Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir. (Author: Kemlu)
Saat ini pemerintah mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Yaman. Berdasarkan data terbaru hari ini, Selasa (31/3), sebanyak 220 WNI sudah berada di kota yang relatif masih aman di Yaman, Al Hudaydah, dan akan segera dievakuasi ke Kota Jizan, Arab Saudi. Ada dua opsi pemindahan dari Al Hudaydah ke Jizan, yaitu memakai pesawat TNI Angkatan Udara (AU) atau menempuh jalur darat sejauh 600 - 700 kilometer (km).
Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arrmanatha Nasir mengatakan, jumlah WNI yang akan dievakuasi sangat dinamis atau bisa berubah dari menit ke menit.
Pada Senin (30/3), Menteri Luar Negeri (menlu), Retno Marsudi mengatakan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Sanaa akan mengevakuasi 90 WNI dari Sanaa menuju ke Kota Al Hudaydah, namun angka itu bertambah menjadi 190 orang. Setibanya 190 WNI tersebut di Al Hudaydah, ternyata sudah ada 30 WNI yang menunggu di situ, sehingga total WNI yang akan dievakuasi mencapai 220 orang.
“Proses evakuasi untuk WNI kita di Yaman, utamanya akan mengeluarkan mereka ke wilayah terdekat, seperti Salalah di Oman dan Jizan di Arab Saudi. Prinsipnya, evakuasi harus aman, cepat, dan efisien,” kata Arrmanatha, Jakarta, Selasa (31/3).
Menurut Arrmanatha, pemerintah sudah mengirimkan satu pesawat TNI AU jenis Boeing 737 untuk evakuasi WNI. Pesawat itu termasuk jenis pesawat untuk penerbangan jarak dekat, dengan kapasitas sekitar 120 - 200 penumpang.
Saat ini, di Yaman masih ada 4.159 WNI, yang terdiri dari 2.626 mahasiswa, 1.488 pekerja profesional bidang minyak dan gas, dan 45 orang staf KBRI dan keluarganya.
Arrmanatha mengatakan, evakusi WNI akan terus dilakukan, terutama untuk menggeser WNI dari Ibu Kota Yaman, Sanaa, ke kota lain yang lebih aman. Dia menjelaskan, Kota Jizan, yang merupakan kota perbatasan Arab dan Yaman, tidak memiliki bandara internasional. Oleh karena itu, KBRI di Yaman masih mencari cara untuk menerbangkan 220 WNI itu menuju Indonesia.
“Pertama, kita keluarkan WNI dari daerah tidak aman ke daerah aman. Dari situ, mereka akan kita keluarkan dari Yaman, yang penting keluar dulu dari Yaman. Lalu kita cari tempat transit untuk nantinya bisa membawa mereka pulang ke Indonesia,” ujarnya.
Arrmanatha mengatakan, pesawat TNI AU juga membawa tim evakuasi gabungan dari TNI AU, Kemlu, dan kepolisian.
Mekanismenya adalah para WNI di Yaman, yang akan diminta berkumpul di beberapa safe house (rumah perlindungan) di Yaman. Selanjutnya, mereka akan dikumpulkan di satu titik untuk dijemput oleh tim evakuasi.
“Jadi tim evakuasi akan bolak balik, keluar masuk dari titik berkumpulnya WNI, untuk menjemput mereka keluar Yaman,” katanya.
Dia menambahkan, pemerintah Indonesia terus berkomunikasi dengan koalisi liga Arab, agar tidak melakukan serangan ke koordinat tertentu, yang merupakan tempat berkumpulnya WNI. Diantaranya, KBRI Sanaa, Wisma Indonesia di Sanaa, dan safe house.
“Kita sampaikan juga, ada rencana pesawat TNI AU untuk keluarkan WNI kita. Jangan sampai mereka jadi korban salah sasaran tembak,” kata Arrmanatha.KBRI Sanaa Berhasil Bebaskan Seluruh WNI Kota Sanaa. (Author: localtvkdvr)
Pemerintah melalui perwakilan Indonesia di Yaman berhasil membebaskan seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) yang ditahan otoritas negeri itu.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal, mengatakan KBRI di Sanaa berusaha keras mengupayakan pembebasan itu. Ujungnya, hari ini 16 WNI yang ditahan di daerah Shumayla kota Sanaa berhasil dibebaskan.
Sebelumnya total ada 24 TKI diciduk oleh otoritas Yaman karena masalah keimigrasian. KBRI langsung menghubungi pihak berwajib di sana dan proses pembebasan dilakukan bertahap. Hari ini, (31/3) seluruhnya telah ditampung di KBRI.
"Intinya semuanya saat ini sudah dibebaskan," kata Iqbal di Jakarta, Selasa (31/3).
Iqbal mengatakan tindakan pembebasan oleh KBRI ini bukan perkara mudah. Situasi keamanan di Yaman sudah sangat tidak kondusif, perwakilan RI di sana mencari kesempatan dengan blusukan menuju daerah tempat WNI ditahan.
Iqbal mengatakan, alasan otoritas Yaman menahan mereka karena surat ijin tinggal kedaluwarsa.
Para WNI yang mayoritas pelajar di perguruan tinggi itu dijelaskan banyak diciduk di masjid. Mereka menginap di sana karena tidak memiliki ijin tinggal. Sedangkan untuk mengurus perpanjangan ijin tinggal bukanlah hal mudah. Apalagi situasi Yaman sedang kacau balau karena pemberontakan Houthi.
Sehingga tidak ada pilihan lain bagi para pelajar untuk 'bergerilya' dari masjid ke masjid. Untuk menghindari kejadian itu berulang, KBRI Yaman telah mengarahkan sejumlah WNI di Sana'ah menuju kota Al-Hudaidah. Lokasi tersebut dinilai jauh lebih stabil dari Sana'ah.
"Ada 230 an dari Sanaa ke Al-Hudaidah. Relatif stabil, tidak ada tempat yang aman di Yaman, Al-Hudaidah lebih stabil," lanjut Iqbal.
Jumlah WNI menuju ke kota tersebut akan terus bertambah. Pertimbangan soal situasi yang lebih stabil daripada Sana'ah menjadi poin utama. "Kemarin itu 90 ditambah 22 WNI ke Al-Hudaidah," pungkas Iqbal.Yaman Membara, Polri Kirim Tim Evakuasi WNI Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Mabes Polri Brigjen Pol. Agus Rianto
Buruknya situasi keamanan yang terjadi di Yaman belakangan ini membuat Markas Besar (Mabes) Kepolisian RI (Polri) ikut sibuk. Korps baju coklat ini mengirimkan tujuh orang personilnya ke Yaman untuk membantu proses evakuasi sekitar 2.000 WNI yang ada di sana.
"Wakapolri sudah memerintahkan tim untuk membantu percepatan pemulangan WNI yang masih cukup banyak, sekitar lebih dari 2.000 orang di sana. Besok, tanggal 1 Mei, kita mengirimkan satu tim yang terdiri dari tujuh orang," kata Karo Penmas Polri Brigjen Agus Rianto, di Mabes Polri, Selasa (31/3).
Menurut Agus, tujuh orang itu-yang terdiri dari lima lelaki dan dua wanita-akan bertugas di Sanaa, Yaman dan Salalah, kota perbatasan antara Yaman dan Oman.
"Mereka itu terdiri dari gabungan beberapa fungsi di Polri. Mereka akan bertugas lebih kurang dua (2) minggu. Namun, itu tergantung dari situasi di sana. Kita akan melihat perkembangannya," tambah Agus.
Disinggung soal kepentingan mengirimkan petugas dari Indonesia dibandingkan dengan mengirimkan pesawat carter atau pesawat dan kapal perang TNI, hal mana dilakukan Tiongkok, Agus menandaskan pihaknya memrioritaskan upaya evakuasi.
"Yang penting, kita mempersiapkan tim untuk evakuasi terlebih dahulu. Masalah pergeseran, nanti Kemenlu dan Kedubes di wilayah setempat yang akan membicarakannya," ujar Agus.
Tim yang dikirim akan mengamankan WNI yang berada di sana dan secara bertahap akan menggeser para WNI yang tersebar di sejumlah lokasi, ke area di sekitar KBRI. Hingga 26 Maret lalu, menurut Agus, sudah 148 WNI berhasil dievakuasi.
Seperti diketahui, kelompok Houthi mengkudeta pemerintahan di Yaman. Hal ini membuat koalisi yang terdiri dari anggota negara-negara Dewan Kerjasama Teluk pimpinan Arab Saudi berang dan menggempur negara tersebut.
Saat ini pemerintah mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Yaman. Berdasarkan data terbaru hari ini, Selasa (31/3), sebanyak 220 WNI sudah berada di kota yang relatif masih aman di Yaman, Al Hudaydah, dan akan segera dievakuasi ke Kota Jizan, Arab Saudi. Ada dua opsi pemindahan dari Al Hudaydah ke Jizan, yaitu memakai pesawat TNI Angkatan Udara (AU) atau menempuh jalur darat sejauh 600 - 700 kilometer (km).
Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arrmanatha Nasir mengatakan, jumlah WNI yang akan dievakuasi sangat dinamis atau bisa berubah dari menit ke menit.
Pada Senin (30/3), Menteri Luar Negeri (menlu), Retno Marsudi mengatakan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Sanaa akan mengevakuasi 90 WNI dari Sanaa menuju ke Kota Al Hudaydah, namun angka itu bertambah menjadi 190 orang. Setibanya 190 WNI tersebut di Al Hudaydah, ternyata sudah ada 30 WNI yang menunggu di situ, sehingga total WNI yang akan dievakuasi mencapai 220 orang.
“Proses evakuasi untuk WNI kita di Yaman, utamanya akan mengeluarkan mereka ke wilayah terdekat, seperti Salalah di Oman dan Jizan di Arab Saudi. Prinsipnya, evakuasi harus aman, cepat, dan efisien,” kata Arrmanatha, Jakarta, Selasa (31/3).
Menurut Arrmanatha, pemerintah sudah mengirimkan satu pesawat TNI AU jenis Boeing 737 untuk evakuasi WNI. Pesawat itu termasuk jenis pesawat untuk penerbangan jarak dekat, dengan kapasitas sekitar 120 - 200 penumpang.
Saat ini, di Yaman masih ada 4.159 WNI, yang terdiri dari 2.626 mahasiswa, 1.488 pekerja profesional bidang minyak dan gas, dan 45 orang staf KBRI dan keluarganya.
Arrmanatha mengatakan, evakusi WNI akan terus dilakukan, terutama untuk menggeser WNI dari Ibu Kota Yaman, Sanaa, ke kota lain yang lebih aman. Dia menjelaskan, Kota Jizan, yang merupakan kota perbatasan Arab dan Yaman, tidak memiliki bandara internasional. Oleh karena itu, KBRI di Yaman masih mencari cara untuk menerbangkan 220 WNI itu menuju Indonesia.
“Pertama, kita keluarkan WNI dari daerah tidak aman ke daerah aman. Dari situ, mereka akan kita keluarkan dari Yaman, yang penting keluar dulu dari Yaman. Lalu kita cari tempat transit untuk nantinya bisa membawa mereka pulang ke Indonesia,” ujarnya.
Arrmanatha mengatakan, pesawat TNI AU juga membawa tim evakuasi gabungan dari TNI AU, Kemlu, dan kepolisian.
Mekanismenya adalah para WNI di Yaman, yang akan diminta berkumpul di beberapa safe house (rumah perlindungan) di Yaman. Selanjutnya, mereka akan dikumpulkan di satu titik untuk dijemput oleh tim evakuasi.
“Jadi tim evakuasi akan bolak balik, keluar masuk dari titik berkumpulnya WNI, untuk menjemput mereka keluar Yaman,” katanya.
Dia menambahkan, pemerintah Indonesia terus berkomunikasi dengan koalisi liga Arab, agar tidak melakukan serangan ke koordinat tertentu, yang merupakan tempat berkumpulnya WNI. Diantaranya, KBRI Sanaa, Wisma Indonesia di Sanaa, dan safe house.
“Kita sampaikan juga, ada rencana pesawat TNI AU untuk keluarkan WNI kita. Jangan sampai mereka jadi korban salah sasaran tembak,” kata Arrmanatha.KBRI Sanaa Berhasil Bebaskan Seluruh WNI Kota Sanaa. (Author: localtvkdvr)
Pemerintah melalui perwakilan Indonesia di Yaman berhasil membebaskan seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) yang ditahan otoritas negeri itu.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal, mengatakan KBRI di Sanaa berusaha keras mengupayakan pembebasan itu. Ujungnya, hari ini 16 WNI yang ditahan di daerah Shumayla kota Sanaa berhasil dibebaskan.
Sebelumnya total ada 24 TKI diciduk oleh otoritas Yaman karena masalah keimigrasian. KBRI langsung menghubungi pihak berwajib di sana dan proses pembebasan dilakukan bertahap. Hari ini, (31/3) seluruhnya telah ditampung di KBRI.
"Intinya semuanya saat ini sudah dibebaskan," kata Iqbal di Jakarta, Selasa (31/3).
Iqbal mengatakan tindakan pembebasan oleh KBRI ini bukan perkara mudah. Situasi keamanan di Yaman sudah sangat tidak kondusif, perwakilan RI di sana mencari kesempatan dengan blusukan menuju daerah tempat WNI ditahan.
Iqbal mengatakan, alasan otoritas Yaman menahan mereka karena surat ijin tinggal kedaluwarsa.
Para WNI yang mayoritas pelajar di perguruan tinggi itu dijelaskan banyak diciduk di masjid. Mereka menginap di sana karena tidak memiliki ijin tinggal. Sedangkan untuk mengurus perpanjangan ijin tinggal bukanlah hal mudah. Apalagi situasi Yaman sedang kacau balau karena pemberontakan Houthi.
Sehingga tidak ada pilihan lain bagi para pelajar untuk 'bergerilya' dari masjid ke masjid. Untuk menghindari kejadian itu berulang, KBRI Yaman telah mengarahkan sejumlah WNI di Sana'ah menuju kota Al-Hudaidah. Lokasi tersebut dinilai jauh lebih stabil dari Sana'ah.
"Ada 230 an dari Sanaa ke Al-Hudaidah. Relatif stabil, tidak ada tempat yang aman di Yaman, Al-Hudaidah lebih stabil," lanjut Iqbal.
Jumlah WNI menuju ke kota tersebut akan terus bertambah. Pertimbangan soal situasi yang lebih stabil daripada Sana'ah menjadi poin utama. "Kemarin itu 90 ditambah 22 WNI ke Al-Hudaidah," pungkas Iqbal.Yaman Membara, Polri Kirim Tim Evakuasi WNI Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Mabes Polri Brigjen Pol. Agus Rianto
Buruknya situasi keamanan yang terjadi di Yaman belakangan ini membuat Markas Besar (Mabes) Kepolisian RI (Polri) ikut sibuk. Korps baju coklat ini mengirimkan tujuh orang personilnya ke Yaman untuk membantu proses evakuasi sekitar 2.000 WNI yang ada di sana.
"Wakapolri sudah memerintahkan tim untuk membantu percepatan pemulangan WNI yang masih cukup banyak, sekitar lebih dari 2.000 orang di sana. Besok, tanggal 1 Mei, kita mengirimkan satu tim yang terdiri dari tujuh orang," kata Karo Penmas Polri Brigjen Agus Rianto, di Mabes Polri, Selasa (31/3).
Menurut Agus, tujuh orang itu-yang terdiri dari lima lelaki dan dua wanita-akan bertugas di Sanaa, Yaman dan Salalah, kota perbatasan antara Yaman dan Oman.
"Mereka itu terdiri dari gabungan beberapa fungsi di Polri. Mereka akan bertugas lebih kurang dua (2) minggu. Namun, itu tergantung dari situasi di sana. Kita akan melihat perkembangannya," tambah Agus.
Disinggung soal kepentingan mengirimkan petugas dari Indonesia dibandingkan dengan mengirimkan pesawat carter atau pesawat dan kapal perang TNI, hal mana dilakukan Tiongkok, Agus menandaskan pihaknya memrioritaskan upaya evakuasi.
"Yang penting, kita mempersiapkan tim untuk evakuasi terlebih dahulu. Masalah pergeseran, nanti Kemenlu dan Kedubes di wilayah setempat yang akan membicarakannya," ujar Agus.
Tim yang dikirim akan mengamankan WNI yang berada di sana dan secara bertahap akan menggeser para WNI yang tersebar di sejumlah lokasi, ke area di sekitar KBRI. Hingga 26 Maret lalu, menurut Agus, sudah 148 WNI berhasil dievakuasi.
Seperti diketahui, kelompok Houthi mengkudeta pemerintahan di Yaman. Hal ini membuat koalisi yang terdiri dari anggota negara-negara Dewan Kerjasama Teluk pimpinan Arab Saudi berang dan menggempur negara tersebut.
♘ Berita Satu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.