Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menegaskan pengadaan alutsista akan memuat kandungan lokal serta transfer teknologi Ilustrasi FAC 55, kapal cepat Turki, mampu dipacu hingga 55 knots [defenceturk} ☆
Pemerintah Indonesia memastikan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari luar negeri nantinya akan dibangun di dalam negeri.
Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto mengatakan kerja sama pengadaan alutsista tersebut nantinya akan menguntungkan Indonesia dengan menerapkan syarat kerja sama berupa imbal dagang, kandungan lokal dan transfer teknologi.
Dalam rapat pleno Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) yang digelar pada Kamis, Prabowo yang juga menjabat sebagai Ketua Harian KKIP menyatakan pembangunan alutsista di dalam negeri serta kewajiban memuat kandungan lokal untuk menuju kemandirian pertahanan Indonesia.
"Paradigma belanja pertahanan harus diubah menjadi suatu investasi pertahanan," jelas Prabowo dalam keterangan resmi Kementerian Pertahanan yang dirilis pada Jumat.
“Ini dengan strategi kurang lebih 40 persen dalam pengadaan wajib dibelanjakan di dalam negeri," tambah dia.
Ilustrasi Rafale Perancis
Menhan juga menilai perlunya suatu Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang, sehingga dapat menjadi rujukan untuk membangun kemandirian industri pertahanan.
Sebelumnya, kerja sama pengadaan alutsista dari luar negeri yang membuahkan hasil berupa pembangunan di dalam negeri di antaranya adalah pembuatan Tank Harimau dengan Turki serta pembuatan kapal selam kelas Changbogo dengan Korea Selatan Alugoro-405.
Sementara itu dalam rencana pengadaan beberapa tahun ke depan, Indonesia akan membeli puluhan pesawat dan kapal selam.
Dalam dokumen Rapat Pimpinan TNI 2021 yang diterima Anadolu Agency, Indonesia rencananya akan membeli 36 unit pesawat Rafale dan 8 unit pesawat F-15 EX.
Pemerintah Indonesia memastikan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari luar negeri nantinya akan dibangun di dalam negeri.
Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto mengatakan kerja sama pengadaan alutsista tersebut nantinya akan menguntungkan Indonesia dengan menerapkan syarat kerja sama berupa imbal dagang, kandungan lokal dan transfer teknologi.
Dalam rapat pleno Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) yang digelar pada Kamis, Prabowo yang juga menjabat sebagai Ketua Harian KKIP menyatakan pembangunan alutsista di dalam negeri serta kewajiban memuat kandungan lokal untuk menuju kemandirian pertahanan Indonesia.
"Paradigma belanja pertahanan harus diubah menjadi suatu investasi pertahanan," jelas Prabowo dalam keterangan resmi Kementerian Pertahanan yang dirilis pada Jumat.
“Ini dengan strategi kurang lebih 40 persen dalam pengadaan wajib dibelanjakan di dalam negeri," tambah dia.
Ilustrasi Rafale Perancis
Menhan juga menilai perlunya suatu Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang, sehingga dapat menjadi rujukan untuk membangun kemandirian industri pertahanan.
Sebelumnya, kerja sama pengadaan alutsista dari luar negeri yang membuahkan hasil berupa pembangunan di dalam negeri di antaranya adalah pembuatan Tank Harimau dengan Turki serta pembuatan kapal selam kelas Changbogo dengan Korea Selatan Alugoro-405.
Sementara itu dalam rencana pengadaan beberapa tahun ke depan, Indonesia akan membeli puluhan pesawat dan kapal selam.
Dalam dokumen Rapat Pimpinan TNI 2021 yang diterima Anadolu Agency, Indonesia rencananya akan membeli 36 unit pesawat Rafale dan 8 unit pesawat F-15 EX.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.