Trump: Itu Serangan BomLedakan dahsyat yang mengguncang Beirut, Ibu Kota Lebanon, Selasa (4/8/2020). [Foto/RIA Novosti]
Ledakan dahsyat di Beirut, Ibu Kota Lebanon, pada hari Selasa menewaskan 73 orang dan melukai ribuan lainnya. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump menyebut ledakan itu serangan bom.
Trump menyampaikan simpatinya kepada rakyat Lebanon atas tragedi ledakan di Beirut. Keyakinannya bahwa itu hasil serangan bom berdasarkan analisis para petinggi militer Amerika.
Namun, Presiden Michel Aoun menyimpulkan tragedi ini merupakan kecelakaan industri, bukan serangan.
Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa dia mengirim simpati terdalam Amerika kepada rakyat Lebanon setelah ledakan di Pelabuhan Beirut. "Doa kami ditujukan kepada semua korban dan keluarga mereka," kata Trump.
"AS siap membantu. Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan rakyat Lebanon dan kami akan berada di sana untuk membantu," katanya lagi.
"Sepertinya itu serangan yang mengerikan," ujarnya, ktika seorang jurnalis meminta klarifikasi atas pernyataannya. Trump kemudian berkata, "itu semacam bom."
"Itu akan terlihat seperti (serangan) yang didasarkan pada ledakan. Saya telah bertemu dengan beberapa jenderal besar kita dan mereka sepertinya merasakan itu. Ini bukan semacam peristiwa ledakan manufaktur. Ini sepertinya (serangan), menurut mereka, mereka akan tahu lebih baik daripada saya, tetapi mereka tampaknya berpikir itu adalah serangan," paparnya, seperti dilansir Sputniknews, Rabu (5/8/2020).
Sebelumnya, Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengatakan ledakan itu disebabkan oleh 2.750 ton amonium nitrat yang dibiarkan tidak aman di gudang dekat pelabuhan selama lebih dari enam tahun.
"Saya tidak akan beristirahat sampai kita menemukan orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi, untuk membuatnya bertanggung jawab dan menjatuhkan hukuman paling berat," kata Diab.
Diab juga telah mendesak Presiden Libanon Michel Aoun untuk mengumumkan keadaan darurat untuk dua minggu ke depan. Dewan pertahanan tertinggi telah menyatakan Beirut sebagai kota yang dilanda bencana.
Hari Rabu telah dinyatakan sebagai hari berkabung nasional di Lebanon.
Israel dan Hizbullah Saling Bantah Jadi Biang Ledakan Beirut
Israel dan kelompok Hizbullah sama-sama membantah bertanggung jawab atas ledakan dahsyat di Beirut, Ibu Kota Lebanon, yang menewaskan 73 orang dan melukai ribuan lainnya. Ledakan mengerikan ini terjadi Selasa malam waktu setempat.
Otoritas keamanan Lebanon mengatakan ledakan besar terjadi tak lama setelah pukul 18.00 waktu setempat di daerah pelabuhan Beirut di mana bahan-bahan yang sangat eksplosif disimpan.
Media lokal melaporkan ledakan itu terjadi di depot kembang api di dekat pelabuhan. Sedangkan Menteri Kesehatan Lebanon Hamad Hassan awalnya mengatakan sebuah kapal yang membawa kembang api meledak di pelabuhan.
Dalam sebuah pernyataan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membantah bertanggung jawab atas ledakan di Beirut. Pejabat pemerintah Israel sebelumnya menuduh Hizbullah menggunakan pelabuhan Beirut untuk mengangkut senjata, dan sementara ini tidak ada bukti yang dihasilkan untuk mendukung tuduhan ini.
Direktur Eksekutif Human Rights Watch, Ken Roth, menyalahkan Hizbullah. Namun, dia tidak menunjukkan bukti. "Ledakan ini adalah cara Hizbullah mengatakan jangan main-main dengan kami karena diduga membunuh mantan PM Lebanon Hariri," tulis dia di Twitter, yang buru-buru dihapus.
Direktur Keamanan Umum Lebanon Mayor Jenderal Abbas Ibrahim mengklaim roket Israel bertanggung jawab atas ledakan besar di Beirut, yang dilaporkan terdengar hingga ke Siprus yang jaraknya lebih dari 150 mil.
Menurutnya, insiden itu terjadi di sebuah depot di pelabuhan tempat bahan peledak telah disimpan.
Klaim Ibrahim menggemakan pernyataan Hizbullah yang mengatakan "tidak ada kebenaran" untuk laporan awal Israel yang telah menghantam depot senjata milik kelompoknya. (min)
♖ Sindonews
Ledakan dahsyat di Beirut, Ibu Kota Lebanon, pada hari Selasa menewaskan 73 orang dan melukai ribuan lainnya. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump menyebut ledakan itu serangan bom.
Trump menyampaikan simpatinya kepada rakyat Lebanon atas tragedi ledakan di Beirut. Keyakinannya bahwa itu hasil serangan bom berdasarkan analisis para petinggi militer Amerika.
Namun, Presiden Michel Aoun menyimpulkan tragedi ini merupakan kecelakaan industri, bukan serangan.
Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa dia mengirim simpati terdalam Amerika kepada rakyat Lebanon setelah ledakan di Pelabuhan Beirut. "Doa kami ditujukan kepada semua korban dan keluarga mereka," kata Trump.
"AS siap membantu. Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan rakyat Lebanon dan kami akan berada di sana untuk membantu," katanya lagi.
"Sepertinya itu serangan yang mengerikan," ujarnya, ktika seorang jurnalis meminta klarifikasi atas pernyataannya. Trump kemudian berkata, "itu semacam bom."
"Itu akan terlihat seperti (serangan) yang didasarkan pada ledakan. Saya telah bertemu dengan beberapa jenderal besar kita dan mereka sepertinya merasakan itu. Ini bukan semacam peristiwa ledakan manufaktur. Ini sepertinya (serangan), menurut mereka, mereka akan tahu lebih baik daripada saya, tetapi mereka tampaknya berpikir itu adalah serangan," paparnya, seperti dilansir Sputniknews, Rabu (5/8/2020).
Sebelumnya, Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengatakan ledakan itu disebabkan oleh 2.750 ton amonium nitrat yang dibiarkan tidak aman di gudang dekat pelabuhan selama lebih dari enam tahun.
"Saya tidak akan beristirahat sampai kita menemukan orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi, untuk membuatnya bertanggung jawab dan menjatuhkan hukuman paling berat," kata Diab.
Diab juga telah mendesak Presiden Libanon Michel Aoun untuk mengumumkan keadaan darurat untuk dua minggu ke depan. Dewan pertahanan tertinggi telah menyatakan Beirut sebagai kota yang dilanda bencana.
Hari Rabu telah dinyatakan sebagai hari berkabung nasional di Lebanon.
Israel dan Hizbullah Saling Bantah Jadi Biang Ledakan Beirut
Israel dan kelompok Hizbullah sama-sama membantah bertanggung jawab atas ledakan dahsyat di Beirut, Ibu Kota Lebanon, yang menewaskan 73 orang dan melukai ribuan lainnya. Ledakan mengerikan ini terjadi Selasa malam waktu setempat.
Otoritas keamanan Lebanon mengatakan ledakan besar terjadi tak lama setelah pukul 18.00 waktu setempat di daerah pelabuhan Beirut di mana bahan-bahan yang sangat eksplosif disimpan.
Media lokal melaporkan ledakan itu terjadi di depot kembang api di dekat pelabuhan. Sedangkan Menteri Kesehatan Lebanon Hamad Hassan awalnya mengatakan sebuah kapal yang membawa kembang api meledak di pelabuhan.
Dalam sebuah pernyataan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membantah bertanggung jawab atas ledakan di Beirut. Pejabat pemerintah Israel sebelumnya menuduh Hizbullah menggunakan pelabuhan Beirut untuk mengangkut senjata, dan sementara ini tidak ada bukti yang dihasilkan untuk mendukung tuduhan ini.
Direktur Eksekutif Human Rights Watch, Ken Roth, menyalahkan Hizbullah. Namun, dia tidak menunjukkan bukti. "Ledakan ini adalah cara Hizbullah mengatakan jangan main-main dengan kami karena diduga membunuh mantan PM Lebanon Hariri," tulis dia di Twitter, yang buru-buru dihapus.
Direktur Keamanan Umum Lebanon Mayor Jenderal Abbas Ibrahim mengklaim roket Israel bertanggung jawab atas ledakan besar di Beirut, yang dilaporkan terdengar hingga ke Siprus yang jaraknya lebih dari 150 mil.
Menurutnya, insiden itu terjadi di sebuah depot di pelabuhan tempat bahan peledak telah disimpan.
Klaim Ibrahim menggemakan pernyataan Hizbullah yang mengatakan "tidak ada kebenaran" untuk laporan awal Israel yang telah menghantam depot senjata milik kelompoknya. (min)
♖ Sindonews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.