KRI Banda Aceh 593 [anas_nurhafidz]
Korps Marinir turut serta dalam latihan gabungan TNI di Poso, Sulawesi Tengah. Dianggap kekuatan prajurit Marinir sudah baik, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi menilai pasukan baret ungu tersebut justru memerlukan tambahan alutsista.
Dalam latihan yang digelar di Poso, marinir ikut tergabung dalam Pasukan Pendaratan (Pasrat) Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI. Marinir bertugas pada aspek penyerangan dari kapal dan juga dari darat.
"Dalam PPRC memang kekuataannya kecil, kita butuh kecepatannya saja. Tidak banyak kapal, hanya 3 kapal KRI. 1 jenis LPD, korvet 2," ujar Ade usai acara pengangkatannya sebagai Warga Kehormatan Korps Marinir di Markas Marinir, Cilandak, Jaksel, Kamis (2/4/2015).
Pada kegiatan PPRC itu, kata Ade, Marinir melakukan operasi penembakan dari laut dengan meriam yang ada di kapal. Marinir juga melakukan tembakan arteleri medan (armed) dengan roket RM 70-grad.
"Tapi meriam yang ada di situ 76 mm kecil, diharapkan kita punya yang kalibernya minimal 120 mm seperti yang dimiliki KRI (kelas) Fatahillah. Aspek pendaratan Pasrat (pasukan pendaratan) juga dilaksanakan dengan baik," kata Ade.
"Bantuan tembakan armed (arteleri medan) Marinir yang dari roket juga bagus. Kemarin kita melaksanakan tembakan 120 butir peluru dan berlangsung baik dan lancar," sambungnya.
KSAL pun mengevaluasi setiap kesatuannya usai latihan di Poso dilakukan. Ia pun berencana ingin menambah beberapa alutsista bagi Marinir, terutama amunisi roket yang kebanyakan habis untuk latihan.
"Penambahan tank BMT-3F dan roket, amunisinya kita tambah. Karena keseringan dipakai demo itu, nantinya kita harus punya cadangan amunisi. Kalau sewaktu-waktu membutuhkan," tutup mantan Kasum TNI itu.(ear/aan)
Korps Marinir turut serta dalam latihan gabungan TNI di Poso, Sulawesi Tengah. Dianggap kekuatan prajurit Marinir sudah baik, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi menilai pasukan baret ungu tersebut justru memerlukan tambahan alutsista.
Dalam latihan yang digelar di Poso, marinir ikut tergabung dalam Pasukan Pendaratan (Pasrat) Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI. Marinir bertugas pada aspek penyerangan dari kapal dan juga dari darat.
"Dalam PPRC memang kekuataannya kecil, kita butuh kecepatannya saja. Tidak banyak kapal, hanya 3 kapal KRI. 1 jenis LPD, korvet 2," ujar Ade usai acara pengangkatannya sebagai Warga Kehormatan Korps Marinir di Markas Marinir, Cilandak, Jaksel, Kamis (2/4/2015).
Pada kegiatan PPRC itu, kata Ade, Marinir melakukan operasi penembakan dari laut dengan meriam yang ada di kapal. Marinir juga melakukan tembakan arteleri medan (armed) dengan roket RM 70-grad.
"Tapi meriam yang ada di situ 76 mm kecil, diharapkan kita punya yang kalibernya minimal 120 mm seperti yang dimiliki KRI (kelas) Fatahillah. Aspek pendaratan Pasrat (pasukan pendaratan) juga dilaksanakan dengan baik," kata Ade.
"Bantuan tembakan armed (arteleri medan) Marinir yang dari roket juga bagus. Kemarin kita melaksanakan tembakan 120 butir peluru dan berlangsung baik dan lancar," sambungnya.
KSAL pun mengevaluasi setiap kesatuannya usai latihan di Poso dilakukan. Ia pun berencana ingin menambah beberapa alutsista bagi Marinir, terutama amunisi roket yang kebanyakan habis untuk latihan.
"Penambahan tank BMT-3F dan roket, amunisinya kita tambah. Karena keseringan dipakai demo itu, nantinya kita harus punya cadangan amunisi. Kalau sewaktu-waktu membutuhkan," tutup mantan Kasum TNI itu.(ear/aan)
★ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.