, karena akan memungkinkan TNI untuk memperoleh Tautan Data Nasional, sistem, teknologi, dan fasilitas C4ISR yang diperlukan untuk membangun Kerangka Interoperabilitas mereka dan melakukan interoperabilitas mereka. Pusat operasi jaringan layanan ke masa depan. Scytalys berkomitmen dalam memberikan solusi siap pakai yang akan sepenuhnya memenuhi persyaratan Kementerian Pertahanan Indonesia," kata CEO Scytalys, Dimitris Karantzavelos.
Menurut Scytalys, perjanjian kontrak itu mencakup pembangunan beberapa elemen, yang utamanya adalah pembangunan Command, Control, Communication, Computer, Intellegence, Surveilance, and Reconnaisance (C4ISR).
Scytalys mengungkapkan Indonesia bukan negara pertama di Asia yang membangun sistem C4ISR. Jauh sebelumnya sudah ada Jepang dan Korea Selatan. Mereka juga pernah membangun sistem penglihatan malam dan pencitraan termal bernama Theon Sensors.
"Keberhasilan ini didahului dengan pemberian kontrak lain untuk Scytalys di wilayah timur, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Korea Selatan dan Jepang. Perusahaan siap untuk memanfaatkan tren global dalam melipat gandakan nilai tambah dari berbagai aset pertahanan dengan menghubungkannya bersama-sama," kata Nick Papatsas, Anggota Dewan Scytalys, mewakili EFA Group, pemilik utama Scytalys.
Perusahaan negeri para dewa itu mengatakan, C4ISR sangat dibutuhkan bagi negara manapun di dunia termasuk Indonesia untuk menghadapi peperangan modern. Sebab semua komando operasi dalam perang akan berada dalam satu pusat komando yang berjaringan.
Rp 730 Miliar untuk C4ISR TNI
Perusahaan raksasa negeri dewa Yunani, Scytalys dipastikan telah menjadi penguasa atas pembangunan sistem pertahanan terintegritas pertahanan darat, laut dan udara Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Kepastian Scytalys akan menancapkan kukunya di Indonesia diketahui dari siaran resmi yang diterbitkan situs mereka.
Dikutip VIVA Militer, Sabtu 15 Agustus 2020, disebutkan dalam kesepakatan kontrak dengan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Scytalys mendapatkan nilai kontrak sebesar 49 juta Dollar Amerika atau setara Rp 730 miliar.
Dan Scytalys mengaku kontrak sebesar itu didapatkan dari kementerian yang dipimpin Letnan Jenderal (purn) Prabowo Subianto melalui tender terbuka dan transparan.
Scytalys menerangkan, dana sebesar itu akan digunakan untuk membangun beberapa elemen yang akan menguatkan sistem pertahanan TNI yang terpusat atau disebut dengan Command, Control, Communication, Computer, Intellegence, Surveilance, and Reconnaisance (C4ISR).
"Pusat operasi jaringan layanan ke masa depan. Scytalys berkomitmen dalam memberikan solusi siap pakai yang akan sepenuhnya memenuhi persyaratan Kementerian Pertahanan Indonesia," kata CEO Scytalys, Dimitris Karantzavelos. Indonesia bukan negara pertama di Asia yang membangun sistem C4ISR. Jauh sebelumnya sudah ada Jepang dan Korea Selatan. Selain membangun sistem C4ISR, Scytalys juga pernah membangun sistem penglihatan malam dan pencitraan termal bernama Theon Sensors.
Scytalys mengatakan, C4ISR sangat dibutuhkan bagi negara manapun di dunia termasuk Indonesia untuk menghadapi peperangan modern. Sebab semua komando operasi dalam perang akan berada dalam satu pusat komando yang berjaringan.
♖ VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.