Kapal Perang Bangladesh RusakGelombang kejut terlihat saat terjadi ledakan di daerah pelabuhan Beirut, Lebanon. [Foto: Instagram @Karim Sokhn/via REUTERS]
KRI Sultan Hasanuddin 366 yang tergabung dalam Maritim Task Force United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) terhindar dari ledakan di Lebanon. Namun, tidak dengan kapal perang milik Bangladesh yang tergabung dalam gugus tugas pasukan perdamaian PBB itu.
Maritim Task Force UNIFIL berisi kapal-kapal perang dari Brasil, Jerman, Yunani, Indonesia, dan Turki. Saat kejadian, kapal perang Angkatan Laut Bangladesh, BNS Bijoy, sedang sandar di pelabuhan Beirut, sementara kapal yang lain berada di tempat lain.
KRI Sultan Hasanuddin, misalnya, saat kejadian sedang berlayar ke Mersin, Turki.
Mersin memang bukan tempat asing bagi KRI Sultan Hasanuddin. Beberapa kali kapal perang ini ke Mersin dalam rangka berbagai keperluan. Misalnya untuk docking atau pemeliharaan, suplai logistik, hingga port visit untuk mempererat hubungan Indonesia-Turki.
"Saat kejadian kemarin KRI Sultan Hasanudin, kapal perang kita dengan 120 (personel) pasukan dan sebuah helikopter militer yang canggih itu sedang melakukan patroli. Bahkan sampai ke luar perairan Lebanon, yaitu menuju ke pelabuhan Mersin di Turki," kata Dubes RI untuk Lebanon Hajriyanto Y Thohari dalam siaran live bersama kumparan, Rabu (5/8).
Jika melihat website perjalanan kapal Marine Traffic, terdapat informasi bahwa KRI Sultan Hasanuddin berada di pelabuhan Mersin, Turki, setelah berlayar 12 hari dari pelabuhan Beirut.
Malang tak dapat ditolak, ketika ledakan terjadi kawasan pelabuhan Beirut pada Selasa (4/8) sore, kapal perang BNS Bijoy menjadi korban.
Kapal perang itu mengalami kerusakan cukup parah. Sekitar 21 personel AL Bangladesh terluka, 1 di antaranya kritis dan 5 luka sedang.
“Salah satu kapal UNIFIL dari Maritime Task Force yang berlabuh di pelabuhan rusak, menyebabkan beberapa penjaga perdamaian Angkatan Laut UNIFIL terluka - beberapa dari mereka luka serius,” demikian pernyataan tertulis UNIFIL. “UNIFIL mengangkut para penjaga perdamaian yang terluka ke rumah sakit terdekat untuk perawatan medis. UNIFIL saat ini sedang menilai situasi, termasuk skala dampak pada personel UNIFIL,” imbuhnya.
“Kami bersama rakyat dan Pemerintah Lebanon selama masa sulit ini dan siap untuk membantu dan memberikan bantuan dan dukungan,” ungkap Kepala Misi dan Komandan Pasukan UNIFIL Mayor Jenderal Del Col.
Ledakan di Lebanon karena Kelalaian
Penyelidikan awal menunjukkan bahwa kelalaian jadi faktor meledaknya gudang penyimpanan amonium nitrat di pelabuhan Beirut, Lebanon.
Ledakan itu merupakan bencana mahadahsyat di Lebanon. Lebih dari 100 orang tewas dan 4.000 lainnya menderita luka.
Dugaan kelalaian tersebut senada dengan keterangan Presiden dan Perdana Menteri Lebanon. Sebelumnya, mereka menyatakan, gudang di pelabuhan Beirut yang meledak menyimpan 2.750 ton amonium nitrat, senyawa kimia yang biasa dipakai untuk bahan pupuk dan bahan peledak.
Bahan berbahaya tersebut tersimpan selama enam tahun tanpa prosedur keamanan ketat.
♖ Kumparan
KRI Sultan Hasanuddin 366 yang tergabung dalam Maritim Task Force United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) terhindar dari ledakan di Lebanon. Namun, tidak dengan kapal perang milik Bangladesh yang tergabung dalam gugus tugas pasukan perdamaian PBB itu.
Maritim Task Force UNIFIL berisi kapal-kapal perang dari Brasil, Jerman, Yunani, Indonesia, dan Turki. Saat kejadian, kapal perang Angkatan Laut Bangladesh, BNS Bijoy, sedang sandar di pelabuhan Beirut, sementara kapal yang lain berada di tempat lain.
KRI Sultan Hasanuddin, misalnya, saat kejadian sedang berlayar ke Mersin, Turki.
Mersin memang bukan tempat asing bagi KRI Sultan Hasanuddin. Beberapa kali kapal perang ini ke Mersin dalam rangka berbagai keperluan. Misalnya untuk docking atau pemeliharaan, suplai logistik, hingga port visit untuk mempererat hubungan Indonesia-Turki.
"Saat kejadian kemarin KRI Sultan Hasanudin, kapal perang kita dengan 120 (personel) pasukan dan sebuah helikopter militer yang canggih itu sedang melakukan patroli. Bahkan sampai ke luar perairan Lebanon, yaitu menuju ke pelabuhan Mersin di Turki," kata Dubes RI untuk Lebanon Hajriyanto Y Thohari dalam siaran live bersama kumparan, Rabu (5/8).
Jika melihat website perjalanan kapal Marine Traffic, terdapat informasi bahwa KRI Sultan Hasanuddin berada di pelabuhan Mersin, Turki, setelah berlayar 12 hari dari pelabuhan Beirut.
Malang tak dapat ditolak, ketika ledakan terjadi kawasan pelabuhan Beirut pada Selasa (4/8) sore, kapal perang BNS Bijoy menjadi korban.
Kapal perang itu mengalami kerusakan cukup parah. Sekitar 21 personel AL Bangladesh terluka, 1 di antaranya kritis dan 5 luka sedang.
“Salah satu kapal UNIFIL dari Maritime Task Force yang berlabuh di pelabuhan rusak, menyebabkan beberapa penjaga perdamaian Angkatan Laut UNIFIL terluka - beberapa dari mereka luka serius,” demikian pernyataan tertulis UNIFIL. “UNIFIL mengangkut para penjaga perdamaian yang terluka ke rumah sakit terdekat untuk perawatan medis. UNIFIL saat ini sedang menilai situasi, termasuk skala dampak pada personel UNIFIL,” imbuhnya.
“Kami bersama rakyat dan Pemerintah Lebanon selama masa sulit ini dan siap untuk membantu dan memberikan bantuan dan dukungan,” ungkap Kepala Misi dan Komandan Pasukan UNIFIL Mayor Jenderal Del Col.
Ledakan di Lebanon karena Kelalaian
Penyelidikan awal menunjukkan bahwa kelalaian jadi faktor meledaknya gudang penyimpanan amonium nitrat di pelabuhan Beirut, Lebanon.
Ledakan itu merupakan bencana mahadahsyat di Lebanon. Lebih dari 100 orang tewas dan 4.000 lainnya menderita luka.
Dugaan kelalaian tersebut senada dengan keterangan Presiden dan Perdana Menteri Lebanon. Sebelumnya, mereka menyatakan, gudang di pelabuhan Beirut yang meledak menyimpan 2.750 ton amonium nitrat, senyawa kimia yang biasa dipakai untuk bahan pupuk dan bahan peledak.
Bahan berbahaya tersebut tersimpan selama enam tahun tanpa prosedur keamanan ketat.
♖ Kumparan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.