Rusia memperingatkan Inggris, bahwa jika terus memprovokasi Ukraina untuk menyerang sasaran di Rusia maka akan ada 'tanggapan proporsional' segera.Ilustrasi, Drone Ukraina tertembak ☆
Rusia memperingatkan Inggris pada Selasa (26/4/2022), bahwa jika terus memprovokasi Ukraina untuk menyerang sasaran di Rusia maka akan ada "tanggapan proporsional" segera.
Kementerian Pertahanan Rusia mengutip pernyataan dari Menteri Angkatan Bersenjata Inggris James Heappey yang mengatakan kepada radio BBC, bahwa sepenuhnya sah bagi Ukraina untuk memburu target di kedalaman Rusia untuk mengganggu jalur logistik dan pasokan.
“Kami ingin menggarisbawahi bahwa provokasi langsung London terhadap rezim Kyiv ke dalam tindakan seperti itu, jika tindakan tersebut dilakukan, akan segera mengarah pada respons proporsional kami,” kata Kementerian Pertahanan Rusia.
“Seperti yang telah kami peringatkan, Angkatan Bersenjata Rusia siap sepanjang waktu untuk meluncurkan serangan balasan dengan senjata jarak jauh berpresisi tinggi di pusat pengambilan keputusan di Kyiv,” tambah pernyataan Kementerian, dilansir dari Reuters.
Kementerian Pertahanan juga mengatakan bahwa serangan Rusia semacam tidak akan menjadi masalah untuk dilakukan jika perwakilan dari negara Barat tertentu ditempatkan di pusat pengambilan keputusan Ukraina.
Heappey dari Inggris sebelumnya mengatakan adalah sah bagi Ukraina untuk menyerang jalur logistik Rusia dan pasokan bahan bakar.
Dia juga mengakui senjata yang sekarang disediakan komunitas internasional memiliki jangkauan untuk digunakan di Rusia.
Dikutip dari Russia Today (RT), Inggris menjadi salah satu negara pemasok senjata utama Kyiv.
Inggris telah menuangkan ribuan rudal anti-tank ke negara itu menjelang operasi militer Rusia skala besar yang dimulai pada akhir Februari.
Perdana Menteri Boris Johnson baru-baru ini mengumumkan paket persenjataan berat tambahan senilai 100 juta pound sterling (130 juta dollar AS) untuk Kyiv, yang mencakup senjata anti-pesawat, drone, dan berbagai kendaraan lapis baja.
Selidiki Keberadaan Pasukan Khusus Inggris di Ukraina
Badan investigasi Rusia tengah menyelidiki laporan media yang menyebut kehadiran pasukan khusus militer Inggris, Special Air Service (SAS), di Ukraina.
Menurut laporan media Rusia, RIA Novosti, para ahli sabitase dari SAS telah dikerahkan ke Ukraina barat, sebagaimana dilansir Reuters, Sabtu (23/4/2022).
RIA Novosti mengutip seorang sumber keamanan Rusia yang mengatakan bahwa sekitar 20 anggota SAS telah dikirim ke wilayah Lviv.
SAS adalah pasukan elite militer Inggris yang dilatih untuk melakukan operasi khusus, penginderaan, dan kontra-terorisme.
Dalam sebuah pernyataan, Komite Investigasi Rusia mengatakan akan menindaklanjuti laporan dari media tersebut.
RIA Novosti menuding, pasukan SAS tersebut membantu dinas khusus Ukraina dalam mengatur sabotase di wilayah Ukraina.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris enggan memberikan komentar saat dimintai keterangan dari Reuters mengenai kehadiran pasukan SAS di Ukraina.
Sebelumnya, Inggris mengatakan telah mengirim pelatih militer ke Ukraina awal tahun ini untuk menginstruksikan pasukan lokal dalam menggunakan senjata anti-tank.
Pada 17 Februari, sepekan sebelum Rusia menginvasi Ukraina, Inggris menyatakan telah menarik semua pasukannya dari Ukraina, kecuali pasukan yang diperlukan untuk melindungi duta besarnya.
Tidak jelas langkah apa yang direncanakan Komite Investigasi Rusia untuk menanggapi keterlibatan SAS di Ukraina.
Namun, apabila pasukan dari negara-negara NATO benar-benar hadir di Ukraina, konsekuensinya akan serius.
Pasalnya, Rusia sebelumnya telah memperingatkan kepada Barat untuk tidak menghalangi invasinya ke Ukraina.
Jerman Kirim Persenjataan Berat
Jerman mengumumkan pengiriman pertama senjata berat ke Ukraina untuk membantunya menangkis serangan Rusia, setelah berminggu-minggu tekanan di dalam dan luar negeri untuk melakukannya di tengah kebingungan atas sikapnya.
Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengatakan pada Selasa (26/4/2022) bahwa pemerintah, yang juga berlomba mengurangi ketergantungannya pada energi impor Rusia, telah menyetujui pengiriman tank Gepard yang dilengkapi dengan senjata anti-pesawat.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan dia menyambut baik keputusan Jerman untuk mengirim tank.
“Sistem itu akan memberikan kemampuan nyata bagi Ukraina,” katanya setelah pembicaraan dengan Lambrecht dan puluhan rekan mereka di Pangkalan Udara Ramstein AS di Jerman barat.
Kritikus, termasuk duta besar Ukraina untuk Jerman, menuduh Berlin menahan langkahnya untuk memberikan senjata berat ke Ukraina dan untuk langkah-langkah lainnya yang dapat membantu Kyiv mengusir pasukan Rusia, seperti embargo impor energi Rusia.
Mereka mengatakan Berlin tidak menunjukkan kepemimpinan yang diharapkan dari negara dengan kekuatan besar.
Keragu-raguan Jerman – di tengah kekhawatiran tentang efek ekonomi di Jerman dari pembatasan pasokan gas Rusia – juga dinilai telah menelan korban jiwa Ukraina.
Kanselir Jerman Olaf Scholz telah membalas tuduhan itu dengan mengatakan bahwa angkatan bersenjata Bundeswehr, sudah mencapai batas dari apa yang dapat mereka berikan, sementara persenjataan yang dapat disediakan oleh industri kekurangan amunisi dan perlu ditingkatkan.
Diskusi tentang peran Jerman
Scholz adalah seorang Sosial Demokrat yang partainya telah lama memperjuangkan pemulihan hubungan dengan Rusia setelah Perang Dunia II.
Pemimpin baru Jerman ini juga memperingatkan risiko Moskwa menganggap Jerman sebagai pihak dalam konflik, yang dapat mengarah pada “perang dunia ketiga” dalam pengambilan keputusannya.
Rusia memperingatkan Inggris pada Selasa (26/4/2022), bahwa jika terus memprovokasi Ukraina untuk menyerang sasaran di Rusia maka akan ada "tanggapan proporsional" segera.
Kementerian Pertahanan Rusia mengutip pernyataan dari Menteri Angkatan Bersenjata Inggris James Heappey yang mengatakan kepada radio BBC, bahwa sepenuhnya sah bagi Ukraina untuk memburu target di kedalaman Rusia untuk mengganggu jalur logistik dan pasokan.
“Kami ingin menggarisbawahi bahwa provokasi langsung London terhadap rezim Kyiv ke dalam tindakan seperti itu, jika tindakan tersebut dilakukan, akan segera mengarah pada respons proporsional kami,” kata Kementerian Pertahanan Rusia.
“Seperti yang telah kami peringatkan, Angkatan Bersenjata Rusia siap sepanjang waktu untuk meluncurkan serangan balasan dengan senjata jarak jauh berpresisi tinggi di pusat pengambilan keputusan di Kyiv,” tambah pernyataan Kementerian, dilansir dari Reuters.
Kementerian Pertahanan juga mengatakan bahwa serangan Rusia semacam tidak akan menjadi masalah untuk dilakukan jika perwakilan dari negara Barat tertentu ditempatkan di pusat pengambilan keputusan Ukraina.
Heappey dari Inggris sebelumnya mengatakan adalah sah bagi Ukraina untuk menyerang jalur logistik Rusia dan pasokan bahan bakar.
Dia juga mengakui senjata yang sekarang disediakan komunitas internasional memiliki jangkauan untuk digunakan di Rusia.
Dikutip dari Russia Today (RT), Inggris menjadi salah satu negara pemasok senjata utama Kyiv.
Inggris telah menuangkan ribuan rudal anti-tank ke negara itu menjelang operasi militer Rusia skala besar yang dimulai pada akhir Februari.
Perdana Menteri Boris Johnson baru-baru ini mengumumkan paket persenjataan berat tambahan senilai 100 juta pound sterling (130 juta dollar AS) untuk Kyiv, yang mencakup senjata anti-pesawat, drone, dan berbagai kendaraan lapis baja.
Selidiki Keberadaan Pasukan Khusus Inggris di Ukraina
Badan investigasi Rusia tengah menyelidiki laporan media yang menyebut kehadiran pasukan khusus militer Inggris, Special Air Service (SAS), di Ukraina.
Menurut laporan media Rusia, RIA Novosti, para ahli sabitase dari SAS telah dikerahkan ke Ukraina barat, sebagaimana dilansir Reuters, Sabtu (23/4/2022).
RIA Novosti mengutip seorang sumber keamanan Rusia yang mengatakan bahwa sekitar 20 anggota SAS telah dikirim ke wilayah Lviv.
SAS adalah pasukan elite militer Inggris yang dilatih untuk melakukan operasi khusus, penginderaan, dan kontra-terorisme.
Dalam sebuah pernyataan, Komite Investigasi Rusia mengatakan akan menindaklanjuti laporan dari media tersebut.
RIA Novosti menuding, pasukan SAS tersebut membantu dinas khusus Ukraina dalam mengatur sabotase di wilayah Ukraina.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris enggan memberikan komentar saat dimintai keterangan dari Reuters mengenai kehadiran pasukan SAS di Ukraina.
Sebelumnya, Inggris mengatakan telah mengirim pelatih militer ke Ukraina awal tahun ini untuk menginstruksikan pasukan lokal dalam menggunakan senjata anti-tank.
Pada 17 Februari, sepekan sebelum Rusia menginvasi Ukraina, Inggris menyatakan telah menarik semua pasukannya dari Ukraina, kecuali pasukan yang diperlukan untuk melindungi duta besarnya.
Tidak jelas langkah apa yang direncanakan Komite Investigasi Rusia untuk menanggapi keterlibatan SAS di Ukraina.
Namun, apabila pasukan dari negara-negara NATO benar-benar hadir di Ukraina, konsekuensinya akan serius.
Pasalnya, Rusia sebelumnya telah memperingatkan kepada Barat untuk tidak menghalangi invasinya ke Ukraina.
Jerman Kirim Persenjataan Berat
Jerman mengumumkan pengiriman pertama senjata berat ke Ukraina untuk membantunya menangkis serangan Rusia, setelah berminggu-minggu tekanan di dalam dan luar negeri untuk melakukannya di tengah kebingungan atas sikapnya.
Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengatakan pada Selasa (26/4/2022) bahwa pemerintah, yang juga berlomba mengurangi ketergantungannya pada energi impor Rusia, telah menyetujui pengiriman tank Gepard yang dilengkapi dengan senjata anti-pesawat.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan dia menyambut baik keputusan Jerman untuk mengirim tank.
“Sistem itu akan memberikan kemampuan nyata bagi Ukraina,” katanya setelah pembicaraan dengan Lambrecht dan puluhan rekan mereka di Pangkalan Udara Ramstein AS di Jerman barat.
Kritikus, termasuk duta besar Ukraina untuk Jerman, menuduh Berlin menahan langkahnya untuk memberikan senjata berat ke Ukraina dan untuk langkah-langkah lainnya yang dapat membantu Kyiv mengusir pasukan Rusia, seperti embargo impor energi Rusia.
Mereka mengatakan Berlin tidak menunjukkan kepemimpinan yang diharapkan dari negara dengan kekuatan besar.
Keragu-raguan Jerman – di tengah kekhawatiran tentang efek ekonomi di Jerman dari pembatasan pasokan gas Rusia – juga dinilai telah menelan korban jiwa Ukraina.
Kanselir Jerman Olaf Scholz telah membalas tuduhan itu dengan mengatakan bahwa angkatan bersenjata Bundeswehr, sudah mencapai batas dari apa yang dapat mereka berikan, sementara persenjataan yang dapat disediakan oleh industri kekurangan amunisi dan perlu ditingkatkan.
Diskusi tentang peran Jerman
Scholz adalah seorang Sosial Demokrat yang partainya telah lama memperjuangkan pemulihan hubungan dengan Rusia setelah Perang Dunia II.
Pemimpin baru Jerman ini juga memperingatkan risiko Moskwa menganggap Jerman sebagai pihak dalam konflik, yang dapat mengarah pada “perang dunia ketiga” dalam pengambilan keputusannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.