Hadapi Ancaman Militer dan Hibrida KRI dr Soeharso milik TNI AL berada di dekat Kapal World Dream saat evakuasi WNI awak kapal di Selat Durian Kepulauan Riau, 26 Februari 2020. Sebanyak 188 awak kapal World Dream dievakuasi menggunakan KRI dr Soeharso menuju tempat observasi COVID-19 di Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu. (Dok. Dispenal) ★
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan akan menerapkan strategi empat operasi gabungan matra laut guna menghadapi ancaman militer dan hibrida.
"Yaitu operasi laut gabungan, operasi amfibi, operasi pendaratan administrasi, dan operasi pertahanan pantai yang didukung komponen cadangan dan komponen pendukung yang sudah dilatih dan disiapkan," ujar Yudo dalam Seminar Nasional Seskoal 2021, dikutip dari kanal Youtube Sesko TNI AL, Rabu (23/6/2021).
Indonesia sebagai negara kepulauan, kata Yudo, memerlukan pertahanan maritim yang kuat dan proporsional.
Pertahanan maritim tersebut mencakup wilayah laut, udara, dan darat, yang dapat menghadapi segala potensi ancaman yang ada.
Untuk itu, perumusan sistem pertahanan negara perlu melibatkan seluruh komponen, baik militer maupun sipil.
"Perlu ada kerja sama antara TNI, akademisi, maupun pihak pengambil kebijakan dalam perspektif negara kepulauan," terang Yudo.
Yudo mengatakan, TNI AL saat ini telah memiliki tiga Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan), yakni Kogabwilhan I, Kogabwilhan II, dan Kogabwilahan III.
Ketiganya secara terkoordinasi dan terintegrasi satu sama lain dan bertanggung jawab menghadapi ancaman yang datang dari tiga penjuru.
Ia menambahkan, hingga kini kekuatan TNI AL telah mempunyai tujuh kemampuan.
Antara lain kemampuan intelijen, pertahanan, diplomasi, dukungan, pengendalian wilayah pertahanan laut, survei, dan pemetaan hidro-oseanografi yang berperan penting dalam penyediaan data hidro-oseanografi.
"Untuk kepentingan keselamatan navigasi dan tentunya untuk mendukung tugas TNI dalam operasi militer perang maupun operasi militer selain perang," imbuh dia.
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan akan menerapkan strategi empat operasi gabungan matra laut guna menghadapi ancaman militer dan hibrida.
"Yaitu operasi laut gabungan, operasi amfibi, operasi pendaratan administrasi, dan operasi pertahanan pantai yang didukung komponen cadangan dan komponen pendukung yang sudah dilatih dan disiapkan," ujar Yudo dalam Seminar Nasional Seskoal 2021, dikutip dari kanal Youtube Sesko TNI AL, Rabu (23/6/2021).
Indonesia sebagai negara kepulauan, kata Yudo, memerlukan pertahanan maritim yang kuat dan proporsional.
Pertahanan maritim tersebut mencakup wilayah laut, udara, dan darat, yang dapat menghadapi segala potensi ancaman yang ada.
Untuk itu, perumusan sistem pertahanan negara perlu melibatkan seluruh komponen, baik militer maupun sipil.
"Perlu ada kerja sama antara TNI, akademisi, maupun pihak pengambil kebijakan dalam perspektif negara kepulauan," terang Yudo.
Yudo mengatakan, TNI AL saat ini telah memiliki tiga Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan), yakni Kogabwilhan I, Kogabwilhan II, dan Kogabwilahan III.
Ketiganya secara terkoordinasi dan terintegrasi satu sama lain dan bertanggung jawab menghadapi ancaman yang datang dari tiga penjuru.
Ia menambahkan, hingga kini kekuatan TNI AL telah mempunyai tujuh kemampuan.
Antara lain kemampuan intelijen, pertahanan, diplomasi, dukungan, pengendalian wilayah pertahanan laut, survei, dan pemetaan hidro-oseanografi yang berperan penting dalam penyediaan data hidro-oseanografi.
"Untuk kepentingan keselamatan navigasi dan tentunya untuk mendukung tugas TNI dalam operasi militer perang maupun operasi militer selain perang," imbuh dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.