Indonesia memprediksi agresi koalisi Teluk itu setelah Presiden Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi meminta bantun pada negara-negara Teluk. [Reuters]
Pemerintah Indonesia diam-diam sudah bisa memprediksi agresi Arab Saudi dan koalisi Teluk di Yaman untuk memerangi milisi Houthi. Indonesia memprediksi agresi koalisi Teluk itu setelah Presiden Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi meminta bantun pada negara-negara Teluk.
"Sehari sebelumnya, tanggal 24 kita sudah melalukan conference dengan Duta Besar kita di Yaman, waktu itu Presiden Hadi yang di Aden minta intervensi militer, dari gejala itu saja kita sudah khawatir," kata Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, Selasa (31/3/2015).
Menurut Iqbal, pemerintah Indonesia sudah melakukan koordinasi dengan beberapa Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) dan Konsulat Jenderal Indonesia (KJRI) di sekitar Yaman untuk bersiap menghadapi situasi terburuk yang mungkin akan menghantam Yaman.
"Kita lakukan persiapan untuk mengantisipasi itu dan bukan hanya di Sanaa, tapi semua KBRI di sekitar Yaman itu kita alert itu, KBRI Oman, Riyadh dan KJRI Jedah. Jadi KBRI di sekitar Yaman sudah siap menghadapi situasi seperti ini," ujar Iqbal.
Dengan situasi di Yaman yang tidak kondusif, pemerintah Indonesia terus mengerahkan usaha ekstra untuk bisa melindungi dan mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) di negara tersebut. Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, kata Iqbal, sudah melakukan koordinasi dengan kementerian terkait lainnya mengenai hal ini.Tak Ada Tempat Aman di Yaman! [Reuters]
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, membeberkan alasan mengapa memilh al-Hudaidah di wilayah timur Yaman sebagai lokasi evakuasi para WNI di Yaman. Menurutnya, wilayah timur di Yaman tidak segenting di pusat atau selatan Yaman.
"Jadi, tidak ada tempat yang 100 persen aman di Yaman saat ini! Tapi, ada tempat ada tempat yang setidaknya lebih aman dibanding tempat yang lain. Al-Hudaidah ini relatif lebih aman dan airport-nya juga masih berfungsi, tapi tidak ada penerbangan," kata Iqbal kepada wartawan di bilangan Cikini, Jakarta, Selasa (31/3/2015).
"Saat ini sekitar 200 WNI yang sudah dievakuasi ke al-Hudaidah, karena Al-Hudaidah ini relatif stabil. Dari 200 orang itu, 130 di antaranya dibawa dari Sanaa dan sisanya dibawa dari beberapa kota di sekitar al-Hudaidah," imbuh dia.
Iqbal mengatakan, pemerintah Indonesia sedang membahas opsi-opsi yang akan dipakai untuk mengevakusi WNI yang berada di al-Hudaidah. "Hari ini akan diputuskan, apakah evakuasi akan dilakukan lewat darat atau udara," katanya.
Salah satu opsi yang dibahas adalah para WNI tersebut akan dijemput oleh pesawat milik TNI-AU ke negara tetangga, yakni Oman dan Arab Saudi. Setelah dibawa ke negara tetangga Yaman itu, para WNI itu akan dipulangkan dengan menggunakan pesawat komersial.Kemlu Bantah Ada WNI Ditahan Houthi di Yaman Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kemlu, Lalu Muhammad Iqbal. [Victor Maulana/SIndonews]
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia membantah laporan adanya warga negara Indonesia (WNI) yang ditahan oleh milisi oposisi Houthi di Yaman. Menurut Kemlu, para WNI itu ditahan oleh otoritas pemerintah Yaman, bukan milisi Houthi.
"Kemarin ada spekulasi bahwa WNI, pelajar kita yang ditahan Houthi. Tapi, saya sudah sampaikan beberapa kali bahwa itu tidak benar," ucap Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kemlu, Lalu Muhammad Iqbal, Selasa (31/3/2015).
Iqbal menegaskan para WNI yang ditahan adalah para pelajar. Mereka ditahan oleh otoritas imigrasi Yaman, karena masalah izin tinggal. Mereka diduga ditangkap ketika sedang melakukan perjalanan ke Sanaa untuk mengurus perpanjangan izin tinggal di Yaman.
"Mereka memang berasal dari luar Sanaa, tapi karena tidak ada izin tinggal, jadi mereka menginap di beberapa masjid. Jadi, karena alasan izin tinggal itu mereka ditahan," ujarnya.
Tim Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) Sanaa, lanjut Iqbal, sudah melakukan usaha terbaik untuk membebaskan 23 orang WNI yang sebelumnya ditahan otoritas imigrasi Yaman. Dari usaha itu, awalnya delapan orang sudah dibebaskan. Tapi, saat ini KBRI Sanaa mengkonfirmasi sudah berhasil membebaskan semua pelajar Indonesia yang ditahan di Yaman.
"Alhamdulillah dalam dua hari, 21 orang sudah dapat kita bebaskan semua, jadi total 23 sudah bebas. Ditambah satu orang orang lagi. Kita ketemu di salah satu penjara, ternyata ada TKI yang juga dibebaskan. Masalahnya sama, karena soal imigrasi. Semuanya WNI itu sudah berada di KBRI," kata Iqbal.(esn)
Pemerintah Indonesia diam-diam sudah bisa memprediksi agresi Arab Saudi dan koalisi Teluk di Yaman untuk memerangi milisi Houthi. Indonesia memprediksi agresi koalisi Teluk itu setelah Presiden Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi meminta bantun pada negara-negara Teluk.
"Sehari sebelumnya, tanggal 24 kita sudah melalukan conference dengan Duta Besar kita di Yaman, waktu itu Presiden Hadi yang di Aden minta intervensi militer, dari gejala itu saja kita sudah khawatir," kata Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, Selasa (31/3/2015).
Menurut Iqbal, pemerintah Indonesia sudah melakukan koordinasi dengan beberapa Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) dan Konsulat Jenderal Indonesia (KJRI) di sekitar Yaman untuk bersiap menghadapi situasi terburuk yang mungkin akan menghantam Yaman.
"Kita lakukan persiapan untuk mengantisipasi itu dan bukan hanya di Sanaa, tapi semua KBRI di sekitar Yaman itu kita alert itu, KBRI Oman, Riyadh dan KJRI Jedah. Jadi KBRI di sekitar Yaman sudah siap menghadapi situasi seperti ini," ujar Iqbal.
Dengan situasi di Yaman yang tidak kondusif, pemerintah Indonesia terus mengerahkan usaha ekstra untuk bisa melindungi dan mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) di negara tersebut. Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, kata Iqbal, sudah melakukan koordinasi dengan kementerian terkait lainnya mengenai hal ini.Tak Ada Tempat Aman di Yaman! [Reuters]
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, membeberkan alasan mengapa memilh al-Hudaidah di wilayah timur Yaman sebagai lokasi evakuasi para WNI di Yaman. Menurutnya, wilayah timur di Yaman tidak segenting di pusat atau selatan Yaman.
"Jadi, tidak ada tempat yang 100 persen aman di Yaman saat ini! Tapi, ada tempat ada tempat yang setidaknya lebih aman dibanding tempat yang lain. Al-Hudaidah ini relatif lebih aman dan airport-nya juga masih berfungsi, tapi tidak ada penerbangan," kata Iqbal kepada wartawan di bilangan Cikini, Jakarta, Selasa (31/3/2015).
"Saat ini sekitar 200 WNI yang sudah dievakuasi ke al-Hudaidah, karena Al-Hudaidah ini relatif stabil. Dari 200 orang itu, 130 di antaranya dibawa dari Sanaa dan sisanya dibawa dari beberapa kota di sekitar al-Hudaidah," imbuh dia.
Iqbal mengatakan, pemerintah Indonesia sedang membahas opsi-opsi yang akan dipakai untuk mengevakusi WNI yang berada di al-Hudaidah. "Hari ini akan diputuskan, apakah evakuasi akan dilakukan lewat darat atau udara," katanya.
Salah satu opsi yang dibahas adalah para WNI tersebut akan dijemput oleh pesawat milik TNI-AU ke negara tetangga, yakni Oman dan Arab Saudi. Setelah dibawa ke negara tetangga Yaman itu, para WNI itu akan dipulangkan dengan menggunakan pesawat komersial.Kemlu Bantah Ada WNI Ditahan Houthi di Yaman Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kemlu, Lalu Muhammad Iqbal. [Victor Maulana/SIndonews]
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia membantah laporan adanya warga negara Indonesia (WNI) yang ditahan oleh milisi oposisi Houthi di Yaman. Menurut Kemlu, para WNI itu ditahan oleh otoritas pemerintah Yaman, bukan milisi Houthi.
"Kemarin ada spekulasi bahwa WNI, pelajar kita yang ditahan Houthi. Tapi, saya sudah sampaikan beberapa kali bahwa itu tidak benar," ucap Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kemlu, Lalu Muhammad Iqbal, Selasa (31/3/2015).
Iqbal menegaskan para WNI yang ditahan adalah para pelajar. Mereka ditahan oleh otoritas imigrasi Yaman, karena masalah izin tinggal. Mereka diduga ditangkap ketika sedang melakukan perjalanan ke Sanaa untuk mengurus perpanjangan izin tinggal di Yaman.
"Mereka memang berasal dari luar Sanaa, tapi karena tidak ada izin tinggal, jadi mereka menginap di beberapa masjid. Jadi, karena alasan izin tinggal itu mereka ditahan," ujarnya.
Tim Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) Sanaa, lanjut Iqbal, sudah melakukan usaha terbaik untuk membebaskan 23 orang WNI yang sebelumnya ditahan otoritas imigrasi Yaman. Dari usaha itu, awalnya delapan orang sudah dibebaskan. Tapi, saat ini KBRI Sanaa mengkonfirmasi sudah berhasil membebaskan semua pelajar Indonesia yang ditahan di Yaman.
"Alhamdulillah dalam dua hari, 21 orang sudah dapat kita bebaskan semua, jadi total 23 sudah bebas. Ditambah satu orang orang lagi. Kita ketemu di salah satu penjara, ternyata ada TKI yang juga dibebaskan. Masalahnya sama, karena soal imigrasi. Semuanya WNI itu sudah berada di KBRI," kata Iqbal.(esn)
♘ sindonews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.