Sedikitnya 100 warga negara Indonesia terjebak dalam pertempuran di Kota Aden, Yaman. Sementara militer koalisi negara-negara Arab dan pemberontak Houthi terlibat baku tembak sengit di kota tersebut. Ratusan WNI diangkut dari Sanaa ke kota Al-Hudaydah, lalu menuju Jizan, Arab Saudi.
Sebagaimana diungkapkan Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhamad Iqbal, pihaknya berupaya mengevakuasi para WNI di Yaman, khususnya yang terjebak pertempuran.
"Saat ini kita sedang fokus mengevakuasi sekitar 100 WNI yang masih terjebak pertempuran di Kota Aden. Semoga hari ini dan besok ada rombongan WNI lain yang bisa kita evakuasi dari Yaman dengan berbagai skenario evakuasi yang memungkinkan," tulis Lalu dalam pesan yang diterima BBC Indonesia.
Sejauh ini, skenario evakuasi yang terbukti sukses ialah melalui jalur darat. Melalui cara ini sebanyak 262 WNI diberangkatkan menggunakan enam bus dari Sanaa menuju Kota Jizan di Arab Saudi melalui kota pelabuhan Al-Hudaidah.
Muhammad Wazier Hidayat, mahasiswa Indonesia yang bekerja di KBRI Sanaa menuturkan kepada BBC Indonesia, bahwa setelah diberangkatkan dari Sanaa, orang-orang itu dikumpulkan di Hudaidah, "setelah itu melanjutkan perjalanan dari Hudaidah ke Jizan dengan menggunakan enam bus," katanya.
Menurut Lalu, rencana awalnya evakuasi dilakukan melalui jalur udara menggunakan pesawat sewaan. Namun karena kondisi keamanan udara yang mengkhawatirkan akhirnya diputuskan evakuasi melalui jalur darat dengan pengawalan khusus dari pasukan elite Yaman.
Setelah tiba di wilayah Saudi, seluruh rombongan akan diproses pemulangannya ke Indonesia.
"Saat ini kita akan melakukan pendataan ulang untuk menyiapkan tiket pemulangan ke indonesia," ujar Wakil Dubes indonesia di Riyadh, Sunarko. Skenario evakuasi yang dipilih ialah melalui jalan darat karena situasi keamanan.
Percepatan evakuasi
Kementerian Luar Negeri Indonesia mencatat lebih dari 4.100 WNI di Yaman.
Namun sejumlah WNI di Yaman termasuk di Hadramaut menolak untuk dievakuasi karena menganggap kondisi di wilayah sekitar mereka, "masih aman."
Rofik Anwari, ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Provinsi Hadramaut, termasuk yang terang-terangan menolak dievakuasi.
Pada 1 April, pemerintah telah mengirimkan dua tim Percepatan Evakuasi WNI dari Yaman di bawah koordinasi Kemlu. Kedua tim akan masuk ke Yaman untuk melakukan intensifikasi evakuasi WNI melalui Salala, kota di Oman yang berbatasan dengan Yaman bagian timur, dan Jizan, kota di Arab Saudi yang berbatasan dengan Yaman bagian barat.
Selain mengerahkan personel, pemerintah bakal mengirimkan satu pesawat B-737 400 milik TNI AU untuk melakukan evakuasi. Menurut rencana, pesawat tersebut akan bertolak ke Bandara Salala di Oman pada Kamis (02/04) pukul 17.00 WIB.
Sebagaimana diungkapkan Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhamad Iqbal, pihaknya berupaya mengevakuasi para WNI di Yaman, khususnya yang terjebak pertempuran.
"Saat ini kita sedang fokus mengevakuasi sekitar 100 WNI yang masih terjebak pertempuran di Kota Aden. Semoga hari ini dan besok ada rombongan WNI lain yang bisa kita evakuasi dari Yaman dengan berbagai skenario evakuasi yang memungkinkan," tulis Lalu dalam pesan yang diterima BBC Indonesia.
Sejauh ini, skenario evakuasi yang terbukti sukses ialah melalui jalur darat. Melalui cara ini sebanyak 262 WNI diberangkatkan menggunakan enam bus dari Sanaa menuju Kota Jizan di Arab Saudi melalui kota pelabuhan Al-Hudaidah.
Muhammad Wazier Hidayat, mahasiswa Indonesia yang bekerja di KBRI Sanaa menuturkan kepada BBC Indonesia, bahwa setelah diberangkatkan dari Sanaa, orang-orang itu dikumpulkan di Hudaidah, "setelah itu melanjutkan perjalanan dari Hudaidah ke Jizan dengan menggunakan enam bus," katanya.
Menurut Lalu, rencana awalnya evakuasi dilakukan melalui jalur udara menggunakan pesawat sewaan. Namun karena kondisi keamanan udara yang mengkhawatirkan akhirnya diputuskan evakuasi melalui jalur darat dengan pengawalan khusus dari pasukan elite Yaman.
Setelah tiba di wilayah Saudi, seluruh rombongan akan diproses pemulangannya ke Indonesia.
"Saat ini kita akan melakukan pendataan ulang untuk menyiapkan tiket pemulangan ke indonesia," ujar Wakil Dubes indonesia di Riyadh, Sunarko. Skenario evakuasi yang dipilih ialah melalui jalan darat karena situasi keamanan.
Percepatan evakuasi
Kementerian Luar Negeri Indonesia mencatat lebih dari 4.100 WNI di Yaman.
Namun sejumlah WNI di Yaman termasuk di Hadramaut menolak untuk dievakuasi karena menganggap kondisi di wilayah sekitar mereka, "masih aman."
Rofik Anwari, ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Provinsi Hadramaut, termasuk yang terang-terangan menolak dievakuasi.
Pada 1 April, pemerintah telah mengirimkan dua tim Percepatan Evakuasi WNI dari Yaman di bawah koordinasi Kemlu. Kedua tim akan masuk ke Yaman untuk melakukan intensifikasi evakuasi WNI melalui Salala, kota di Oman yang berbatasan dengan Yaman bagian timur, dan Jizan, kota di Arab Saudi yang berbatasan dengan Yaman bagian barat.
Selain mengerahkan personel, pemerintah bakal mengirimkan satu pesawat B-737 400 milik TNI AU untuk melakukan evakuasi. Menurut rencana, pesawat tersebut akan bertolak ke Bandara Salala di Oman pada Kamis (02/04) pukul 17.00 WIB.
★ BBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.