🛩 ... Infografis N219 Amfibi PTDI [detik] ☆
Gagasan pesawat N219 sebagai pesawat terbang laut (seaplane) terus berkembang. Pemerintah melibatkan beberapa perguruan tinggi untuk rencana pengembangan ide itu. Institut Teknologi Bandung (ITB) misalnya, kebagian meneliti bahan antikorosi untuk pesawat akibat air laut.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan mengajak ITB mengembangkan teknologi pesawat laut (seaplane). Pesawat terbang itu jenis N219 buatan PT Dirgantara Indonesia.
“Jadi ITB bersama-sama dengan peneliti Balitbang berusaha menjawab masalah yang telah diidentifikasi oleh Kemenhub,” kata Rektor ITB Reini Wirahadikusumah.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan Umar Haris datang ke Rektorat ITB, Jumat 21 Mei 2021. Selain dengan ITB, pihaknya menjalin kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia.
“Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan dapat terjalin suatu kerja sama yang strategis dan implementatif untuk kedua belah pihak serta dapat menjadi landasan untuk menjawab tantangan yang ada saat ini maupun ke depannya," kata Umar di laman resmi ITB.
Menurut Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan ITB Sigit P. Santosa, peluang pasar pesawat terbang laut dari jenis N219 cukup besar karena Indonesia adalah negara maritim.
ITB telah membangun tim di Fakultas Teknologi Mesin dan Dirgantara (FTMD) bersama PT Dirgantara Indonesia (DI) serta Balitbang Kemenhub untuk pengembangannya.
Sigit mengatakan, kerja sama ITB dengan PT Dirgantara Indonesia mengenai rancang bangun pesawat N-219 Amphibi. “Sedang dikembangkan material komposit yang tentunya nanti bisa menjadi solusi risiko korosi di laut,” katanya Jumat, 21 Mei 2021. Adapun kerja sama kebijakan seaplane dilakukan Kemenhub dengan Universitas Gadjah Mada.
Program Manager PTDI untuk N219 Budi Sampurno mengatakan pihaknya menargetkan 80 persen penjualan di dalam negeri. Target utamanya adalah sektor pariwisata karena sudah banyak lokasi-lokasi wisata seperti resort. “Harapannya kerja sama ini bisa menguasai teknologi seaplane,” katanya di laman ITB.
Menurutnya, teknologi yang bisa dipakai untuk pesawat N219 adalah teknologi full composite untuk efisiensi berat dan menghindari korosi yang menjadi tantangan utama seaplane.
Sebelumnya diberitakan pemerintah akan mengembangkan pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional itu agar bisa juga mendarat di perairan.
Kini pengembangan N219 sudah memasuki tahun kedua dan saat ini masih dalam tahap Preliminary Design, untuk kemudian dilanjutkan ke tahap Prototyping and Structure Test, Development Test, dan ditargetkan memperoleh Aircfrat Type Certificate pada 2024.
Gagasan pesawat N219 sebagai pesawat terbang laut (seaplane) terus berkembang. Pemerintah melibatkan beberapa perguruan tinggi untuk rencana pengembangan ide itu. Institut Teknologi Bandung (ITB) misalnya, kebagian meneliti bahan antikorosi untuk pesawat akibat air laut.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan mengajak ITB mengembangkan teknologi pesawat laut (seaplane). Pesawat terbang itu jenis N219 buatan PT Dirgantara Indonesia.
“Jadi ITB bersama-sama dengan peneliti Balitbang berusaha menjawab masalah yang telah diidentifikasi oleh Kemenhub,” kata Rektor ITB Reini Wirahadikusumah.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan Umar Haris datang ke Rektorat ITB, Jumat 21 Mei 2021. Selain dengan ITB, pihaknya menjalin kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia.
“Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan dapat terjalin suatu kerja sama yang strategis dan implementatif untuk kedua belah pihak serta dapat menjadi landasan untuk menjawab tantangan yang ada saat ini maupun ke depannya," kata Umar di laman resmi ITB.
Menurut Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan ITB Sigit P. Santosa, peluang pasar pesawat terbang laut dari jenis N219 cukup besar karena Indonesia adalah negara maritim.
ITB telah membangun tim di Fakultas Teknologi Mesin dan Dirgantara (FTMD) bersama PT Dirgantara Indonesia (DI) serta Balitbang Kemenhub untuk pengembangannya.
Sigit mengatakan, kerja sama ITB dengan PT Dirgantara Indonesia mengenai rancang bangun pesawat N-219 Amphibi. “Sedang dikembangkan material komposit yang tentunya nanti bisa menjadi solusi risiko korosi di laut,” katanya Jumat, 21 Mei 2021. Adapun kerja sama kebijakan seaplane dilakukan Kemenhub dengan Universitas Gadjah Mada.
Program Manager PTDI untuk N219 Budi Sampurno mengatakan pihaknya menargetkan 80 persen penjualan di dalam negeri. Target utamanya adalah sektor pariwisata karena sudah banyak lokasi-lokasi wisata seperti resort. “Harapannya kerja sama ini bisa menguasai teknologi seaplane,” katanya di laman ITB.
Menurutnya, teknologi yang bisa dipakai untuk pesawat N219 adalah teknologi full composite untuk efisiensi berat dan menghindari korosi yang menjadi tantangan utama seaplane.
Sebelumnya diberitakan pemerintah akan mengembangkan pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional itu agar bisa juga mendarat di perairan.
Kini pengembangan N219 sudah memasuki tahun kedua dan saat ini masih dalam tahap Preliminary Design, untuk kemudian dilanjutkan ke tahap Prototyping and Structure Test, Development Test, dan ditargetkan memperoleh Aircfrat Type Certificate pada 2024.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.