Senapan Antimaterial Karya Anak Bangsa
Senapan Antimaterial Karya Anak Bangsa, SPR 2 [lensareportase] ★
Dalam sejarahnya, penggunaan senapan antimaterial (anti-materiel rifle/AMR) telah dimulai sejak Perang Dunia I. Adalah tentara Jerman yang kali pertama memanfaatkannya untuk digunakan melawan tank Mark 1 ‘Male’ milik Inggris. Senapan tersebut adalah Mauser 1918 T-Gewehr (Tankgewehr M1918) kaliber 13,2 mm dengan jangkauan efektif 500 m.
Masuk ke Perang Dunia II, senjata antimaterial digunakan secara lebih luas. Tentara Inggris menggunakan senapan antitank yang dinamai British Boys 0.55 dengan munisi kaliber 20 mm. Di era yang sama, lahir juga senapan Lahti L-39 (elephant gun) buatan Finlandia. Senapan ini lahir dalam dua versi, sebuah untuk menembakkan kartrid 13,2 mm dan satu lagi untuk kartrid 20 mm.
Berjalannya waktu, pengembangan senjata antimaterial makin mumpuni sesuai perkembangan teknologi terkait. Akurasinya semakin baik dan jarak jangkau yang makin jauh didukung perangkat optik yang makin canggih. Daya rusak juga pun semakin ampuh dengan tersedianya beragam kepala munisi. Tak lupa pula, bobotnya dapat dikurangi dengan menggunakan bahan polimer untuk kemasannya.
Sobat setia AR, ciri khas senjata antimaterial berkategori high-powered heavy sniper rifle adalah jangkauan tembaknya yang rata-rata di atas 1 km hingga 2,5 km serta menggunakan munisi kaliber besar mulai dari 12,7mm, 14,5 mm, hingga kaliber 20 mm.
Munisi ini sangat ampuh untuk menjebol baja setebal 10 mm maupun kaca antipeluru kendaraan tempur atau melumpuhkan lawan yang bersembunyi di balik tembok batu bata maupun kayu tebal sekalipun. Munisi ini juga efektif untuk aksi sabotase seperti melumpuhkan helikopter dan pesawat terbang di landasan, kabin radar, peluncur rudal, hingga tangki bahan bakar.
Nah, dari sekian banyak senapan runduk antimaterial, versi berkaliber 12,7 mm (.50 inch) adalah yang paling populer dan laku di pasaran. Hal ini disebabkan karena senjata ini masih memungkinkan untuk dioperasikan dan dibawa bergeser tempat oleh seorang prajurit saja.
Yang telah sukses di lapangan (battle proven) di antaranya adalah Barrett M82 A1/A3 “Light Fifty” (M107) buatan American Barrett Firearms Company dengan kaliber .50 BMG (12.7 mm x 99 mm). Senjata andalan Angkatan Darat AS selama Perang Teluk I dan Perang Teluk II ini memiliki jarak tembak efektif mencapai 1,5 km dengan record 2,5 km.
Masih di lokasi pertempuran yang sama di Timur Tengah, adalah Steyr HS .50 senjata kontroversial yang sempat membikin gerah Amerika Serikat karena banyak serdadunya yang tumbang dan ciut nyalinya karena mampu memembus lapisan baja dan kaca anti peluru kendaraan tempur ringan mereka seperti Humvee (armored).
Senjata ini ditengarai masuk ke Irak melalui Iran, karena Steyr pernah mengekspor sebanyak 500 pucuk senjata ini ke Iran tahun 2005. Meski begitu, pihak Iran dan Austria sebagai produsen membantah tuduhan ini dan saat ini diduga seratus pucuk berada di tangan milisi Irak.
Satu lagi yang menjadi bintang lapangan adalah senapan runduk antimaterial dari Rusia KSVK 12 dengan kaliber 12.7×108 mm (.50 Russia) yang berjaya di medan tempur Checnya sebagai senjata kontra penembak runduk. Banyak pejuang Chechen yang bersembunyi di balik dinding gedung-gedung akhirnya tumbang dibuatnya.
KSVK 12 memiliki konfigurasi bullpup sehingga dimensinya terlihat kompak. Senapan ini mulai dikembangkan pada akhir 1990-an oleh Degtyarev plant di Kovrov, Russia. Saat ini KSVK menjadi andalan baru pasukan elite Rusia atau Spetsnaz. Namanaya pun harum bak Dragunov SVD kaliber 7.62 x 54R buatan pabrik senjata Izhmash.
Karya Anak Bangsa
Sniper Raider Kostrad menenteng SPR 2 buatan Pindad beraksi di Papua [info komando] ★
Layaknya senapan serbu (assault rifle), kini hampir di seluruh belahan dunia, negara-negara yang memiliki industri senjata berlomba-lomba menghasilkan senjata antimaterial untuk memasok kebutuhan alusista militernya masing-masing.
Di wilayah Asia, China telah sukses mengembangkan AMR-2 kaliber 12,7x108mm melalui China South Industries Group. Kemudian M99 dengan kaliber yang sama buatan China Poly Group Corporation serta JS kaliber 12,7 produksi Jianshe Group.
Di kawasan Asia Tenggara, Malaysia melalui pabrik senjata Vita Berapi telah melansir purwarupa senapan runduk LP05 kaliber 12,7 mm. Lalu Indonesia lewat senjata pelat merah PT Pindad juga telah mengembangkan SPR-2 (Senapan Penembak Runduk 2).
Khusus untuk SPR-2, senapan buatan pabrik senjata yang berada Kiara Condong, Bandung ini mulai diperkenalkan tahun 2007. Masa itu, sempat diperlihatkan kepada Jusuf Kalla (saat menjadi Wapres era Presiden RI ke-6 SBY) ketika berkunjung ke Pindad dalam rangka pemesanan Panser 6×6 untuk TNI.
Bentuk SPR-2 cukup modern, memiliki styling yang menyerupai senapan runduk M-93 Black Arrow kaliber .50 BMG (12,7 x 99 mm) buatan pabrik senapan Zastava Arms, Kragujevc, Yugoslavia (Serbia). SPR-2 mengadopsi munisi kaliber 12,7 x 99 (MU-3TJS) yang di produksi oleh pabrik peluru dan mesiu milik Pindad di Turen, Malang, Jawa Timur.
SPR-2 memiliki panjang 1.620 cm dengan bobot total 16 kg. Senapan ini dilengkapi alat bidik teleskopik dengan pembesaran hingga 10 kali. Senjata ini mampu memuntahkan peluru dengan kecepatan awal 850 m/detik. Artinya, sasaran dengan jarak 2 km dapat ditempuh dengan waktu kurang dari 3 detik.
Keunggulan lain yang ditawarkan Pindad, selain bipod dan monopod mini di bawah popornya yang bisa diatur ketinggiannya, adalah terdapatnya peredam kejut pada popor untuk mengurangi gaya recoil yang dirasakan penembak sesaat setelah picu ditarik. Lainnya, tersedia silencer (peredam suara hingga 20-30 desibel) serta teleskop dengan pembesaran 5-25 kali.
Untuk munisi, tersedia tiga pilihan peluru kaliber 12,7 mm yakni MU3 M untuk latihan menembak, lalu MU3 SAM yang bisa mengoyak lapis baja kendaraan hingga tembus, serta MU3 BLAM yang paling gahar karena setelah menembus lapis baja akan meledak setelah itu.
Selain ditawarkan untuk TNI yang kini beberapa unit telah diadopsi oleh Kopassus, SPR-2 juga siap untuk diekspor. Senapan ini antara lain ditawarkan kepada beberapa negara di Timur Tengah. Tentu bukan pekerjaan mudah menembus pasar tersebut karena harus menghadapi para pesaing yang telah battle proven tentunya.
Senapan Antimaterial Karya Anak Bangsa, SPR 2 [lensareportase] ★
Dalam sejarahnya, penggunaan senapan antimaterial (anti-materiel rifle/AMR) telah dimulai sejak Perang Dunia I. Adalah tentara Jerman yang kali pertama memanfaatkannya untuk digunakan melawan tank Mark 1 ‘Male’ milik Inggris. Senapan tersebut adalah Mauser 1918 T-Gewehr (Tankgewehr M1918) kaliber 13,2 mm dengan jangkauan efektif 500 m.
Masuk ke Perang Dunia II, senjata antimaterial digunakan secara lebih luas. Tentara Inggris menggunakan senapan antitank yang dinamai British Boys 0.55 dengan munisi kaliber 20 mm. Di era yang sama, lahir juga senapan Lahti L-39 (elephant gun) buatan Finlandia. Senapan ini lahir dalam dua versi, sebuah untuk menembakkan kartrid 13,2 mm dan satu lagi untuk kartrid 20 mm.
Berjalannya waktu, pengembangan senjata antimaterial makin mumpuni sesuai perkembangan teknologi terkait. Akurasinya semakin baik dan jarak jangkau yang makin jauh didukung perangkat optik yang makin canggih. Daya rusak juga pun semakin ampuh dengan tersedianya beragam kepala munisi. Tak lupa pula, bobotnya dapat dikurangi dengan menggunakan bahan polimer untuk kemasannya.
Sobat setia AR, ciri khas senjata antimaterial berkategori high-powered heavy sniper rifle adalah jangkauan tembaknya yang rata-rata di atas 1 km hingga 2,5 km serta menggunakan munisi kaliber besar mulai dari 12,7mm, 14,5 mm, hingga kaliber 20 mm.
Munisi ini sangat ampuh untuk menjebol baja setebal 10 mm maupun kaca antipeluru kendaraan tempur atau melumpuhkan lawan yang bersembunyi di balik tembok batu bata maupun kayu tebal sekalipun. Munisi ini juga efektif untuk aksi sabotase seperti melumpuhkan helikopter dan pesawat terbang di landasan, kabin radar, peluncur rudal, hingga tangki bahan bakar.
Nah, dari sekian banyak senapan runduk antimaterial, versi berkaliber 12,7 mm (.50 inch) adalah yang paling populer dan laku di pasaran. Hal ini disebabkan karena senjata ini masih memungkinkan untuk dioperasikan dan dibawa bergeser tempat oleh seorang prajurit saja.
Yang telah sukses di lapangan (battle proven) di antaranya adalah Barrett M82 A1/A3 “Light Fifty” (M107) buatan American Barrett Firearms Company dengan kaliber .50 BMG (12.7 mm x 99 mm). Senjata andalan Angkatan Darat AS selama Perang Teluk I dan Perang Teluk II ini memiliki jarak tembak efektif mencapai 1,5 km dengan record 2,5 km.
Masih di lokasi pertempuran yang sama di Timur Tengah, adalah Steyr HS .50 senjata kontroversial yang sempat membikin gerah Amerika Serikat karena banyak serdadunya yang tumbang dan ciut nyalinya karena mampu memembus lapisan baja dan kaca anti peluru kendaraan tempur ringan mereka seperti Humvee (armored).
Senjata ini ditengarai masuk ke Irak melalui Iran, karena Steyr pernah mengekspor sebanyak 500 pucuk senjata ini ke Iran tahun 2005. Meski begitu, pihak Iran dan Austria sebagai produsen membantah tuduhan ini dan saat ini diduga seratus pucuk berada di tangan milisi Irak.
Satu lagi yang menjadi bintang lapangan adalah senapan runduk antimaterial dari Rusia KSVK 12 dengan kaliber 12.7×108 mm (.50 Russia) yang berjaya di medan tempur Checnya sebagai senjata kontra penembak runduk. Banyak pejuang Chechen yang bersembunyi di balik dinding gedung-gedung akhirnya tumbang dibuatnya.
KSVK 12 memiliki konfigurasi bullpup sehingga dimensinya terlihat kompak. Senapan ini mulai dikembangkan pada akhir 1990-an oleh Degtyarev plant di Kovrov, Russia. Saat ini KSVK menjadi andalan baru pasukan elite Rusia atau Spetsnaz. Namanaya pun harum bak Dragunov SVD kaliber 7.62 x 54R buatan pabrik senjata Izhmash.
Karya Anak Bangsa
Sniper Raider Kostrad menenteng SPR 2 buatan Pindad beraksi di Papua [info komando] ★
Layaknya senapan serbu (assault rifle), kini hampir di seluruh belahan dunia, negara-negara yang memiliki industri senjata berlomba-lomba menghasilkan senjata antimaterial untuk memasok kebutuhan alusista militernya masing-masing.
Di wilayah Asia, China telah sukses mengembangkan AMR-2 kaliber 12,7x108mm melalui China South Industries Group. Kemudian M99 dengan kaliber yang sama buatan China Poly Group Corporation serta JS kaliber 12,7 produksi Jianshe Group.
Di kawasan Asia Tenggara, Malaysia melalui pabrik senjata Vita Berapi telah melansir purwarupa senapan runduk LP05 kaliber 12,7 mm. Lalu Indonesia lewat senjata pelat merah PT Pindad juga telah mengembangkan SPR-2 (Senapan Penembak Runduk 2).
Khusus untuk SPR-2, senapan buatan pabrik senjata yang berada Kiara Condong, Bandung ini mulai diperkenalkan tahun 2007. Masa itu, sempat diperlihatkan kepada Jusuf Kalla (saat menjadi Wapres era Presiden RI ke-6 SBY) ketika berkunjung ke Pindad dalam rangka pemesanan Panser 6×6 untuk TNI.
Bentuk SPR-2 cukup modern, memiliki styling yang menyerupai senapan runduk M-93 Black Arrow kaliber .50 BMG (12,7 x 99 mm) buatan pabrik senapan Zastava Arms, Kragujevc, Yugoslavia (Serbia). SPR-2 mengadopsi munisi kaliber 12,7 x 99 (MU-3TJS) yang di produksi oleh pabrik peluru dan mesiu milik Pindad di Turen, Malang, Jawa Timur.
SPR-2 memiliki panjang 1.620 cm dengan bobot total 16 kg. Senapan ini dilengkapi alat bidik teleskopik dengan pembesaran hingga 10 kali. Senjata ini mampu memuntahkan peluru dengan kecepatan awal 850 m/detik. Artinya, sasaran dengan jarak 2 km dapat ditempuh dengan waktu kurang dari 3 detik.
Keunggulan lain yang ditawarkan Pindad, selain bipod dan monopod mini di bawah popornya yang bisa diatur ketinggiannya, adalah terdapatnya peredam kejut pada popor untuk mengurangi gaya recoil yang dirasakan penembak sesaat setelah picu ditarik. Lainnya, tersedia silencer (peredam suara hingga 20-30 desibel) serta teleskop dengan pembesaran 5-25 kali.
Untuk munisi, tersedia tiga pilihan peluru kaliber 12,7 mm yakni MU3 M untuk latihan menembak, lalu MU3 SAM yang bisa mengoyak lapis baja kendaraan hingga tembus, serta MU3 BLAM yang paling gahar karena setelah menembus lapis baja akan meledak setelah itu.
Selain ditawarkan untuk TNI yang kini beberapa unit telah diadopsi oleh Kopassus, SPR-2 juga siap untuk diekspor. Senapan ini antara lain ditawarkan kepada beberapa negara di Timur Tengah. Tentu bukan pekerjaan mudah menembus pasar tersebut karena harus menghadapi para pesaing yang telah battle proven tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.