Ilustrasi penampakan Rafale dan A400, akan menjadi kekuatan TNI AU masa depan [ist] ★
TNI AU terus memperkuat kemampuan tempurnya. Setelah berhasil mengakuisisi jet tempur Dassault Rafale, Prancis, kini sejumlah alutsista modern dan canggih bakal masuk dalam daftar pengadaan.
Rencana pengadaan sejumlah alutsista terbaru tersebut diungkapkan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dalam bukunya berjudul “Plan Bobcat: Transformasi Menuju Angkatan Udara yang Disegani di Kawasan”
”Dalam membangun postur TNI AU di masa depan, sebelum merancang sistem persenjataan yang dibutuhkan, perlu dirumuskan landasan konseptual tentang peran TNI AU di masa perang dan damai serta perannya dalam konteks pertahanan, ekonomi dan kehidupan sosial di Indonesia,” tulis Fadjar yang dikutip SINDOnews, Minggu (20/2/2022).
Sebagai negara kepulauan terbesar kedua di dunia, sambung Fadjar, Indonesia berada tepat di tengah kawasan yang menjadi pusat perhatian politik dunia yaitu, Indo Pasifik. Di mana kawasan ini kental dengan rivalitas hegemonik antara Amerika Serikat dan China. Saat ini, situasi di kawasan Indo Pasifik penuh ketidakpastian. Kondisi ini pun mendorong sejumlah negara-negara di kawasan memperkuat militernya.
“Menyikapi kondisi tesebut sudah sepantasnya kekuatan militer Indonesia terutama matra udara diperkuat sehingga dapat membangun pertahanan negaranya dari intimidasi dan serangan pihak asing. Jika Indonesia lemah maka Indonesia sulit menegakkan kedaulatan wilayahnya di tengah meningkatnya ketegangan antar ekstra mural,” ucap mantan Pangkoops I ini.
Plan Bobcat
Plan Bobcat
Dalam konsep Plan Bobcat, sambung mantan Pangkogabwilhan II ini, TNI AU berupaya membangun airpower-nya demi menjaga kedaulatan nasional dan meningkatkan peran Indonesia di Asia Tenggara dan kawasan Indo Pasifik. Ada tiga variabel untuk mendukung pembangunan airpower yang dijabarkan dalam Plan Bobcat. Ketiganya mencakup organisasi, teknologi dan kesiapan operasi.
Dari segi organisasi, TNI AU dituntut untuk mampu membangun struktur organisasi yang lebih adaptif, efektif namun tetap efisien. Sedangkan dari segi teknologi, TNI AU harus mencapai hasil yang diinginkan dari pembangunan airpower mencakup kendali udara, serangan udara, intelligence, surveillance and reconnaissance (ISR).
Dalam peran kendali udara dan serangan udara, saat ini TNI AU telah mengakuisisi pesawat tempur multi peran generasi 4,5 Dassault Rafale yang dilengkapi dengan berbagai variasi persenjataan berupa peluru kendali (rudal) dari udara ke udara, rudal udara ke darat, rudal antikapal permukaan dan antikapal selam serta antiradar. Selain itu juga dilengkapi rudal Pertahanan Udara (Arhanud) jarak pendek, sedang dan jarak jauh yang dilengkapi dengan radar aktif dan pasif.
”Untuk peluru kendali Arhanud, di dalamnya termasuk sistem pertahanan udara berbasis darat, baik jarak jauh, menengah dan pendek. Penggelaran radar dan senjata anti pesawat/rudal sangat krusial sebagai sistem deteksi dini dalam mengawasi pergerakan objek konvensional maupun yang bersifat stealth atau siluman,” ucapnya.
Untuk rudal Hanud jarang menengah, Fadjar menyebut, TNI AU telah mengoperasikan NASAMS II. Rencananya, jumlah rudal tersebut akan terus ditambah. Sedangkan, untuk rudal jarak jauh, Kementerian Pertahanan (Kemhan) saat ini telah merencanakan pengadaan rudal tersebut mengingat alutsista ini sangat strategis dalam memperkuat pertahanan udara Indonesia.
Dalam mendukung pertempuran udara, mantan Danlanud Halim Perdanakusuma ini menyebut, TNI AU akan mengadakan sejumlah alutsista terbaru yang tentunya sangat canggih dan modern seperti pesawat angkut A400M Atlas, C-130 J Super Hercules, CN 295/CN 235, Helikopter AW 101, Helikopter H-225 M Caracal, Helikopter EC 725 Caracal, dan helikopter angkut berat sekelas CH -47 F Chinook.
”Dalam peran ISR, pengadaan pesawat intai strategis merupakan kebutuhan vital TNI AU. Sebab dalam perang modern peran pesawat pesawat AEW&C sangat penting sebagai mata, telinga dan otaknya pertempuran,” ucapnya.
Senada, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengapresiasi Plan Bobcat KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo. Menurut Prabowo, sesuai dengan kebijakan pertahanan negara pada 2020-2024, Indonesia membutuhkan gagasan visioner dalam membangunan kekuatan pertahanan.
”TNI sekali lagi harus mengakuisisi teknologi persenjataan game changer atau minimal mengakuisisi sistem persenjataan penangkalnya. Wajah TNI di 2045 memang harus mengadopsi teknologi maju. Kita harus mampu mewujudkan kekuatan pertahanan yang mumpuni dan tangguh serta disegani di kawasan,” tegasnya. (cip)
TNI AU terus memperkuat kemampuan tempurnya. Setelah berhasil mengakuisisi jet tempur Dassault Rafale, Prancis, kini sejumlah alutsista modern dan canggih bakal masuk dalam daftar pengadaan.
Rencana pengadaan sejumlah alutsista terbaru tersebut diungkapkan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dalam bukunya berjudul “Plan Bobcat: Transformasi Menuju Angkatan Udara yang Disegani di Kawasan”
”Dalam membangun postur TNI AU di masa depan, sebelum merancang sistem persenjataan yang dibutuhkan, perlu dirumuskan landasan konseptual tentang peran TNI AU di masa perang dan damai serta perannya dalam konteks pertahanan, ekonomi dan kehidupan sosial di Indonesia,” tulis Fadjar yang dikutip SINDOnews, Minggu (20/2/2022).
Sebagai negara kepulauan terbesar kedua di dunia, sambung Fadjar, Indonesia berada tepat di tengah kawasan yang menjadi pusat perhatian politik dunia yaitu, Indo Pasifik. Di mana kawasan ini kental dengan rivalitas hegemonik antara Amerika Serikat dan China. Saat ini, situasi di kawasan Indo Pasifik penuh ketidakpastian. Kondisi ini pun mendorong sejumlah negara-negara di kawasan memperkuat militernya.
“Menyikapi kondisi tesebut sudah sepantasnya kekuatan militer Indonesia terutama matra udara diperkuat sehingga dapat membangun pertahanan negaranya dari intimidasi dan serangan pihak asing. Jika Indonesia lemah maka Indonesia sulit menegakkan kedaulatan wilayahnya di tengah meningkatnya ketegangan antar ekstra mural,” ucap mantan Pangkoops I ini.
Plan Bobcat
Plan Bobcat
Dalam konsep Plan Bobcat, sambung mantan Pangkogabwilhan II ini, TNI AU berupaya membangun airpower-nya demi menjaga kedaulatan nasional dan meningkatkan peran Indonesia di Asia Tenggara dan kawasan Indo Pasifik. Ada tiga variabel untuk mendukung pembangunan airpower yang dijabarkan dalam Plan Bobcat. Ketiganya mencakup organisasi, teknologi dan kesiapan operasi.
Dari segi organisasi, TNI AU dituntut untuk mampu membangun struktur organisasi yang lebih adaptif, efektif namun tetap efisien. Sedangkan dari segi teknologi, TNI AU harus mencapai hasil yang diinginkan dari pembangunan airpower mencakup kendali udara, serangan udara, intelligence, surveillance and reconnaissance (ISR).
Dalam peran kendali udara dan serangan udara, saat ini TNI AU telah mengakuisisi pesawat tempur multi peran generasi 4,5 Dassault Rafale yang dilengkapi dengan berbagai variasi persenjataan berupa peluru kendali (rudal) dari udara ke udara, rudal udara ke darat, rudal antikapal permukaan dan antikapal selam serta antiradar. Selain itu juga dilengkapi rudal Pertahanan Udara (Arhanud) jarak pendek, sedang dan jarak jauh yang dilengkapi dengan radar aktif dan pasif.
”Untuk peluru kendali Arhanud, di dalamnya termasuk sistem pertahanan udara berbasis darat, baik jarak jauh, menengah dan pendek. Penggelaran radar dan senjata anti pesawat/rudal sangat krusial sebagai sistem deteksi dini dalam mengawasi pergerakan objek konvensional maupun yang bersifat stealth atau siluman,” ucapnya.
Untuk rudal Hanud jarang menengah, Fadjar menyebut, TNI AU telah mengoperasikan NASAMS II. Rencananya, jumlah rudal tersebut akan terus ditambah. Sedangkan, untuk rudal jarak jauh, Kementerian Pertahanan (Kemhan) saat ini telah merencanakan pengadaan rudal tersebut mengingat alutsista ini sangat strategis dalam memperkuat pertahanan udara Indonesia.
Dalam mendukung pertempuran udara, mantan Danlanud Halim Perdanakusuma ini menyebut, TNI AU akan mengadakan sejumlah alutsista terbaru yang tentunya sangat canggih dan modern seperti pesawat angkut A400M Atlas, C-130 J Super Hercules, CN 295/CN 235, Helikopter AW 101, Helikopter H-225 M Caracal, Helikopter EC 725 Caracal, dan helikopter angkut berat sekelas CH -47 F Chinook.
”Dalam peran ISR, pengadaan pesawat intai strategis merupakan kebutuhan vital TNI AU. Sebab dalam perang modern peran pesawat pesawat AEW&C sangat penting sebagai mata, telinga dan otaknya pertempuran,” ucapnya.
Senada, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengapresiasi Plan Bobcat KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo. Menurut Prabowo, sesuai dengan kebijakan pertahanan negara pada 2020-2024, Indonesia membutuhkan gagasan visioner dalam membangunan kekuatan pertahanan.
”TNI sekali lagi harus mengakuisisi teknologi persenjataan game changer atau minimal mengakuisisi sistem persenjataan penangkalnya. Wajah TNI di 2045 memang harus mengadopsi teknologi maju. Kita harus mampu mewujudkan kekuatan pertahanan yang mumpuni dan tangguh serta disegani di kawasan,” tegasnya. (cip)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.