China mendukung pendirian negara Palestina yang merdeka
Kota Gaza Membara (foto AP via Al Jazeera) ★
China melalui Kementerian Luar Negerinya pada Minggu (8/10), menyerukan gencatan senjata dalam konflik Israel-Hamas dan mendukung pendirian Negara Palestina yang merdeka.
"Jalan keluar mendasar dari konflik ini terletak pada penerapan solusi dua negara dan pembentukan Negara Palestina yang merdeka," kata Kementerian Luar Negeri China, seperti dikutip dari CNBC, Senin (9/10).
Pernyataan daring dari China menggambarkan situasi tersebut sebagai eskalasi ketegangan dan kekerasan antara Palestina dan Israel.
Dalam pernyataan itu, China juga tidak menyebut kelompok militan Palestina Hamas, yang menguasai Jalur Gaza sebagai kelompok teroris seperti yang ditetapkan oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.
Menurut NBC News,setidaknya 700 orang di Israel telah terbunuh sejak militan Hamas menyusup ke Israel pada Sabtu (7/10) dan menculik puluhan orang, termasuk warga sipil. Israel membalasnya dengan serangan balasan di Gaza, dan menurut Kementerian Kesehatan Palestina, dengan korban tewas terbaru sebanyak 370 orang.
"Kami menyerukan pihak-pihak terkait untuk tetap tenang, menahan diri dan segera mengakhiri permusuhan untuk melindungi warga sipil dan menghindari memburuknya situasi," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri China.
"Komunitas internasional perlu bertindak dengan urgensi yang lebih besar, meningkatkan masukan terhadap masalah Palestina, memfasilitasi dimulainya kembali perundingan perdamaian antara Palestina dan Israel, dan menemukan cara untuk mewujudkan perdamaian abadi," tambah pernyataan itu.
"China akan terus bekerja tanpa henti dengan komunitas internasional untuk mencapai tujuan tersebut," tutup pernyataan Kemenlu China.
Perwakilan tetap China untuk PBB Zhang Jun, pada Senin (9/10), mengambil sikap yang lebih tegas mengenai konflik yang berkembang. "China mengutuk semua kekerasan dan serangan terhadap warga sipil," ucap Zhang Jun dalam pernyataan di media sosial X (sebelumnya bernama Twitter).
Di sisi lain, Israel mendesak China menunjukkan solidaritas setelah Beijing tidak bersikap untuk mengutuk serangan Hamas. Seorang pejabat kedutaan Israel di Beijing pada Minggu (8/10) menulis di platform media sosial X bahwa Israel memperkirakan akan ada kecaman yang lebih kuat terhadap Hamas dari China.
"Ketika orang-orang dibunuh, dibantai di jalanan, ini bukan waktunya untuk menyerukan solusi dua negara," kata Pejabat senior Kedutaan Israel di Beijing, Yuval Waks, pada Minggu (8/10).
China tidak mengklasifikasikan Hamas di Gaza sebagai kelompok teroris tetapi menganggapnya sebagai organisasi perlawanan.
Selain itu, Kedutaan Besar Israel untuk China juga mendesak Beijing untuk mendukung Israel. "Kami juga berharap China dapat memberikan solidaritas dan dukungan kepada Israel di masa sulit ini," tulisnya di platform media sosial X.
Hubungan ekonomi antara China dan Israel telah berkembang pesat selama tiga dekade sejak kedua negara menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1992, meskipun perbedaan pendapat politik masih terus terjadi.
Hal ini termasuk perpecahan dalam isu-isu terkait Palestina, hubungan China dengan musuh Israel, seperti Iran, dan kekhawatiran terkait keamanan Israel mengenai transfer teknologi tertentu ke China.
"China memiliki hubungan yang kuat dengan Israel, namun hal ini didasarkan pada kesediaan Israel untuk mentransfer teknologi, termasuk teknologi militer, ke China. Hubungan ekonomi keduanya kuat, namun China dan Israel memiliki perbedaan diplomatik yang besar. Misalnya, China menjaga hubungan dekat dengan Iran. China selalu mendukung perjuangan Palestina di negaranya sendiri dan oleh karena itu secara politik menentang banyak kebijakan Israel," jelas Dennis Wilder, asisten profesor studi Asia di Universitas Georgetown, seperti dikutip dari VOA, Minggu (8/10). (wiw)
Rusia mendukung pembentukan negara Palestina
Balas serang, Israel hancurkan gedung dan tewaskan ratusan warga. (foto: The Jerusalem Post) ★
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pembentukan negara Palestina adalah solusi "yang paling dapat diandalkan" untuk perdamaian dengan Israel.
Menurut Lavrov, posisi Israel yang selama ini mengutamakan memerangi terorisme saja tidak akan menjamin keamanan. Pernyataan itu diutarakan Lavrov kala Israel dan kelompok Hamas Palestina kembali berperang di Jalur Gaza.
"Menciptakan negara Palestina yang hidup berdampingan dengan Israel... adalah jalan yang paling dapat diandalkan untuk menyelesaikan (konflik) ini," kata Lavrov dalam konferensi pers bersama ketua Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, yang tengah mengunjungi Rusia pada Senin (9/10).
"Kami tidak setuju dengan mereka yang mengatakan bahwa keamanan hanya dapat dijamin melalui perang melawan terorisme," paparnya menambahkan.
Dia mengatakan Moskow juga "sangat prihatin dengan ratusan warga Israel dan Palestina yang tewas dan Jalur Gaza telah dinyatakan sebagai target pembalasan Israel."
Lavrov mengatakan Rusia memiliki "pertanyaan serius" mengenai kebijakan Barat terhadap Israel.
"Mereka (Barat) mengatakan (pertempuran) harus segera dihentikan, dan Israel harus menghancurkan para teroris," kata Lavrov.
"Tetapi hal ini pernah dilakukan sebelumnya... dan setelah situasi menjadi tenang, mereka sampai pada fakta bahwa penyebab utama (konflik) perlu dihilangkan. Masalah Palestina tidak boleh ditunda-tunda lagi," paparnya lagi seperti dikutip AFP.
Lavrov sebelumnya mengatakan bahwa Rusia dan Liga Arab akan bekerja untuk "menghentikan pertumpahan darah" di Israel dan Gaza.
Sementara itu, Aboul Gheit mengatakan dia mengutuk semua pihak yang terlibat dalam peperangan terbaru di Jalur Gaza ini.
"Kami menuntut terciptanya prospek politik dan penyelesaian konflik Palestina-Israel yang adil," ujarnya.
Rusia merasa khawatir ada pihak asing yang dapat mencampuri peperangan terbaru antara Hamas vs Israel ini setelah Amerika Serikat memindahkan kapal perangnya lebih dekat ke Israel.
"Risiko keterlibatan pihak ketiga dalam konflik ini tinggi," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov seperti dikutip kantor berita TASS.
"Sangat penting untuk menemukan cara sesegera mungkin untuk bergerak menuju proses negosiasi guna mengurangi eskalasi ini dan menjauh dari solusi militer," katanya.
Israel telah menggempur Jalur Gaza selama tiga hari terakhir setelah militan Hamas menyerbu kota-kota di Israel selatan dalam serangan mendadak yang menewaskan ratusan warga Palestina di wilayah itu.
Serangan Israel itu merupakan balasan atas serangan Hamas ke Israel pada Sabtu pekan lalu. Hamas mengklaim tujuan serangan ini untuk mengakhiri pendudukan terakhir di bumi.
Milisi Hamas menembakkan ribuan roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza ke wilayah Israel. Beberapa dari anggotanya bahkan sempat menyusup ke Israel dan melarikan diri ke Gaza dengan menculik sekitar 100 sandera.
Sejauh ini, BNO News melaporkan setidaknya 900 orang tewas dan 2.616 orang lainnya tewas dari pihak Israel.
Sementara itu, sebanyak 703 orang tewas dan 3.818 orang lainnya terluka dari pihak Palestina baik di wilayah Jalur Gaza maupun di Tepi Barat. (rds)
Saudi Dukung Rakyat Palestina
Masjid Al Amin Muhammad di Jalur Gaza hancur usai digempur pesawat Israel. (Foto: AP/Yousef Masoud) ★
Putra Mahkota sekaligus penguasa de facto Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MbS) menegaskan dukungan kepada rakyat Palestina, untuk mencapai hak sah mereka atas kehidupan yang layak.
Pernyataan ini disampaikan Pangeran MbS beberapa hari setelah gempuran Israel meningkat di Jalur Gaza, pasca serangan kelompok militan Palestina Hamas pada Sabtu (7/10) lalu.
Kepada Presiden Palestina Mahmud Abbas, MbS menyebut akan berupaya untuk mencegah "perluasan" konflik usai serangan mendadak Hamas terhadap Isrel.
Dilansir AFP, Putra Mahkota itu juga mengatakan kepada Abbas bahwa Saudi akan terus mendukung rakyat Palestina mencapai hak sah mereka atas kehidupan yang layak, mencapai harapan dan aspirasi mereka, dan mencapai perdamaian yang adil dan abadi.
Peningkatan eskalasi ini terjadi di tengah spekulasi bahwa Arab Saudi akan menormalisasi hubungan dengan Israel, sebagai bagian dari kesepakatan jaminan keamanan dari Amerika Serikat serta bantuan untuk mengembangkan program nuklir.
Namun, dalam wawancara kepada Fox News bulan lalu, Pangeran MbS menegaskan bahwa masalah Palestina "sangat penting" bagi Arab Saudi.
"Kita perlu menyelesaikan masalah ini. Kita perlu meringankan kehidupan rakyat Palestina," kata dia dalam wawancara dengan Fox News.
Tiga hari usai serangan Hamas ke Israel, total lebih dari 1.600 orang tewas dan 6.434 orang lainnya terluka dari kedua belah pihak.
Perang antara Hamas vs Israel juga dikhawatirkan semakin meluas ke Lebanon setelah Tel Aviv melancarkan serangan udara ke perbatasan tetangganya di utara itu.
Israel dilaporkan mulai melancarkan serangan udara ke perbatasan Lebanon hingga menewaskan empat anggota Hizbullah pada Senin (9/10). Tel Aviv bahkan disebut telah mengerahkan tentara dan tank ke perbatasan dekat Lebanon. (dna)
Kota Gaza Membara (foto AP via Al Jazeera) ★
China melalui Kementerian Luar Negerinya pada Minggu (8/10), menyerukan gencatan senjata dalam konflik Israel-Hamas dan mendukung pendirian Negara Palestina yang merdeka.
"Jalan keluar mendasar dari konflik ini terletak pada penerapan solusi dua negara dan pembentukan Negara Palestina yang merdeka," kata Kementerian Luar Negeri China, seperti dikutip dari CNBC, Senin (9/10).
Pernyataan daring dari China menggambarkan situasi tersebut sebagai eskalasi ketegangan dan kekerasan antara Palestina dan Israel.
Dalam pernyataan itu, China juga tidak menyebut kelompok militan Palestina Hamas, yang menguasai Jalur Gaza sebagai kelompok teroris seperti yang ditetapkan oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.
Menurut NBC News,setidaknya 700 orang di Israel telah terbunuh sejak militan Hamas menyusup ke Israel pada Sabtu (7/10) dan menculik puluhan orang, termasuk warga sipil. Israel membalasnya dengan serangan balasan di Gaza, dan menurut Kementerian Kesehatan Palestina, dengan korban tewas terbaru sebanyak 370 orang.
"Kami menyerukan pihak-pihak terkait untuk tetap tenang, menahan diri dan segera mengakhiri permusuhan untuk melindungi warga sipil dan menghindari memburuknya situasi," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri China.
"Komunitas internasional perlu bertindak dengan urgensi yang lebih besar, meningkatkan masukan terhadap masalah Palestina, memfasilitasi dimulainya kembali perundingan perdamaian antara Palestina dan Israel, dan menemukan cara untuk mewujudkan perdamaian abadi," tambah pernyataan itu.
"China akan terus bekerja tanpa henti dengan komunitas internasional untuk mencapai tujuan tersebut," tutup pernyataan Kemenlu China.
Perwakilan tetap China untuk PBB Zhang Jun, pada Senin (9/10), mengambil sikap yang lebih tegas mengenai konflik yang berkembang. "China mengutuk semua kekerasan dan serangan terhadap warga sipil," ucap Zhang Jun dalam pernyataan di media sosial X (sebelumnya bernama Twitter).
Di sisi lain, Israel mendesak China menunjukkan solidaritas setelah Beijing tidak bersikap untuk mengutuk serangan Hamas. Seorang pejabat kedutaan Israel di Beijing pada Minggu (8/10) menulis di platform media sosial X bahwa Israel memperkirakan akan ada kecaman yang lebih kuat terhadap Hamas dari China.
"Ketika orang-orang dibunuh, dibantai di jalanan, ini bukan waktunya untuk menyerukan solusi dua negara," kata Pejabat senior Kedutaan Israel di Beijing, Yuval Waks, pada Minggu (8/10).
China tidak mengklasifikasikan Hamas di Gaza sebagai kelompok teroris tetapi menganggapnya sebagai organisasi perlawanan.
Selain itu, Kedutaan Besar Israel untuk China juga mendesak Beijing untuk mendukung Israel. "Kami juga berharap China dapat memberikan solidaritas dan dukungan kepada Israel di masa sulit ini," tulisnya di platform media sosial X.
Hubungan ekonomi antara China dan Israel telah berkembang pesat selama tiga dekade sejak kedua negara menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1992, meskipun perbedaan pendapat politik masih terus terjadi.
Hal ini termasuk perpecahan dalam isu-isu terkait Palestina, hubungan China dengan musuh Israel, seperti Iran, dan kekhawatiran terkait keamanan Israel mengenai transfer teknologi tertentu ke China.
"China memiliki hubungan yang kuat dengan Israel, namun hal ini didasarkan pada kesediaan Israel untuk mentransfer teknologi, termasuk teknologi militer, ke China. Hubungan ekonomi keduanya kuat, namun China dan Israel memiliki perbedaan diplomatik yang besar. Misalnya, China menjaga hubungan dekat dengan Iran. China selalu mendukung perjuangan Palestina di negaranya sendiri dan oleh karena itu secara politik menentang banyak kebijakan Israel," jelas Dennis Wilder, asisten profesor studi Asia di Universitas Georgetown, seperti dikutip dari VOA, Minggu (8/10). (wiw)
Rusia mendukung pembentukan negara Palestina
Balas serang, Israel hancurkan gedung dan tewaskan ratusan warga. (foto: The Jerusalem Post) ★
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pembentukan negara Palestina adalah solusi "yang paling dapat diandalkan" untuk perdamaian dengan Israel.
Menurut Lavrov, posisi Israel yang selama ini mengutamakan memerangi terorisme saja tidak akan menjamin keamanan. Pernyataan itu diutarakan Lavrov kala Israel dan kelompok Hamas Palestina kembali berperang di Jalur Gaza.
"Menciptakan negara Palestina yang hidup berdampingan dengan Israel... adalah jalan yang paling dapat diandalkan untuk menyelesaikan (konflik) ini," kata Lavrov dalam konferensi pers bersama ketua Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, yang tengah mengunjungi Rusia pada Senin (9/10).
"Kami tidak setuju dengan mereka yang mengatakan bahwa keamanan hanya dapat dijamin melalui perang melawan terorisme," paparnya menambahkan.
Dia mengatakan Moskow juga "sangat prihatin dengan ratusan warga Israel dan Palestina yang tewas dan Jalur Gaza telah dinyatakan sebagai target pembalasan Israel."
Lavrov mengatakan Rusia memiliki "pertanyaan serius" mengenai kebijakan Barat terhadap Israel.
"Mereka (Barat) mengatakan (pertempuran) harus segera dihentikan, dan Israel harus menghancurkan para teroris," kata Lavrov.
"Tetapi hal ini pernah dilakukan sebelumnya... dan setelah situasi menjadi tenang, mereka sampai pada fakta bahwa penyebab utama (konflik) perlu dihilangkan. Masalah Palestina tidak boleh ditunda-tunda lagi," paparnya lagi seperti dikutip AFP.
Lavrov sebelumnya mengatakan bahwa Rusia dan Liga Arab akan bekerja untuk "menghentikan pertumpahan darah" di Israel dan Gaza.
Sementara itu, Aboul Gheit mengatakan dia mengutuk semua pihak yang terlibat dalam peperangan terbaru di Jalur Gaza ini.
"Kami menuntut terciptanya prospek politik dan penyelesaian konflik Palestina-Israel yang adil," ujarnya.
Rusia merasa khawatir ada pihak asing yang dapat mencampuri peperangan terbaru antara Hamas vs Israel ini setelah Amerika Serikat memindahkan kapal perangnya lebih dekat ke Israel.
"Risiko keterlibatan pihak ketiga dalam konflik ini tinggi," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov seperti dikutip kantor berita TASS.
"Sangat penting untuk menemukan cara sesegera mungkin untuk bergerak menuju proses negosiasi guna mengurangi eskalasi ini dan menjauh dari solusi militer," katanya.
Israel telah menggempur Jalur Gaza selama tiga hari terakhir setelah militan Hamas menyerbu kota-kota di Israel selatan dalam serangan mendadak yang menewaskan ratusan warga Palestina di wilayah itu.
Serangan Israel itu merupakan balasan atas serangan Hamas ke Israel pada Sabtu pekan lalu. Hamas mengklaim tujuan serangan ini untuk mengakhiri pendudukan terakhir di bumi.
Milisi Hamas menembakkan ribuan roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza ke wilayah Israel. Beberapa dari anggotanya bahkan sempat menyusup ke Israel dan melarikan diri ke Gaza dengan menculik sekitar 100 sandera.
Sejauh ini, BNO News melaporkan setidaknya 900 orang tewas dan 2.616 orang lainnya tewas dari pihak Israel.
Sementara itu, sebanyak 703 orang tewas dan 3.818 orang lainnya terluka dari pihak Palestina baik di wilayah Jalur Gaza maupun di Tepi Barat. (rds)
Saudi Dukung Rakyat Palestina
Masjid Al Amin Muhammad di Jalur Gaza hancur usai digempur pesawat Israel. (Foto: AP/Yousef Masoud) ★
Putra Mahkota sekaligus penguasa de facto Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MbS) menegaskan dukungan kepada rakyat Palestina, untuk mencapai hak sah mereka atas kehidupan yang layak.
Pernyataan ini disampaikan Pangeran MbS beberapa hari setelah gempuran Israel meningkat di Jalur Gaza, pasca serangan kelompok militan Palestina Hamas pada Sabtu (7/10) lalu.
Kepada Presiden Palestina Mahmud Abbas, MbS menyebut akan berupaya untuk mencegah "perluasan" konflik usai serangan mendadak Hamas terhadap Isrel.
Dilansir AFP, Putra Mahkota itu juga mengatakan kepada Abbas bahwa Saudi akan terus mendukung rakyat Palestina mencapai hak sah mereka atas kehidupan yang layak, mencapai harapan dan aspirasi mereka, dan mencapai perdamaian yang adil dan abadi.
Peningkatan eskalasi ini terjadi di tengah spekulasi bahwa Arab Saudi akan menormalisasi hubungan dengan Israel, sebagai bagian dari kesepakatan jaminan keamanan dari Amerika Serikat serta bantuan untuk mengembangkan program nuklir.
Namun, dalam wawancara kepada Fox News bulan lalu, Pangeran MbS menegaskan bahwa masalah Palestina "sangat penting" bagi Arab Saudi.
"Kita perlu menyelesaikan masalah ini. Kita perlu meringankan kehidupan rakyat Palestina," kata dia dalam wawancara dengan Fox News.
Tiga hari usai serangan Hamas ke Israel, total lebih dari 1.600 orang tewas dan 6.434 orang lainnya terluka dari kedua belah pihak.
Perang antara Hamas vs Israel juga dikhawatirkan semakin meluas ke Lebanon setelah Tel Aviv melancarkan serangan udara ke perbatasan tetangganya di utara itu.
Israel dilaporkan mulai melancarkan serangan udara ke perbatasan Lebanon hingga menewaskan empat anggota Hizbullah pada Senin (9/10). Tel Aviv bahkan disebut telah mengerahkan tentara dan tank ke perbatasan dekat Lebanon. (dna)
★ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.