Anggota US Navy saat berada di Lanudal Juanda sebelum terbang latihan bersama TNI AL, Rabu (19/4/2017). [surya/nuraini faiq]
Sedikitnya 30 anggota TNI AL di satuan penerbangan dilibatkan dalam Sea Surveillance Exercise 2017. Latihan militer rutin bersama antara Indonesia dan AS.
Dari Angkatan Laut AS mengirim belasan anggota. Kesempatan inilah dimanfaatkan semua prajurit TNI AL dari Wing Udara 1 Juanda dan Puspenerbal mencuri ilmu.
Bahkan, mereka bisa mencuri ilmu di ketinggian karena berada satu pesawat dengan prajurit terlatih US Navy.
Sebanyak 20 prajurit AS ini tiba di Lanudal Juanda, Rabu (19/4/2017).
“Ini bentuk kerja sama kedua negara. Harus ada standardisasi prosedur saat operasi kemanusiaan melalui udara,” kata Komandan Wing Udara 1, Kolonel Laut (P) Muhammad Tohir.
Beberapa prajurit TNI AL ada yang berada di dalam pesawat AS. Pesawat yang dikirim adalah P-3C Orion, sebuah pesawat antikapal selam.
Pesawat ini mampu mendeteksi kapal selam di ketinggian 10.000 kali.
“Banyak hal yang bisa didapat. Tak hanya transfer knowledge, namun juga pertukaran budaya,” tambah Tohir.
Dalam Latma Sea Survex 17-1 tahun 2017 ini, baik pesawat AS maupun TNI AL melakukan manuver di atas laut. Mereka melakukan patroli maritim.
Pihak US Navy dipimpin oleh CDR Elizabeth Amy Regoli.
“Kami senang bisa bekerja sama militer begini dengan Indonesia,” kata Elizabeth.
Perempuan berpangkat setara Letkol ini membawa 20 aircrew dari Patrol Squadron Nine CTF-72.
Dalam skenario latihan, materi difokuskan pada pelanggaran hukum di laut.
Pemerintah Indonesia telah memerintahkan kepada TNI AL untuk meningkatkan pengamanan di wilayah perairan.
TNI AL mengerahkan pesawat patroli udara maritim untuk melakukan deteksi, identifikasi dan penindakan atas kegiatan-kegiatan ilegal yang terjadi di perairan Indonesia.
Pesawat yang dikerahkan dalam latihan bersama kedua negara adalah CN 235-220 MPA P-862, Casa NC-212 P-851, dan satu helikopter BO-105 sebagai unsur standby.
Sedikitnya 30 anggota TNI AL di satuan penerbangan dilibatkan dalam Sea Surveillance Exercise 2017. Latihan militer rutin bersama antara Indonesia dan AS.
Dari Angkatan Laut AS mengirim belasan anggota. Kesempatan inilah dimanfaatkan semua prajurit TNI AL dari Wing Udara 1 Juanda dan Puspenerbal mencuri ilmu.
Bahkan, mereka bisa mencuri ilmu di ketinggian karena berada satu pesawat dengan prajurit terlatih US Navy.
Sebanyak 20 prajurit AS ini tiba di Lanudal Juanda, Rabu (19/4/2017).
“Ini bentuk kerja sama kedua negara. Harus ada standardisasi prosedur saat operasi kemanusiaan melalui udara,” kata Komandan Wing Udara 1, Kolonel Laut (P) Muhammad Tohir.
Beberapa prajurit TNI AL ada yang berada di dalam pesawat AS. Pesawat yang dikirim adalah P-3C Orion, sebuah pesawat antikapal selam.
Pesawat ini mampu mendeteksi kapal selam di ketinggian 10.000 kali.
“Banyak hal yang bisa didapat. Tak hanya transfer knowledge, namun juga pertukaran budaya,” tambah Tohir.
Dalam Latma Sea Survex 17-1 tahun 2017 ini, baik pesawat AS maupun TNI AL melakukan manuver di atas laut. Mereka melakukan patroli maritim.
Pihak US Navy dipimpin oleh CDR Elizabeth Amy Regoli.
“Kami senang bisa bekerja sama militer begini dengan Indonesia,” kata Elizabeth.
Perempuan berpangkat setara Letkol ini membawa 20 aircrew dari Patrol Squadron Nine CTF-72.
Dalam skenario latihan, materi difokuskan pada pelanggaran hukum di laut.
Pemerintah Indonesia telah memerintahkan kepada TNI AL untuk meningkatkan pengamanan di wilayah perairan.
TNI AL mengerahkan pesawat patroli udara maritim untuk melakukan deteksi, identifikasi dan penindakan atas kegiatan-kegiatan ilegal yang terjadi di perairan Indonesia.
Pesawat yang dikerahkan dalam latihan bersama kedua negara adalah CN 235-220 MPA P-862, Casa NC-212 P-851, dan satu helikopter BO-105 sebagai unsur standby.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.