Penulis I Ketut Riasmaja
Pada tanggal 19 Nopember 2009 pukul 03.00 dini hari waktu setempat, rombongan satgas kontingen Garuda untuk Unifil telah tiba di RHIA, Rafiq Hariri International Airport di Beirut Lebanon. Seluruh personel diapelkan di Marshalling Area di dekat bandara. Udara dingin pun menusuk kulit, bukan hanya karena saat itu masih dini hari, melainkan pada bulan-bulan di akhir tahun merupakan bulan masuk musim dingin di Lebanon. Hal ini memaksa kami untuk mengenakan jaket tebal yang sudah dibekalkan.
Setelah melaksanakan pengecekan personel, kita dibagi menjadi 2 kelompok besar dengan tujuan berbeda yaitu menuju kota Naqoura tempat markas pusat Unifil dan Adshit Al Qusayr sebuah desa tempat markas Batalyon Indonesia. Sepanjang perjalanan saya dan rombongan tidak banyak bicara. Mungkin sama dengan apa yang ada dalam pikiran saya, banyak sekali pertanyaan yang bergelanyut dalam pikiran, baik itu tentang pekerjaan maupun kehidupan selama di negeri orang ini. Sepanjang jalan kami hanya memadang keluar jendela bis yang mengantar kami, sambil sedikit memperbincangkan tentang kondisi tanah Lebanon yang tandus tanah berkapur dan ditumbuhi tanaman peredu. Melewati desa dan kota sepanjang jalan, dengan rumah-rumah gedung tidak seperti pedesaan di Indonesia. Tak jarang pula kita melihat perbukitan yang memiliki pola bagaikan tanah yang dulunya merupakan dasar sebuah lautan. Dan mataharipun mulai terbit. Sungguh sebuah pemandangan yang jauh berbeda yang pernah saya lihat di Indonesia.
Sektor Timur Daerah Misi UNIFIL.
Saya tergabung dalam satgas Military Staff di Sektor Timur Unifil berjumlah sebelas orang, yang memiliki markas di kota Ebel Es Saqi dengan sebutan UNP 7-2 (Seven dash Two). Sebuah markas milik kontingan dari Spanyol yang sangat bersih dan yang paling bersih bila dibandingkan dengan markas-markas lain di Unifil. Markas ini merupakan markas pusat sektor timur yang dilengkapi dengan berbagai sarana olahraga, kantin, serta penataan kantor yang sangat teratur dan rapi. Saya menempati kompleks korimeks A-1 berserta seluruh perwira staf dari Indonesia dan staf dari negara lain yaitu India dan Malaysia. Saya menempati kamar nomer 46 beserta bintara staf dari Indonesia yaitu Serma Orbit Lumalente yang bekerja sebagai Bintara staf transportasi G-4 Sektor Timur Unifil.
Selain di kantor, kita sering berinteraksi dengan staf dari negara lain seusai jam kantor di Lounge room Korimek. Di Lounge room ini juga kita sesama staf dari Indonesia sering kali mengadakan acara makan bersama dalam rangka memperingati hari ulang tahun personel milstaff dari Indonesia. Sebuah situasi pengobat rasa rindu ketika jauh dari keluarga. Dan merekalah keluarga saya di Lebanon.
G-2 Assessment, G-2 Branch Sector East Unifil.
Memulai bekerja sebagai perwira staf di Branch G-2 merupakan hal yang baru bagi saya, ditambah lagi dengan bedanya lingkungan pekerjaan yang saya hadapi. Dalam Cell G-2 Assessment terdapat empat perwira staf, Cell Chief dari Spanyol, Political Analyst dari India, Military Analyst adalah saya, dan Population and Armed Element Analyst dari Nepal. Pada minggu-minggu pertama saya mendapatkan bimbingan dan masukan dari mereka semua tentang segala sesuatu yang harus saya kerjakan untuk menyelesaikan tugas pokok saya sebagai Military Analyst. Terbersit rasa heran di kepala saya mengingat cerita bahwa staf dari negara lain akan susah bahkan tidak mau memberikan bantuan kepada staf dari negara lainnya ketika mereka baru datang. Hal yang saya dapatkan adalah sebuah tawaran bantuan dari mereka tanpa saya memintanya. Seiring berjalannya waktu sayapun mendapatkan jawaban dari mereka bahwa Mayor Infanteri Freddy Sianturi, perwira staf dari Indonesia yang saya gantikan, memberikan tawaran bantuan kepada mereka ketika mereka baru datang ke kantor tersebut walaupun tanpa diminta oleh mereka. Sehingga merekapun memiliki kewajiban untuk membantu saya sebagai pengganti Mayor Freddy, ketika baru datang di kantor itu. Sungguh sebuah tauladan yang dapat mengubah kebiasaan orang-orang dari negara-negara seperti India, Nepal terutama bangsa Eropa seperti Spanyol.
Baru berjalan selama satu bulan bekerja di Cell Assessment, kedua rekan kerja saya dari India dan Nepal melaksanakan cuti di waktu yang bersamaan. Sebuah kewajiban bagi staf yang tinggal untuk meng-handle pekerjaaan staf yang lainnya dalam satu kantor ketika mereka sedang melaksanakan cuti. Menjadi analis politik, militer dan population and armed elements sekaligus sangatlah menantang, dan membuat saya harus lebih keras lagi mempelajari semua trend peristiwa yang terjadi dari berbagai segi, tidak hanya dari segi militer, namun dari segi politik dan kehidupan masyarakat Lebanon harus saya pelajari untuk mendapatkan analisa dan assessment yang tepat terhadap sebuah peristiwa. Dan di masa mereka sedang melaksanakan cuti, terdapat jadwal MIO meeting tingkat sektor, dimana saya harus memaparkan analisa dan assessment saya terhadap semua peristiwa yang terjadi di Lebanon dalam satu bulan terakhir.
Military Intelligence Officer (MIO) Meeting sektor timur adalah sebuah rapat atau pertemuan yang dihadiri oleh Perwira Intelligence dari seluruh batalyon yang terdapat di sektor timur Unifil. Pertemuan ini juga dihadiri oleh OGL (Observer Group for Lebanon), QRF (Quick Reaction Force) dan dipimpin oleh G-2 Chief dari Spanyol berpangkat Letkol. Adapun batalion yang tergabung dalam wilayah sektor timur adalah batalyon Spanyol, India, Indonesia dan Nepal, serta sebuah kompi Malaysia. Ini adalah MIO meeting saya pertama kali dimana saya selain memaparkan analisa dan assessment saya tentang kekuatan militer Israel dan Lebanon juga memaparkan analisa dan aseessment bidang pekerjaan kedua rekan saya dari India dan Nepal yang sedang melaksanakan cuti saat itu.
Impresive!! Itu yang saya terima dari para audience setelah saya memaparkan analisa saya. Saya anggap itu sebagai cambuk bagi saya untuk bekerja lebih baik lagi, setidaknya itu akan membuat saya tetap waspada terhadap apa yang telah saya utarakan di dalam paparan saya, bahwa kondisi yang terjadi saat ini di Lebanon dapat sewaktu-waktu berubah di luar prediksi dan analisa yang saya buat.
Food Officer
Selain menjabat sebagai staf di G-2 Branch, saya juga mendapat perintah dari Perwira Senior Satgas Milstaff untuk menjadi seorang Food Officer, perwira yang ditunjuk sebagai penanggung jawab atas kelangsungan dan berjalannya International Mess atau ruang makan untuk staf multinational atau staf selain staf dari Spanyol. Tugas sebagai food officer diberikan kepada perwakilan negara-negara yang bertugas di sektor timur Unifil.
Tugas sebagai food officer ini saya laksanakan selama dua bulan dari bulan Desember 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Namun uniknya adalah sebuah regulasi bahwa food officer selain mengatur kelangsungan dan kecukupan bahan makanan yang dikirimkan setiap minggunya, dia harus membuat pesanan bahan makanan untuk dua bulan kedepan. Sehingga saya harus mengatur dan mengontrol penggunaan bahan basah yang telah dipesan oleh food officer dua bulan yang lalu dan food officer yang akan menggantikan sayapun akan mengelola bahan makanan yang saya pesan pada saat itu.
Saya hanya menjalankan dan mengontrol penggunaan bahan makanan yang dimasak sesuai dengan menu agar cukup selama satu minggu sebelum pengiriman bahan makanan untuk minggu berikutnya diterima. Namun permasalahanpun terjadi ketika persediaan gula habis, persediaan susu habis, dan beberapa bahan makanan lainnya yang habis namun tidak dikirimkan pada minggu berikutnya. Hal ini saya laporkan kepada Perwira Senior Satgas Milstaff dari Indonesia. Dan sebagai food officer saya harus bertanggung jawab atas habisnya stok beberapa jenis bahan makanan tersebut. Dibantu oleh staf dari Indonesia yang lainnya, kami harus membeli susu, gula dan beberapa bahan makanan yang habis tadi untuk meredam protes dari staf negara lain. Disinilah saya merasa bahwa nama bangsa Indonesia dipertaruhkan.
Namun setelah saya periksa kembali pemesanan dua bulan lalu, saya mendapatkan bahwa bahan makanan yang habis persediaan saat itu memang dipesan dalam jumlah sedikit pada dua bulan lalu oleh food officer dari India yang saya gantikan. Dan merekapun akhirnya memahami bahwa hal itu bukan sepenuhnya kesalahan saya. Bahkan sebaliknya, perwira staf yang tadinya protes terhadap saya yang sebagian besar dari India, berbalik menyalahkan perwiranya yang dulu menjadi food officer karena tidak memperhatikan jumlah pemesanan bahan makanan yang dipesannya dulu.
Indobatt, serasa di kampung halaman.
Setelah tiga bulan bertugas di sektor timur Unifil, adalah sebuah kesempatan bagi saya untuk pergi keluar dari markas sektor dan berkunjung ke markas batalyon Indonesia di Adshit al Qusayr. Sebuah kesempatan pertama bagi saya setelah tiga bulan tidak bisa mengunjungi Indobatt. Kesempatan itu ada karena di Branch G-2 mengadakan G-2 Induction training yaitu kunjungan di setiap spot berpotensi konflik yang dilaksanakan bergilir berkunjung ke seluruh batalyon dan kompi di sektor timur. Pada saat itulah saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi batalyon dari negara lain beserta hot spot yang ada di wilayahnya termasuk batalyon Indonesia serta beberapa daerah berpotensi konflik di wilayah Indobatt.
Markas batalyon Indonesia terletak di daerah berbukit di desa Adshit Al Qusayr. Ketika akan memasuki area markas, pengunjung akan mendapatkan sebuah gapura khas Indonesia dengan diawaki oleh prajurit yang berdinas jaga yang ramah namun tetap mengutamakan prosedur dan menunjukkan profesionalisme mereka sebagai pasukan penjaga perdamaian.
Sebelum sampai ke gedung markas, pengunjung akan mendapati sebuah lapangan upacara dengan background sebuah patung garuda yang membentangkan sayapnya lebar-lebar seolah-olah ingin menaungi semuanya yang berada di bawah sayapnya.
Ketika sampai di gedung mako Indobatt tim rombongan G-2 Branch sektor timur disambut oleh Komandan Indobat Letkol Infanteri Andi Perdana Kahar dan beberapa perwira staff. Dan setelah kita melaksanakan acara ramah tamah kitapun dijamu dengan masakan khas Indonesia, menyantap makan siang yang disediakan di sana. Mereka sangat exited merasakan masakan yang berbeda dengan yang pernah mereka rasakan, terutama sambal terasi yang memang rasanya sangat khas dan sangat pedas. Tak pelak wajah mereka berubah merah setelah memakan sambal terasi. Namun anehnya mereka tetap memakan sambal terasi itu sampai mereka menyatakan menyerah atas pedas yang mereka rasakan. Dan sayapun seolah-olah berada di tengah-tengah keluarga karena berinteraksi dengan lingkungan orang Indonesia walaupun itu sebatas wilayah markas batalyon.
Konflik Berkepanjangan.
Berawal dari perang negara arab melawan Israel ketika Israel baru dinyatakan menjadi sebuah negara oleh Amerika dan Sekutunya di wilayah Palestina. Perang oleh bangsa arab terhadap Israel ini memiliki tujuan utama untuk mengusir pendudukan Israel terhadap wilayah Palestina, namun berdampak negatif bagi rakyat Palestina sendiri. Bahkan perang ini mengakibatkan exodus besar-besaran warga Palestina ke negara-negara tetangganya seperti Lebanon, Syria, Jordania, dan Mesir. Dan sejatinya exodus warga Palestina inilah yang diharapkan Israel, sehingga mereka tidak "bekerja dua kali" untuk mengusir warga Palestina keluar dari wilayah yang mereka klaim sebagai negara Israel.
Di Lebanon saat ini terdapat misi perdamaian PBB yang bernama UNIFIL, United Nation Interim Force in Lebanon. Berdasarkan Resolusi DK PBB 1701, sebuah resolusi yang lahir karena perang antara Israel dan Hizbullah, pihak bertikai yaitu Hizbullah dan Israel harus mematuhi beberapa poin kesepakatan dalam resolusi tersebut diantaranya adalah bahwa Hizbullah harus meletakkan seluruh persenjataannya dan Israel harus mengembalikan Ghajar Utara dan Sheeba Farm, dua wilayah Lebanon yang masih dikuasai oleh Israel sampai dengan saat ini.
Namun seperti yang dapat diduga oleh para analyst bahwa kedua belah pihak tidak sepenuhnya mematuhi Resolusi DK PBB 1701 tersebut. Hizbullah yang mengklaim dirinya sebagai pelindung negara Lebanon atas serangan Israel ke Lebanon semakin memperkuat persenjataannya. Bahkan di tahun 2010 Hizbullah menjadi sebuah partai politik yang berpengaruh di Lebanon. Sementara itu Israel tetap mempertahankan Ghajjar Utara dan Sheeba Farm sebagai wilayahnya dengan alasan bahwa Hizbullah tidak mematuhi kesepakatan dalam Resolusi DK PBB 1701.
Sepanjang tahun di wilayah Lebanon Selatan terjadi berbagai macam insiden pelanggaran batas wilayah yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Diantaranya adalah pelanggaran batas udara Lebanon oleh pesawat tempur dan pesawat pengintai Israel yang terbang melintasi batas wilayah negara tersebut selama beberapa jam. Sementara dari wilayah Lebanon sering terjadi pelanggaran batas oleh para penggembala dan hewan peliharaannya untuk mencari daerah berumput. Pelanggaran batas darat kedua negara ini disebabkan karena penetapan Blue Line oleh PBB tidak dipahami oleh penduduk lokal kedua negara. Memang Blue Line bukanlah batas dari kedua negara tersebut, namun merupakan sebuah garis imajiner untuk meredam konflik wilayah kedua negara. Karena Blue Line ini sangatlah imajiner di beberapa titik, maka seringkali terjadi pelanggaran wilayah oleh kedua belah pihak. Propaganda oleh media baik lokal maupun Internasional menambah ketegangan di kedua belah pihak.
Israel berhasil menunjukkan bahwa masyarakat Ghajjar Utara dan Sheeba Farm tidak memiliki keinginan untuk menjadi bagian dari wilayah Lebanon karena mereka berdarah dan berasal dari Syria. Demonstrasi besar-besaran oleh masyarakat kedua wilayah tersebut merebak setelah Israel mengumumkan akan mengembalikan kedua wilayah tersebut kepada Lebanon. Dan dengan ulasan yang piawai dari media lokal serta Internasional, membuat itu sebagai alasan utama Israel tidak ingin mengembalikan kedua wilayah tersebut ke Lebanon, disamping alasan tidak patuhnya Hizbullah untuk meletakkan senjatanya.
Dalam kesempatan MIO meeting sektor timur yang dilaksanakan di Kompi Malaysia, saya memaparkan sebuah analisa dan assessment bahwa akan terjadi insiden besar di Lebanon pada musim panas sekitar bulan Juli sampai dengan September tahun 2010. Assessment ini saya buat setelah berdiskusi dengan rekan-rekan analyst dalam Cell Assessment, bahwa situasi politik di Lebanon sangatlah dipengaruhi oleh hasil penyelidikan oleh STL, Special Tribunal for Lebanon, yang menyelidiki tentang insiden pembunuhan seorang figur perdana menteri yang dapat menyatukan seluruh pihak bertikai di lebanon yaitu Perdana Menteri Lebanon Rafiq Hariri di tahun 2005, dimana Hizbullah dan Syria dituduh paling kuat sebagai pihak dibalik pembunuhan tersebut. Ini salah satu hal yang membuat Hizbullah terpojok. Di lain pihak, kegiatan tentara Israel yang meningkat secara signifikan di sepanjang Blue Line, baik itu hanya patroli biasa, kegiatan surveilance, maupun latihan-latihan yang diadakan oleh IDF yang mengindikasikan bahwa Israel sedang mempersiapkan segala kemungkinan perang pada saat itu.
Assessment yang pernah saya buat tentang terjadinya insiden besar di Lebanon pada kenyataannya terjadi juga. Pada tanggal 3 Agustus 2010 terjadi insiden tembak-menembak antara tentara Israel dan Lebanon. Terdapat satu konban jiwa di pihak Israel berpangkat Kolonel dan 5 orang di pihak Lebanon, 3 tentara dan 2 wartawan lokal. Insiden ini berhasil dihentikan oleh Unifil, terutama oleh Kontingen Indonesia, yang secara kebetulan terjadi di wilayah tanggungg jawab Kontingen Indonesia.
Profesionalisme dan kesiapan Kontingen Garuda kita yang berada di daerah misi sangat terlihat dalam proses penyelesaian insiden ini, sehingga insiden tersebut tidak mengakibatkan perang antara Israel dan Lebanon seperti yang sudah diberitakan di media-media dan ditakutkan oleh penduduk lokal pada saat itu.
● PKC
Well done, keep it up ....
BalasHapusAlhamdulillah...syukur..
BalasHapus