IRBM. [thestar] ☆
Korea Selatan meyebut program peluru kendali Korea Utara berkembang lebih pesat dari perkiraan. Hal ini disampaikan beberapa jam setelah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menuntut Pyongyang menghentikan semua uji coba nuklir dan rudal balistik, sekaligus mengecam peluncuran terbaru pada akhir pekan ini.
Sejauh ini, semua tuntutan penghentian program senjata telah diabaikan oleh Korut, bahkan dari China yang merupakan satu-satunya sekutu besarnya. Negara tertutup ini disebut tengah mengembangkan rudal berhulu ledak nuklir yang bisa menghantam Amerika Serikat.
Presiden AS Donald Trump meminta Pyongyang segera menghentikan program nuklir dan rudalnya. Negeri Paman Sam juga memperingatkan bahwa "era kesabaran strategis" yang berlangsung di bawah Presiden Barack Obama kini telah berakhir.
Menteri Pertahanan Korsel Han Min-koo mengatakan kepada parlemen bahwa uji coba rudal terbaru Korut "berhasil dalam hal peluncurannya."
"Rudal itu bisa dinilai sebagai IRBM (rudal balistik jarak menengah) dengan kaliber yang ditingkatkan dari rudal Musudan yang sebelumnya terus-menerus gagal," ujarnya sebagaimana dikutip Reuters, Selasa (16/5). Ia merujuk pada kelas rudal yang didesain untuk meluncur sejauh 3.000 hingga 4.000 kilometer.
Ditanya apakah program rudal Korea Utara berkembang lebih cepat dari perkiraan, dia menjawab singkat: "Ya."
Kantor pemerintah Korut, KCNA, menyebut peluncuran yang dilakukan pada Minggu (14/5) itu bertujuan untuk menguji coba kemampuan rudal membawa "hulu ledak nuklir skala besar." Duta Besar Korea Utara untuk China, menyebut pihaknya akan terus melakukan uji coba semacam itu "kapan saja, di mana saja."
Rudal tersebut meluncur sejauh 787 kilometer dalam jalur lintasan yang mencapai ketinggian 2.111,5 kilometer, kata KCNA.
Pyongyang kerap mengancam untuk menghancurkan Amerika Serikat, yang mereka tuding mendorong Semenangjung Korea ke ambang perang nuklir dengan melaksanakan latihan militer bersama Korsel dan Jepang.
Sistem Pertahanan Kontroversial AS Deteksi Rudal Korut
Pemerintah Korea Selatan menyebut peluru kendali terbaru yang diluncurkan oleh Korea Utara, akhir pekan lalu, sempat terdeteksi sistem pertahanan anti-rudal kontroversial milik Amerika Serikat yang dikerahkan di negaranya.
Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan Korsel Han Min-koo kepada Parlemen, sebagaimana dilaporkan Reuters, Rabu (17/5). Sistem pertahanan yang disebut Pertahanan Area Terminal Tinggi atau THAAD itu dikerahkan pada bulan lalu dan memicu kemarahan China.
China dengan keras menentang THAAD karena menganggap sistem tersebut bisa digunakan untuk memata-matai wilayahnya. Konkretnya, Beijing bahkan menjatuhkan tindakan keras terhadap perusahaan-perusahaan Korsel yang berinvestasi di negaranya, pasca-pengerahan senjata itu.
Han mengatakan peluncuran rudal Korut pada Minggu kemarin terdeteksi oleh sistem pertahanan kontroversial tersebut, menandakan penggunaan pertama kali persenjataan milik Negara Paman Sam itu.
Di sisi lain, pemerintahan Presiden AS Donald Trump terus meminta Pyongyang untuk menghentikan program pengembangan rudal dan nuklirnya, sementara Duta Besar Pelucutan Robert Wood menyatakan peran China sangat penting dalam mencapai tujuan tersebut.
Dia juga mengatakan China mesti meningkatkan upayanya dalam menjalankan peran itu.
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, secara terpisah mengatakan pihaknya yakin bisa membujuk China untuk menjatuhkan snaksi baru terhadap Korea Utara. Dia juga memperingatkan, Washington akan menjatuhkan sanksi pada negara-negara yang mendukung Pyongyang.
Amerika Serikat juga telah berdiskusi dengan China soal kemungkinan penjatuhan sanksi baru untuk Korut, dua pekan lalu.
"Pembicaraan yang saya lakukan ... berhubungan dengan Beijing adalah jika (Korea Utara) melakukan hal lain dan jika mereka berupaya membuat rudal jarak jauh, yang mereka lakukan, dan jika mereka secara proaktif mencoba membuat ICBM (rudal balistik antarbenua), yang juga mereka lakukan, maka kami akan mengambil langkah," kata Haley.
"Saya yakin China akan sepakat dan kami akan satu suara soal cara mencapai tujuan itu," ujarnya. "Kami belum melihat langkah apapun dari mereka dalam sepekan terakhir tapi kami mendorong mereka untuk terus melangkah."
Berbicara pada wartawan sebelum pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB soal peluncuran rudal terbaru Korut, Haley menegaskan Washington hanya akan berbicara dengan Korut setelah negara itu menghentikan program nuklirnya. (aal)
Korea Selatan meyebut program peluru kendali Korea Utara berkembang lebih pesat dari perkiraan. Hal ini disampaikan beberapa jam setelah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menuntut Pyongyang menghentikan semua uji coba nuklir dan rudal balistik, sekaligus mengecam peluncuran terbaru pada akhir pekan ini.
Sejauh ini, semua tuntutan penghentian program senjata telah diabaikan oleh Korut, bahkan dari China yang merupakan satu-satunya sekutu besarnya. Negara tertutup ini disebut tengah mengembangkan rudal berhulu ledak nuklir yang bisa menghantam Amerika Serikat.
Presiden AS Donald Trump meminta Pyongyang segera menghentikan program nuklir dan rudalnya. Negeri Paman Sam juga memperingatkan bahwa "era kesabaran strategis" yang berlangsung di bawah Presiden Barack Obama kini telah berakhir.
Menteri Pertahanan Korsel Han Min-koo mengatakan kepada parlemen bahwa uji coba rudal terbaru Korut "berhasil dalam hal peluncurannya."
"Rudal itu bisa dinilai sebagai IRBM (rudal balistik jarak menengah) dengan kaliber yang ditingkatkan dari rudal Musudan yang sebelumnya terus-menerus gagal," ujarnya sebagaimana dikutip Reuters, Selasa (16/5). Ia merujuk pada kelas rudal yang didesain untuk meluncur sejauh 3.000 hingga 4.000 kilometer.
Ditanya apakah program rudal Korea Utara berkembang lebih cepat dari perkiraan, dia menjawab singkat: "Ya."
Kantor pemerintah Korut, KCNA, menyebut peluncuran yang dilakukan pada Minggu (14/5) itu bertujuan untuk menguji coba kemampuan rudal membawa "hulu ledak nuklir skala besar." Duta Besar Korea Utara untuk China, menyebut pihaknya akan terus melakukan uji coba semacam itu "kapan saja, di mana saja."
Rudal tersebut meluncur sejauh 787 kilometer dalam jalur lintasan yang mencapai ketinggian 2.111,5 kilometer, kata KCNA.
Pyongyang kerap mengancam untuk menghancurkan Amerika Serikat, yang mereka tuding mendorong Semenangjung Korea ke ambang perang nuklir dengan melaksanakan latihan militer bersama Korsel dan Jepang.
Sistem Pertahanan Kontroversial AS Deteksi Rudal Korut
Pemerintah Korea Selatan menyebut peluru kendali terbaru yang diluncurkan oleh Korea Utara, akhir pekan lalu, sempat terdeteksi sistem pertahanan anti-rudal kontroversial milik Amerika Serikat yang dikerahkan di negaranya.
Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan Korsel Han Min-koo kepada Parlemen, sebagaimana dilaporkan Reuters, Rabu (17/5). Sistem pertahanan yang disebut Pertahanan Area Terminal Tinggi atau THAAD itu dikerahkan pada bulan lalu dan memicu kemarahan China.
China dengan keras menentang THAAD karena menganggap sistem tersebut bisa digunakan untuk memata-matai wilayahnya. Konkretnya, Beijing bahkan menjatuhkan tindakan keras terhadap perusahaan-perusahaan Korsel yang berinvestasi di negaranya, pasca-pengerahan senjata itu.
Han mengatakan peluncuran rudal Korut pada Minggu kemarin terdeteksi oleh sistem pertahanan kontroversial tersebut, menandakan penggunaan pertama kali persenjataan milik Negara Paman Sam itu.
Di sisi lain, pemerintahan Presiden AS Donald Trump terus meminta Pyongyang untuk menghentikan program pengembangan rudal dan nuklirnya, sementara Duta Besar Pelucutan Robert Wood menyatakan peran China sangat penting dalam mencapai tujuan tersebut.
Dia juga mengatakan China mesti meningkatkan upayanya dalam menjalankan peran itu.
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, secara terpisah mengatakan pihaknya yakin bisa membujuk China untuk menjatuhkan snaksi baru terhadap Korea Utara. Dia juga memperingatkan, Washington akan menjatuhkan sanksi pada negara-negara yang mendukung Pyongyang.
Amerika Serikat juga telah berdiskusi dengan China soal kemungkinan penjatuhan sanksi baru untuk Korut, dua pekan lalu.
"Pembicaraan yang saya lakukan ... berhubungan dengan Beijing adalah jika (Korea Utara) melakukan hal lain dan jika mereka berupaya membuat rudal jarak jauh, yang mereka lakukan, dan jika mereka secara proaktif mencoba membuat ICBM (rudal balistik antarbenua), yang juga mereka lakukan, maka kami akan mengambil langkah," kata Haley.
"Saya yakin China akan sepakat dan kami akan satu suara soal cara mencapai tujuan itu," ujarnya. "Kami belum melihat langkah apapun dari mereka dalam sepekan terakhir tapi kami mendorong mereka untuk terus melangkah."
Berbicara pada wartawan sebelum pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB soal peluncuran rudal terbaru Korut, Haley menegaskan Washington hanya akan berbicara dengan Korut setelah negara itu menghentikan program nuklirnya. (aal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.