Foto udara Kyodo
News menunjukkan bendera Jepang di salah satu pulau di kepulauan
Senkaku/Diaoyu yang menjadi sengketa antara Jepang dan China di Laut
China Selatan, Rabu (19/9).(Reuters)
Indonesia berharap China dan Jepang dapat menyelesaikan sengketa teritorial maritimnya di gugusan Kepulauan Diaoyu, Laut China Timur. Kepulauan itu disengketakan dengan Jepang, yang menyebutnya sebagai Kepulauan Senkaku.
"Kami
berharap sengketa itu dapat diselesaikan secara bilateral dengan jalan
damai sehingga tidak menganggu stabilitas kawasan," kata Wakil Menteri
Pertahanan Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin, di Beijing, Jumat.
Hal itu disampaikannya saat mengadakan kunjungan kehormatan kepada Wakil Ketua Pusat Militer China, Jenderal Fan Chang Long.
Indonesia sebelumnya juga telah menawarkan diri untuk menjadi mediator dalam rangka mendorong penyelesaian damai di Asia Timur terkait sengketa teritorial di gugusan Kepulauan Diaoyu atau yang dikenal di Jepang sebagai Senkaku.
"Indonesia berharap sengketa di Diaoyu dapat diselesaikan damai secara bilateral. Jangan sampai sengketa itu justru menjadi konflik yang makin berkembang dan menganggu stabilitas kawasan," kata Sjafrie menegaskan.
Pemerintah China kembali mengirimkan empat kapal pengintai ke Pulau Diaoyu yang disengketakan dengan Jepang sebagai upaya menjaga wilayah maritimnya, yaitu Haijian 51, Haijian 26, Haijian 66, dan Haijian 13.
China mengklaim pengiriman keempat kapal perang pengintai itu untuk mengamankan teritorial maritim China di Pulau Diaoyu atau yang di Jepang dikenal sebagai Senkaku.
Sementara itu, dari Jepang dilaporkan pihak penjaga pantai setempat mengatakan bahwa keempat kapal laut pengintai itu terlihat bergerak di 12 mil laut dari kepulauan.
Itu kali pertama sejak 31 Desember dan ke-21 kali sejak Jepang menasionalisasi kepulauan pulau itu pada bulan September. Otoritas Jepang juga mencatat satu pesawat jet tempur milik China melintasi wilayah udara di atas pulau-pulau tersebut pada awal bulan lalu.
Tokyo menanggapi kejadian itu dengan mengirimkan jet tempur dan mengatakan itu adalah kali pertamanya Beijing melanggar wilayah udaranya setidaknya sejak 1958.
Pada hari Sabtu, pesawat lain milik China mendekati pulau-pulau itu tanpa memasuki wilayah udara, dan mendorong lagi pengiriman jet-jet tempur Jepang ke wilayah itu.
Di sisi lain, China secara terang-terangan mengklaim sepihak hampir seluruh wilayah Laut China Selatan. Klaim sepihak itu berpotensi meningkatkan ketegangan di kawasan, karena Brunei Darussalam, Filipina, Viet Nahm, dan Malaysia terganggu kepentingannya.
China apresiasi Indonesia soal Laut China Selatan
Wakil Menteri
Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin (kiri), dan Wakil Kepala Staf Umum
Angkatan Bersenjata China (PLA), Letnan Jenderal Qi Jian'guo (kanan),
berjabat tangan sebelum pertemuan "Forum ke-5 Konsultasi Pertahanan
Indonesia-China" di Markas Besar Angkatan Bersenjata China, Beijing,
Kamis (10/1).(FOTO ANTARA/Rini Utami)
Pusat Militer China mengapresiasi upaya damai yang terus ditawarkan Indonesia dalam menanggapi persoalan di Laut China Selatan. Sejak beberapa lama, China secara agresif mengklaim secara sepihak hampir seluruh wilayah Laut China Selatan.
Hal
itu disampaikan Wakil Ketua Pusat Militer China, Jenderal Fang Chang
Long, saat menerima kunjungan Wakil Menteri Pertahanan Indonesia,
Sjafrie Sjamsoeddin, di Beijing, Jumat.
"Indonesia telah lama mengupayakan solusi damai dalam bentuk dialog dalam penyelesaian masalah sengketa di Laut China Selatan," katanya.
Di Laut China Selatan China dan Taiwan serta beberapa negara ASEAN seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam saling mengklaim Kepulauan Spratly.
Selain itu, saling klaim atas kepemilikan Kepulauan Paracel antara tiga negara itu, telah berujung pada ditempatkannya satu garnisun China di kepulauan itu pada Agustus 2012.
Sjamsoeddin mengatakan Indonesia terus mengamati situasi yang berkembang di Laut China Selatan, yang menunjukkan tanda-tanda kekhawatiran bagi stabilitas kawasan.
Oleh karena itu, lanjut dia, Indonesia akan terus secara konsisten berperan aktif dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan regional, khususnya di Laut China Selatan.
"Baik Indonesia dan China memiliki kebutuhan dan kontribusi terhadap terjaganya stabilitas dan perdamaian kawasan regional Asia Pasifik termasuk di Laut China Selatan," kata Sjafrie.
Indonesia telah menunjukkan komitmennya selama 21 tahun melaksanakan lokakarya tentang Laut China Selatan demi terwujudnya perdamaian dan stabilitas di kawasan, ujarnya menegaskan.
"Kami melihat China sedang berupaya melibatkan diri dalam kerja sama positif dalam penyelesaian masalah di Laut China Selatan," ujar Sjafrie.
Ia menambahkan Indonesia meski buka dalam posisi sebagai "no-claimant state" terhadap wilayah Laut China Selatan namun Indonesia mendorong semua pihak untuk terus menyelesaikan sengketa di Laut China Selatan secara damai dengan semangat "Declaration of Conduct of Parties in South China Sea".
● Antara
"Indonesia telah lama mengupayakan solusi damai dalam bentuk dialog dalam penyelesaian masalah sengketa di Laut China Selatan," katanya.
Di Laut China Selatan China dan Taiwan serta beberapa negara ASEAN seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam saling mengklaim Kepulauan Spratly.
Selain itu, saling klaim atas kepemilikan Kepulauan Paracel antara tiga negara itu, telah berujung pada ditempatkannya satu garnisun China di kepulauan itu pada Agustus 2012.
Sjamsoeddin mengatakan Indonesia terus mengamati situasi yang berkembang di Laut China Selatan, yang menunjukkan tanda-tanda kekhawatiran bagi stabilitas kawasan.
Oleh karena itu, lanjut dia, Indonesia akan terus secara konsisten berperan aktif dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan regional, khususnya di Laut China Selatan.
"Baik Indonesia dan China memiliki kebutuhan dan kontribusi terhadap terjaganya stabilitas dan perdamaian kawasan regional Asia Pasifik termasuk di Laut China Selatan," kata Sjafrie.
Indonesia telah menunjukkan komitmennya selama 21 tahun melaksanakan lokakarya tentang Laut China Selatan demi terwujudnya perdamaian dan stabilitas di kawasan, ujarnya menegaskan.
"Kami melihat China sedang berupaya melibatkan diri dalam kerja sama positif dalam penyelesaian masalah di Laut China Selatan," ujar Sjafrie.
Ia menambahkan Indonesia meski buka dalam posisi sebagai "no-claimant state" terhadap wilayah Laut China Selatan namun Indonesia mendorong semua pihak untuk terus menyelesaikan sengketa di Laut China Selatan secara damai dengan semangat "Declaration of Conduct of Parties in South China Sea".
● Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.